Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Giatkan Penelitian Klinis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tim departemen bedah mulut dan maksilofasial saat melakukan operasi celah bibir dan lelangit. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial adalah satu-satunya program studi yang dimiliki oleh Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial (BMM) Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR (FKG UNAIR).

M. Aries Muharram drg., M.Kes., Sp.BMM (K) selaku ketua departemen mengungkapkan bahwa terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki departemen. Di antaranya, memiliki dua Guru Besar, yaitu Prof. RM. Coen Pramono D.,drg., SU., Sp. BM (K)., FICS dan Prof. Dr. David B. Kamadjaja, drg., MDS., Sp. BM (K) serta memiliki program combined degree yang menggabungkan antara program studi Spesialis Bedah Mulut dengan Magister Kedokteran Klinik, 

“Departemen juga memiliki kerja sama rumah sakit dalam negeri dan luar negeri dengan jejaring yang luas,” jelasnya.

Lebih lanjut, drg. Aries mengatakan bahwa dua dosen departemen terpilih menjadi kandidat PhD di Kagoshima University, yakni Fredy Mardiyantoro, drg., Sp.BM. dan Ellisa Chairani, drg., Sp.BM, kemudian juga beberapa dosen memiliki banyak pengalaman penelitian, layanan publik, dan publikasi akademik pada jurnal-jurnal nasional dan internasional yang bereputasi.

“Seperti prof. David itu memiliki empat belas pengalaman penelitian, tujuh belas pengalaman layanan publik, dan enam publikasi akademik,” jelasnya.

Pada bidang penelitian, drg. Aries menyatakan bahwa Departemen BMM sedang melakukan giat penelitian terkait tissue engineering dan rekonstruksi pada daerah maksilofasial serta program penelitian di bidang Bedah Mulut dan Maksilofasial yang dititikberatkan pada penelitian dasar tentang intervensi penyembuhan luka dengan bahan alami serta penelitian klinis yang ditujukan pada pengembangan serta peningkatan kualitas pelayanan di bidang Bedah Mulut dan Maksilofasial.

“Tidak hanya itu sebenarnya, ada dosen yang mengembangkan tentang tulang tiruan, saya mengembangkan anti infeksi, dan beberapa dosen lainnya mengembangkan penelitian di stem cell,” terangnya.

Tidak hanya aktif dalam bidang penelitian, para dosen departemen BMM juga sering melakukan pengabdian masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk bakti sosial celah bibir dan lelangit. Bakti sosial yang dimulai sejak tahun 2008 ini bekerja sama dengan RS PHC Surabaya dan Organisasi Internasional Smile Train, sebagai sponsorship dalam kegiatan Bakti Sosial yang dilaksanakan di seluruh penjuru nusantara.

“Sudah banyak pasien dari Sumatra hingga Papua yang kami lakukan tindakan operasi celah bibir dan lelangit, keabnormalan yang kami tangani itu dalam masyarakat biasa disebut dengan bibir sumbing,” jelasnya.

Departemen BMM juga memiliki banyak alumni yang bereputasi, salah satunya bernama Nining Dwi Suti Ismawati, drg., Sp.BM (K) sebagai kepala Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Selain itu juga terdapat alumni bernama Mayor Ckm drg. Nugroho Setyawan, Sp. BM., C. med., CHCM., FICS., CP. NLP.  sebagai Kepala Rumkitban TNI AD 050802 Malang.

Ke depan, lanjut drg Aries, Departemen MBB menghadapi tantangan tingginya kebutuhan akan dokter gigi Sp.BM di Indonesia. Menurut peraturan pemerintah (Permendikti no. 44 tahun 2015) tentang standar nasional pendidikan tinggi, lamanya masa studi yang dibutuhkan pada masa pendidikan spesialis adalah paling lama empat tahun. Kemudian tantangan lain yaitu, perubahan kurikulum Bedah Dasar dimana pada tahapan pendidikan ini dititikberatkan pada pencapaian kompetensi Bedah Dasar yang sama pada setiap lulusan program studi Bedah, maka perlu dilakukan redesain kurikulum yang dilakukan pada tahun ini sehingga dapat diimplementasikan paling awal pada tahun 2021.

“Perlu dilakukan redesain kurikulum yang dilakukan pada tahun ini sehingga dapat diimplementasikan paling awal pada tahun 2021,” tutupnya.

Penulis: Adelya Salsabila Putri

Editor: Khefti Al Mawalia 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp