Nefrolitiasis adalah batu yang terbentuk dari endapan mineral di kandung kemih. Bila batu kandung kemih menyumbat saluran kemih maka akan timbul keluhan berupa sesak dan nyeri saat buang air kecil, bahkan kencing berdarah (hematuria). Nefrolitiasis bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, penyakit ini lebih sering terjadi pada pria berusia di atas 52 tahun, dan risiko terkena batu kandung kemih meningkat jika pria memiliki prostat yang membesar. Pembentukan batu disebabkan oleh garam urin jenuh yang dapat membentuk batu atau karena urin kekurangan bahan yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi urin, dan kondisi idiopatik lainnya. Letak batu saluran kemih biasanya ditemukan di kaliks atau panggul (nefrolitiasis) dan bila akan melewatinya berhenti di ureter atau di kandung kemih.
Di Amerika Serikat 5-10% penduduk menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata ada 1-2% penduduk. Penyakit ini merupakan tiga penyakit paling umum di bidang urologi selain infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat. Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang signifikan, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan 13% pada pria dewasa dan 7% pada wanita dengan usia dewasa dari dekade ketiga hingga keempat. Gejala yang terkait dengan batu saluran kemih bergantung pada lokasi batu, ukuran batu, dan komplikasi yang terjadi. Biasanya batu di kelopak ginjal tidak bergejala. Ketika batu jatuh dan turun ke ureter sempit, itu menjadi gejala. Batu umumnya tersangkut di bagian tersempit dari ureter, seperti sambungan ureteropelvis, saat ureter melintasi vasa iliaka, dan sambungan ureterovesikal. Tujuan artikel ini adalah untuk meninjau diagnosis dan manajemen nefrolitiasis.
Gejala utama batu ureter seringkali merupakan onset nyeri akut di punggung. Nyeri ini bisa kolik atau tidak. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalikal atau ureter meningkat dalam upaya mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan gerakan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri bisa menjalar dari panggul dan ke selangkangan ipsilateral.
Gejala lain termasuk mual, muntah, dan hematuria. Hematuria dapat terjadi secara makro atau mikroskop dari urinalisis. Hematuria terjadi akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Jika ada demam, urosepsis harus dicurigai dan ini adalah keadaan darurat urologis. Dalam hal ini, perlu ditentukan letak kelainan anatomi pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotik. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan knock pain pada daerah kostovertebralis, pada bagian samping terdapat ginjal yang nyeri akibat hidronefrosis, dapat terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urin, dan bila disertai infeksi maka timbul demam / menggigil.
Berdasarkan literatur diagnosis nefrolitiasis dapat dipastikan melalui beberapa tes seperti: 1) Kimia darah dan tes urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total. 2) Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui komposisi batuan. 3) Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri dalam urin (bakteriuria). 4) Foto polos abdomen 5) Pyelografi Intravena (IVP). IVP adalah prosedur standar untuk menggambarkan batu saluran kemih. 6) Ultrasonografi (USG). Ultrasonografi sangat terbatas dalam mendiagnosis batu dan merupakan penatalaksanaan nefrolitiasis.
Pemeriksaan laboratorium untuk penyakit ini adalah whole blood, pemeriksaan unrinalisis pada endapan urin menunjukkan lekosituria, hematuria, dan berbagai kristal pembentuk batu. Fisiologi ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal dan mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan foto IVU dan radiologi. Penatalaksanaan nefrolitiasis bergantung pada ukuran, lokasi, dan gejala yang terkait. Mayoritas batu yang bisa masuk ke ureter akan keluar dengan sendirinya, meski butuh waktu. Batu dapat keluar secara spontan pada batu yang lebih kecil dan / atau terletak di ureter distal. Saat mencapai kandung kemih, pada umumnya batu dapat dengan mudah dikeluarkan, karena lumen uretra lebih besar dari ureter.
Obat-obatan seperti penghambat saluran kalsium dan antagonis reseptor-α mempengaruhi kontraktilitas ureter dan pengeluaran batu, sehingga meningkatkan kemungkinan keluarnya batu secara spontan, terutama pada batu ureter yang berukuran kurang dari 5 mm, terutama yang distal. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar kencing dengan pemberian diuretik, dan minum yang banyak untuk mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Jika batu ureter gagal keluar atau terlalu besar, atau rasa sakit tidak tertahankan, intervensi bedah dapat dilakukan Tujuan dalam manajemen medis urolitiasis adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengobati kemungkinan obstruksi.
Penulis: Nanda Rachmad Putra Gofur drg,.M.Biomed
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://www.ajsccr.org/pdf/AJSCCR-v2-1159.pdf
Nanda Rachmad Putra Gofur, Aisyah Rachmadani Putri Gofur, Soesilaningtyas, Rizki Nur Rachman Putra Gofur, Mega Kahdina and Hernalia Martadila Putri (2021) Nephrolithiasis, Diagnosis and Management: A Review Article. Ame J Surg Clin Case Rep. 2021; 2(7): 1-4.