Bagaimana Mengukur Kualitas Hidup Tenaga Kesehatan Selama Bekerja di Masa Pandemi COVID-19?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pikiran Rakyat

Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisinya dalam kehidupan. Pengukuran kualitas hidup meliputi kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana mereka berada. Menurut WHO, definisi sehat adalah keadaan dimana tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan, tetapi juga adanya keseimbangan antara fungsi fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Sehingga pengukuran kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan meliputi tiga bidang fungsi yaitu: fisik, psikologi (kognitif dan emosional), dan sosial. Kualitas hidup yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja, sehingga target dapat terpenuhi.

Sampai saat ini, penelitian-penelitian terkait pengukuran kualitas hidup yang sudah dilakukan lebih berfokus untuk mengukur kualitas hidup kelompok masyarakat yang berisiko tinggi, seperti kelompok lansia, pasien dengan pacu jantung, pasien kanker, dan pasien-pasien lain yang berada pada posisi gawat darurat. Tanpa kita sadari, profesi sebagai tenaga kesehatan sebenarnya juga termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi, terutama tenaga kesehatan yang bekerja di bidang penyakit menular atau infeksius.

Definisi dari kualitas hidup terkait kesehatan telah tercermin pada saat pengembangan instrumennya, seperti bagaimana definisi individu terkait kepuasan hidup atau penilaian psikologis, kesejahteraan fisik dan sosial, kebebasan dan kepuasan untuk mengontrol proses penyakit. Pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan adalah dengan menggunakan Short Form Health Survey 36 (SF 36). Instrumen ini terdiri dari 36 pertanyaan yang terbagi pada 8 skala terkait fungsi kesehatan dan skor kesejahteraan (fungsi fisik, keterbatasan fisik, kontrol emosi, energi-kelelahan, kesehatan mental, fungsi sosial, rasa sakit pada tubuh, dan kesehatan umum).

Instrumen SF-36 merupakan instrumen baku standard internasional, sehingga perlu proses penerjemahan bahasa yang sesuai, yaitu Bahasa Indonesia. Setelah instrumen diubah menjadi Bahasa Indonesia, selanjutkan di uji validitas dan reliabilitas guna mengetahui keandalan dan kesahihan dari alat ukur SF-36 tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun kuesioner SF-36 versi Bahasa Indonesia yang akan diisi oleh tenaga kesehatan yang kontak langsung dengan pasien penyakit menular

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat analitik dengan desain cross sectional, dimana peneliti mengukur variabel bebas dan variabel tergantungsecara bersamaan pada sampel yang mewakili populasi. Populasi yang terlibat adalah seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit dan memenuhi kriteri inklusi sebagai beriku:

  1. Kontak langsung dengan pasien COVID-19
  2. Bersedia menjadi subyek penelitian dengan menandatangani informed consent

Tahapan penelitian ini adalah menterjemahkan kuesioner baku, kemudian mengujicobakan kepada tenaga kesehatan terpilih. Penelitian ini dilakukan selama bulan September – Oktober 2020. Kuesioner didistribusikan melalui google form guna mengurangi risiko penularan COVID-19. Setiap responden akan mengisi 36 pertanyaan yang tertulis di google form. Seluruh pertanyaan berupa multiple choice dengan skor penilaian antara rentang 0 – 100. Seluruh data yang terkumpul akan di Uji Korelasi Pearson dan Croncbach’s Alpha dengan menggunakan software SPSS v21.0.

Hasil analisis menunjukkan bahwa fungsi fisik terdiri atas 9 item (p<0,001; Croncbach alpha=0,767), keterbatasan fisik terdiri atas 4 item (p<0,001; Croncbach alpha=0,610), keterbatasan kontrol emosi terdiri atas 3 item (p<0,001; Croncbach alpha=0,641), energi dan kelelahan terdiri atas 4 item (p<0,001; Croncbach alpha=0,775), kesehatan mental terdiri atas 5 item (p<0,004; Croncbach alpha=0,738), fungsi sosial terdiri atas 2 item (p<0,001; Croncbach alpha=0,662), rasa sakit pada tubuh terdiri atas 2 item (p<0,001; Croncbach alpha=0,802), dan kesehatan secara umum terdiri atas 6 item (p<0,001; Croncbach alpha=0,845). Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner Short Form Health Survey (SF) dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup tenaga kesehatan yang kontak dengan pasien COVID-19.

Penulis: Berliana Devianti Putri, S.KM., M.Kes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/14677

Berliana Devianti Putri, Nur Septia Handayani, Sahra Zafhira Ekayafita, Ajeng Dilla Lestari (2021). The Indonesian Version of SF-36 Questionnaire: Validity and Reliability Testing in Indonesian Healthcare Workers Who Handle Infectious Diseases. Indian Journal of Forensic Medicine and Toxicology, April-June 2021, Volume 15, No. 02.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp