Pemberian Ekstrak Ikan Gabus untuk Mempercepat Penyembuhan Luka

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tribun Kaltim

Ikan gabus yang memiliki nama latin Channa striata telah digunakan sebagai penunjang pengobatan sejak dahulu kala karena mengandung nutrisi dan mineral yang dapat mempercepat penyembuhan beberapa penyakit. Albumin adalah kandungan nutrisi utama dalam ekstrak ikan gabus. Selain itu, ekstrak ikan gabus juga mengandung asam amino, asam lemak, dan mineral. Senyawa aktif ekstrak ikan gabus memiliki berbagai manfaat seperti antioksidan, terapi komplementer untuk anti-tuberkulosis (terapi suportif), antiradang, antidiabetes, dan antihipertensi.

Kadar albumin yang rendah banyak ditemukan pada penderita penyakit menahun serta penderita yang mengalami malnutrisi. Kurangnya albumin dalam darah, menimbulkan gangguan pada proses regenerasi sel tubuh yang rusak. Penderita dengan status gizi baik serta kadar albumin yang cukup memiliki angka kesembuhan luka operasi yang lebih cepat dibandingkan dengan penderita malnutrisi dengan kadar albumin rendah.  Kadar albumin yang rendah dapat mengganggu proses regenerasi jaringan yang rusak seperti pada penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka memerlukan asupan protein yang cukup agar sel tubuh dapat melakukan perbaikan (regenerasi).

Penyembuhan luka berjalan melalui 3 tahapan yakni tahap inflamasi, tahap proliferasi serta tahap pembentukan jaringan baru. Pada tahap pertama yakni inflamasi ditandai dengan aktifnya sel radang untuk membunuh bakteri yang mungkin ada pada luka. Tahap selanjutnya terjadi proliferasi pembuluh darah kapiler serta meningkatnya jumlah sel makrofag yang bertujuan untuk persiapan pembentukan jaringan baru. Adanya infeksi akan menyebabkan tahap inflamasi yang lebih panjang, sedangkan kurangnya asupan  nutrisi akan berpengaruh pada tahap proliferasi yang makin panjang.

Nanda, Willy dan Agung sudah melalukan penelitian untuk membuktikan apakah pemberian ekstrak ikan gabus dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Sebagai model percobaan, digunakan luka pada kulit punggung tikus putih yang dibagi menjadi pada 2 kelompok yakni kelompok perlakukan yang diberikan ekstrak ikan gabus melalui sonde yang dimasukkan ke mulut tikus, serta kelompok kontrol yang hanya diberi air aquades saja tanpa ekstrak ikan gabus. Kelompok tikus yang diberi ekstrak ikan gabus terbukti memiliki tahapan penyembuhan luka yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok tikus tanpa pemberian ekstrak ikan gabus. Hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopis pada jaringan luka pada kulit tikus. Pada pengamatan secara mikroskopis, jaringan luka kulit tikus pada kelompok perlakukan yang diberikan ekstrak ikan gabus menunjukkan luas jaringan granulasi yang lebih sempit dengan jumlah pembuluh darah kapiler dan sel makrofag yang lebih sedikit secara signifikan dibandingkan dengan jumlah pembuluh darah kapiler dan jumlah sel makrofag pada jaringan luka tikus tanpa pemberian ekstrak ikan gabus. Menurunnya jumlah pembuluh darah kapiler dan sel makrofag menunjukkan penyembuhan luka yang lebih cepat.

Pemberian ekstrak ikan gabus melalui sonde yang dimasukkan pada mulut tikus putih terbukti dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Hal itu disebabkan oleh karena pemberian ekstrak ikan gabus akan meningkatkan kadar albumin dalam darah. Peningkatan kadar albumin tersebut dapat menunjang perbaikan sel yang rusak. Bertambah cepatnya proses perbaikan sel tersebut ditandai dengan menurunnya proses inflamasi di sekitar luka dan diikuti dengan pembentukan kembali sel epitel epidermis kulit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selain menambah kadar albumin dalam darah, pemberian ekstrak ikan gabus per-oral dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

Penulis: Willy Sandhika

Dosen pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

Artikel ilmiah populer ini diambil dari artikel jurnal dengan judul:

The Effect of Snakehead Fish (Channa striata) Extract on Inflammation Reaction of Skin Wound Tissue in Rattus novergicus Wistar Strain yang ditulis oleh Nanda Amalia Ramadhanti, Willy Sandhika dan Agung Dwi Wahyu Widodo dan diterbitkan pada majalah Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, volume 33 nomer 1 bulan April tahun 2021, halaman 48– 54.

Link artikel jurnal:  https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/21902

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp