Protein Imunogenik Leucocytozoon sp. Bisa Dikembangkan sebagai Vaksin pada Ayam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh The Poultry Site

Leucocytozoonosis adalah salah satu penyakit protozoa darah pada ayam baik ayam petelur maupun pedaging yang disebabkan oleh Leucocytozoon caulleryi, dan ditularkan oleh lalat Culicoides sp. atau Simulium sp. Penyakit ini disebut malaria like disease karena secara klinis menyerupai malaria pada ayam yang disebabkan oleh Plasmodium sp. Leucocytozoonosis tersebar luas di Indonesia terutama menyerang ayam ras pada umur muda. Kasus Leucocytozoonosis muncul dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berpengaruh pada perkembangan vektor lalat, dan  populasi vektor cenderung meningkat pada saat terjadi perubahan musim hujan ke musim panas atau sebaliknya. Leucocytozoonosis pada ayam ras bersifat pathogen dan menyebabkan kematian pada anak ayam, serta menimbulkan kerugian besar pada industri perunggasan. Kerugian bisa dalam bentuk hambatan pertumbuhan, penurunan bobot badan dan penurunan produksi telur. Gejala klinis Leucocytozoonosis yang dapat diamati adalah feses berwarna hijau, depresi, nafsu makan hilang, muntah darah dan paralisis yang diikuti oleh kematian akibat kelemahan.

Sampai dengan saat ini di Indonesia belum ada pengembangan penelitian untuk pengendalian leucocytozoonosis dengan program vaksinasi khususnya menggunakan vaksin sub unit dengan bahan baku protein imunogenik. Penanggulangan Leucocytozoonosis pada ayam yang dilakukan oleh para peternak selama ini dengan cara memberantas lalat sebagai vektor dengan menggunakan insektisida dan melakukan irigasi perairan di sekitar kandang ayam. Namun cara tersebut kurang efisien karena perkembangan lalat yang sangat cepat.

Penelitian Leucocytozoonosis telah diawali dengan riset pengembangan uji diagnostik untuk Leucocytozoonosis pada ayam ras melalui karakterisasi  protein antigenik Leucocytozoon caulleryi dari ayam ras yang mempunyai berat molekul 109,6 kDa dan 65,0 kDa dengan eksplorasi Western Blot. Berdasarkan  hasil karakterisasi protein yang bersifat antigenik dari L. caulleryi tersebut, maka oleh peneliti dilakukan penelitian lebih lanjut apakah protein tersebut juga bersifat imunogenik, artinya protein mampu menginduksi sel yang berperan dalam respon imun yang bisa memproduksi antibodi IgG dan mengaktifasi co-receptor seperti Cluster of Differentiation 4 (CD4) yang akan menginduksi sel Th sebagai respon imun seluler. Penelitian ini bertujuan ingin mendeteksi apakah stadium schizont L.caulleryi dapat menginduksi respon imun humoral (IgG) dan respon imun seluler yang ditunjukkan adanya fluoresensi ekspresi sel T CD4+. Penelitian ini menggunakan hewan coba kelinci, dengan dilakukan beberapa tahap yaitu:1) imunisasi pada kelinci dengan ekstrak protein dari stadium schizont L.caulleryi, dengan  dosis 500 µg, booster 5 kali setiap 2 minggu; 2)  uji ELISA untuk pengukuran nilai OD dan titer antibodi, dan 3) pemeriksaan ekspresi sel T CD4+ dengan metode imunositokimia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein schizont L. caulleryi dapat menginduksi respon imun humoral dan seluler yang ditunjukkan peningkatan nilai Optical Density (OD) dan titer antibodi (IgG) meningkat signifikan pada booster ke 3 sampai ke 5. Respons imun humoral ditandai adanya produksi antibodi (IgG) dalam serum darah kelinci setelah diinokulasi dengan whole protein dari schizont L.caulleryi dengan dosis sebanyak 500 µg setiap ekor yang diulang sebanyak lima kali @ 2 minggu (booster 5 kali). Peningkatan titer antibodi disebabkan aktivasi dari sel memori (sel B) yang terjadi setelah imunisasi hari ke 30 dan sistem imun adaptive seperti juga sistem syaraf dapat mengingat (memory) terutama dalam mendapat pengalaman terhadap paparan antigen. Hasil imunisasi tersebut mengindikasikan bahwa protein dari hepar mengandung schizont L.caulleryi yang bersifat imunogenik dan mempunyai kemampuan dalam menginduksi respons imun humoral untuk memproduksi antibodi (IgG) pada kelinci yang diimunisasi dengan dosis 500 µg setiap booster.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelinci yang diimunisasi dengan protein dari stadium schizont L.caulleryi yang diisolasi dari hepar sebanyak 500 µg telah menstimuli respon imun seluler terutama pada booster ke 5 yaitu terjadi aktivasi co-receptor CD4 yang ditunjukkan adanya perpendaran warna kuning kehijauan dari PBMC kelinci atau sel T CD4 dengan mikroskop fluorescen. Perpendaran CD4 yang teraktivasi pada booster ke 4 masih sedikit, sedangkan pada booster ke 5 perpendaran semakin banyak. Perpendaran warna hijau kekuningan merupakan indikator  bahwa terdapat protein imunogen yang mampu menginduksi respons imun seluler kelinci dalam mengaktivasi sistem imun yang diperantarai oleh CD4 sebagai co-receptor.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa protein dari schizont L.caulleryi yang diisolasi dari hepar ayam bisa dikembangkan untuk penelitian lanjutan sebagai vaksin sub-unit untuk menanggulangi leucocytozoonosis pada ayam yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas cukup tinggi hingga mencapai 50%.

Penulis: Dony Chrismanto, drh., M.Si

Departemen Kesehatan, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Informasi lengkap dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences (eISSN 2636-9346)

https://medic.upm.edu.my/jurnal_kami/malaysian_journal_of_medicine_and_health_sciences_mjmhs/mjmhs_vol17_supp_2_april_2021-61401

 Chrismanto D, Sofyan MS , Yudaniayanti IS (2021). Analysis of the Cellular and Humoral Immune Response (IgG, CD4) in Rabbits Immunized with the Antigenic Protein of Leucocytozoon caulleryi, Mal J Med Health Sci 17(SUPP2): 41-43, April 2021.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp