6 Karakter Utama Menjaga Ketahanan Keluarga

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Kumparan

UNAIR NEWS – Menjaga ketahanan keluarga baik secara jiwa maupun raga tentu menjadi tantangan bagi setiap orang, khususnya para orang tua. Oleh karena itu, dosen Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Valina Khiarin Nisa, S.Psi., M.Sc. membagikan karakteristik dan kiat menjaga ketahanan keluarga dalam kelas online Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi pada Rabu (4/8/2021).

Menurut Valina, ketahanan keluarga tercermin dalam enam karakteristik utama. Pertama adalah saling memberikan apresiasi dan afeksi. Kata-kata seperti maaf, tolong, terima kasih meski terlihat sepele namun ternyata seringkali sulit diucapkan kepada anggota keluarga.

Padahal, imbuh Valina, kalimat bernada apresiasi atau afeksi menjadi bagian dari kepedulian dan dapat mengubah tantangan menjadi peluang untuk tumbuh bersama. “Selain itu, kita juga harus memahami bahwa terdapat bahasa-bahasa cinta yang harus kita pahami. Bahasa cinta ini menjadi bentuk pasangan maupun anggota keluarga dalam mengekspresikan apresiasi maupun afeksi mereka,” terang Valina.

Bahasa cinta itu sendiri terdiri dari lima bentuk, yakni sentuhan fisik, kata-kata positif, waktu yang berkualitas, bantuan yang tulus, serta memberi hadiah. Karena setiap orang memiliki bahasa atau cara mengekspresikan cinta yang berbeda-beda, ada baiknya kita mengetahui bahasa cinta dari pasangan, anak, maupun orang tua.

Kedua, ketahanan keluarga tercermin dari komunikasi positif antar anggota keluarga. Komunikasi positif ini dapat dibangun dengan berpikir sebelum berbicara, mengatakan fakta dengan jujur namun tetap santun, menghargai pendapat, asertif dalam menyampaikan keinginan.

Selain itu kita juga harus berusaha mendengarkan kata hati, memberi kesempatan orang lain untuk berbicara, menghindari asumsi dan nyatakan persepsi, terbuka dengan perasaan, belajar menjadi pendengar yang baik, serta verifikasi pemahaman terhadap apa yang disampaikan keluarga.

Ketiga, mengingat komitmen dengan tuhan dan pasangan. Upaya memperkuat komitmen ini dapat dilakukan dengan memperkuat spiritual dan doa, membuktikan melalui tindakan dan kata, menunjukkan empati, serta melibatkan positive circle.

Selanjutnya, membagi waktu untuk keluarga saat bekerja di rumah. Menyikapi situasi pandemi yang menuntut work from home, ada baiknya orang tua turut memberikan waktu berkualitas bagi anak maupun pasangan. Mulai lakukan dengan membuat timeline kegiatan, menjauhi gawai saat bersama keluarga, serta memisahkan waktu bekerja dengan aktivitas bersama keluarga.

Terakhir, mampu menghadapi tekanan dan kesulitan dengan efektif. “Keluarga yang tangguh memiliki ketahanan yang kuat, baik secara fisik, ekonomi, sosial, mental, maupun spiritual. Ketahanan dalam berbagai aspek ini harus diyakini bersama oleh setiap anggota keluarga,” jelas Valina.

Melalui strategi tersebut, keluarga diharapkan mampu membangun ketahanan dari berbagai aspek baik jiwa maupun raga. Selain sesi edukasi bersama peserta kelas online series, Valina bersama pengisi lain juga memberikan sesi konsultasi bagi para orang tua yang ingin membangun ketahanan keluarga, khususnya di tengah situasi pandemi. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp