Makna Hidup Dengan Satu Payudara pada Wanita Pasca Mastectomy

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Hello Sehat

Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan dan dialami oleh 2,1 juta perempuan setiap tahun, serta menyebabkan kematian dengan jumlah terbesar. Tahun 2018 diperkirakan 627.000 (±15%) perempuan meninggal karena kanker payudara (WHO, 2019). Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi terbanyak yakni mencapai 58.256 (16,7%) dan angka mortalitas kedua tertinggi yakni mencapai 22.692 (11,0%) pada tahun 2018  Hampir 90% perempuan yang didiagnosis kanker payudara akan menjalani mastektomi unilateral atau bilateral dengan atau tanpa ada rekonstruksi.

Mastektomi sebagai tindakan bedah kanker payudara mengakibatkan perubahan permanen pada penampilan wanita. Kehilangan payudara akibat mastektomi merupakan suatu peristiwa traumatik yang dialami wanita. Payudara dianggap sebagai bagian dari identitas wanita, mewakili feminitas, seksualitas, kecantikan, ibu dan menyusui bayi. Selama ini penanganan pada perempuan pasca mastektomi hanya dilakukan dari segi masalah fisik saja seperti penanganan dalam mengatasi nyeri, gangguan tidur, mual dan muntah. Masalah fisik karena kehilangan salah satu payudara juga akan menimbulkan masalah psikososial seperti tidak mau berinteraksi sosial, menarik diri, malu, gangguan konsep diri, kecemasan, depresi, ketakutan akan kematian, penurunan citra tubuh, ketidakpastian masa depan, pengalaman yang tidak menyenangkan dan hilangnya identitas diri.

Berdasarkan hasil penelitian ada 3 hal yang merupakan dampak mastektomi terhadap kehidupan wanita penderita kanker payudara. Tiga tema utama yang berhasil diidentifikasi dari 30 wanita kanker dengan mastektomi adalah sebagai berikut: ​​1) makna payudara; 2) konsep diri; dan 3) strategi koping. Makna payudara mencakup dua subtema, yaitu peran seksual dan “organ” reproduksi tambahan. Konsep diri mengandung lima subtema, yaitu citra diri, identitas diri, peran diri, ideal diri, dan harga diri. Tema strategi coping meliputi dua subtema, yaitu emotional-focused coping dan problem-solving focus coping.

 

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai persepsi wanita tentang efek mastektomi terhadap citra tubuh. Bagi sebagian partisipan dalam penelitian ini, payudara memiliki makna sebagai organ yang melambangkan feminitas, kecantikan, dan keibuan. Wanita mengalami emosi negatif karena perubahan fisik yang dihasilkan dari operasi. Wanita yang mengalami citra tubuh negatif setelah kehilangan payudara seringkali mencoba untuk mengubah cara berpakaian mereka untuk mengatasi ketidaknyamanan yang dirasakan. Banyak wanita merasa kesulitan untuk menemukan cara berpakaian yang nyaman dan menyesuaikan dengan tubuh baru mereka pasca mastektomi.

Beberapa wanita dalam penelitian ini menyatakan bahwa setelah mastektomi tidak dapat melakukan pekerjaan rumah atau aktivitas lainnya, dan situasi ini membuat mereka merasa tidak berdaya. Selain itu wanita yang telah menjalani mastektomi khawatir bahwa perubahan pada penampilan mereka akan berdampak negatif pada kehidupan seksual dengan pasangan.  Perubahan fisik akibat mastektomi terbukti bisa menurunkan harga diri dan mempengaruhi citra tubuh secara negatif seperti timbulnya rasa malu dan rendah diri terkait dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Selain itu, kualitas hidup pasien kanker payudara juga dipengaruhi oleh harga diri

Strategi koping dengan berfokus pada emosi yang diungkapkan oleh wanita pasca mastektomi yaitu koping maladaptif. Menyangkal merupakan respon pertama ketika seseorang mengalami kehilangan. Dalam kondisi ini, mereka tidak siap menerima kondisinya. Penyangkalan merupakan bentuk menghindari semua pemikiran tentang dampak kanker yang mungkin terjadi. Strategi koping yang berfokus pada masalah berada pada kategori adaptif dimana mereka dapat menanggulangi masalah yang dialami dengan beberapa cara seperti meningkatkan spiritualitas, melakukan relaksasi, melakukan kegiatan yang disukai dan berbincang-bincang. Dalam menjalani perawatan kanker payudara yang bersifat jangka panjang dan kondisi psikologisnya, beberapa partisipan memperbanyak melakukan kegiatan ibadahnya.

Kehilangan payudara akibat mastektomi yang dialami partisipan dapat mempengaruhi citra tubuh dan citra diri secara negatif. Payudara merupakan simbol yang identik dengan feminitas, kecantikan, ketertarikan dan dipandang sebagai organ penyempurna bagi wanita. Dengan demikian, setelah kehilangan payudara karena mastektomi, banyak wanita telah merasa kehilangan femininitas dan kepercayaan dirinya. Strategi koping yang digunakan pasien berbeda-beda baik adaptif maupun maladaptif dalam beradaptasi terhadap perubahan penampilan yang dialami.

Penulis: Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes, Yulia Indah Permata Sari

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://cejnm.osu.cz/artkey/cjn-202102-0009_women-with-breast-cancer-living-with-one-breast-after-a-mastectomy.php)

Sukartini, T. & Sari , Y.I.P., (2021). Women with Breast Cancer Living with One Breast after A Mastectomy.Central European Nursing and Midwifery 2021, 12(2).6 12. doi:http://dx.doi.org/10.15452/CEJNM.2021.12.0012

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp