Dosen UNAIR Adakan Penelitian Biodiesel Berbahan Dasar Rumput Laut Untuk Mengatasi Krisis Energi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ilustrasi biodiesel dari rumput laut oleh pingpoin.co.id
UNAIR NEWS – Krisis energi melananda Indonesia karena ketergantungannya terhadap satu jenis sumber energi saja, yaitu minyak bumi. Minyak bumi yang bukan merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui sehingga pada akhirnya akan habis. Salah satu alternatif bahan bakar terbarukan yang bisa digunakan adalah biodiesel. Peneliti UNAIR akhirnya melakukan penelitian untuk membuat biodiesel berbahan dasar rumput laut.
Rumput laut Sargassum sp. dapat digunakan sebagai bahan untuk memproduksi biodiesel. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Browijoyo Santanumurti, S.Pi., M.Sc. dan tim, kombinasi yang paling efisien adalah 75% Sargassum sp. dan 25% biosolar. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji parameter lain dari Sargassum sp.
Muhammad Browijoyo Santanumurti, S.Pi., M.Sc. menuturkan bahwa biodiesel dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan terbarukan. Biodiesel dapat diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani walaupun harganya lebih mahal daripada diesel konvensional dari minyak bumi.
“Biodiesel juga bisa dibuat dari rumput laut. Di antara jenis rumput laut, Sargassum sp. dapat digunakan sebagai bahan baku untuk diolah menjadi bioetanol,” tuturnya.
Biodiesel berbahan dasar rumput laut memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya adalah umur panen yang relatif pendek dan tidak mengganggu pasokan makanan dan sistem budidayanya mudah. Menurutnya, biodiesel dari Sargassum sp. memerlukan penelitian lebih lanjut.
“Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan dan mengkombinasikan dengan biodiesel komersial untuk mengetahui performanya,” tuturnya.
Penelitian ini, lanjutnya, menggunakan lima perlakuan. Yaitu P0 dengan Biodiesel komersial/biosolar, perlakuan P1 dengan 100% biodiesel Sargassum sp., serta perlakuan P2 dengan 75% biodiesel Sargasssum sp. dan 25% biosolar. Sedangkan untuk perlakuan P3 dengan 50% biodiesel Sargassum sp.  dan 50% biosolar serta perlakuan P4 dengan 25% biodiesel Sargassum sp. dan 75% biosolar.
Ekstraksi Rumput laut dilakukan menggunakan metode soxhlasi untuk mendapatkan minyak. Sampel kemudian dibungkus dengan kertas saring untuk memastikan bahwa ada ekstraksi berkelanjutan dengan jumlah pelarut yang relatif konstan pada kondensor.
“Minyak yang diperoleh dari proses soxhlet diesterifikasi dan ditransesterifikasi untuk memperoleh biodiesel dari rumput laut,” jelasnya.
Muhammad Browijoyo mengungkapkan bahwa parameter utama yang diamati dalam penelitian tersebut adalah titik nyala, titik beku dan viskositas dari biodiesel. Pengujian dilakukan dengan bantuan panelis sebelum pengujian laboratorium pada sampel biodiesel terbaik.
“Tes panelis dilakukan dengan melibatkan 9 panelis dengan jumlah replikasi 5,” pungkasnya.
Penulis:  Sandi Prabowo

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp