Kenali Cara Memilih Media Promosi Kesehatan yang Tepat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
drh. Putri Ekha Puspitayani, DVM, ALumni FKH UNAIR. (Foto: Dokumen Pribadi)

UNAIR NEWS – Dapat dikatakan bahwa salah satu kegiatan seorang dokter, yakni melakukan promosi pelayanan kesehatan. Terdapat beragam pilihan yang dapat dijadikan sebagai media penyampaian promosi kesehatan. Hal itu sebagaimana yang disampaikan oleh drh. Putri Ekha Puspitayani, DVM dalam kesempatan webinar bertajuk The Future of Vets pada Sabtu (17/07/2021).

“Media promosi kesehatan, yaitu upaya untuk menampilkan pesan atau informasi oleh komunikator kepada target audiens. Dengan demikian, mereka (target audiens, Red) dapat meningkatkan pengetahuannya dan terjadi perubahan positif di bidang kesehatan,” terang drh. Putri.

Pada kesempatan webinar yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH UNAIR) tersebut, drh. Putri mengatakan bahwa terdapat empat media yang dapat digunakan guna mempromosikan kesehatan. Keempatnya yakni media cetak, media elektronik, media luar ruangan, dan media sosial. 

Media Cetak

Menurut pemaparan drh. Putri, bahwa seorang dokter hewan dapat menyampaikan pesan-pesan kesehatannya melalui media cetak. Biasanya, pesan media cetak disampaikan melalui selembar kertas dan dapat dilihat.

Banyak jenis dari media cetak yang dapat dengan mudah kita gunakan ketika akan menyampaikan sebuah pesan kesehatan. Hal itu karena jenis media cetak banyak dijumpai di sekeliling kita. “Contohnya yakni ada booklet (brosur, Red), leaflet (surat edaran, Red), rubrik, dan poster,” imbuh drh. Putri.

Media Elektronik

Media elektronik, bergerak secara dinamis. Para dokter hewan juga dapat menyampaikan pesan kesehatan mereka melalui media elektronik. 

drh. Putri menambahkan, bahwa audiens dapat mengakses media elektronik melalui indera penglihatan serta pendengaran. Menurut drh. Putri, pesan yang disampaikan dalam media elektronik dapat melalui televisi, radio, film, kaset, serta poster. 

Media Luar Ruangan

Seperti namanya, drh. Putri menyebut bahwa media luar ruangan terintegrasi dengan media cetak dan elektronika. Namun berbeda dengan media elektronik, media luar ruangan bergerak secara statis. 

Jenis dari media luar ruangan akan banyak kita jumpai di ruang-ruang publik. Contohnya yakni reklame, banner (spanduk, Red), serta televisi layar lebar. 

Media Sosial

Jika media-media sebelumnya tidak begitu memerlukan adanya koneksi internet, lain halnya dengan media sosial. drh. Putri mengatakan bahwa media sosial digunakan dalam jaringan (jaringan internet, Red), sehingga sangat membutuhkan koneksi internet. 

Meskipun memerlukan tambahan perangkat berupa internet, namun media sosial dapat menjangkau lebih banyak masyarakat. Hal itu dapat terjadi karena media sosial mampu memenuhi kebutuhan informasi jarak jauh. Pemenuhan tersebut dilakukan melalui proses interaksi antar user (pengguna, Red).

Memilih Media yang Tepat

Setelah dipaparkan terkait ragam media sosial, selanjutnya drh. Putri menjelaskan bagaimana kita dapat memilih satu (media sosial, Red) yang tepat. Hal itu tentunya dapat disesuaikan dengan kepribadian serta minat kita masing-masing. 

“Ini juga penting banget, nggak sembarangan agar kita bisa branding (penjenamaan, Red) diri dengan baik,” terang drh. Putri.

“Yang pertama nih, tentukan target audiens. Itu paling penting. Temen-temen harus tahu dulu nih kita seperti apa orangnya dan bagaimana menyampaikan informasi ke depannya menyesuaikan target audiens,” jelas drh. Putri. 

Selanjutnya, drh. Putri juga mengatakan bahwa pemilihan platform tidak kalah penting. “Kalau kita sudah tahu kita seperti apa, itu akan menentukan platform yang akan digunakan. Contohnya saya suka ngomong, maka bisa memilih YouTube,” imbuh drh. Putri. 

“Terakhir, yakni menentukan strategi konten. Kita bisa memilih ide konten yang paling unik melalui pemahaman tentang kelemahan dari konten sebelumnya. Kalau misalnya mereka cuman tentang perawatan gimana hewan jadi cantik, nah kita bahas tentang kesehatannya karena itu yang akan dicari,” pungkas dokter alumni FKH UNAIR yang kini sebagai praktisi hewan eksotik pada klinik Griya Satwa Lestari, Semarang, Jawa Tengah tersebut. 

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp