Pengaruh Pestisida Organofosfat Dosis Subletal Terhadap Embriogenesis dan Daya Tetas Telur Ikan Wader Pari

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Ikan wader pari (Rasbora argyrotaenia) merupakan ikan yang hidup di perairan tawar, terutama di perairan sungai. Ikan wader pari juga merupakan salah satu sumber daya ikan yang bernilai ekonomi tinggi. Permintaan pasar untuk ikan ini sangat tinggi sehingga secara ekonomi cukup potensial untuk dibudidayakan.

Selama ini, pasokan ikan wader hanya mengandalkan tangkapan dari alam sehingga pasokannya sering tidak stabil. Di samping itu, penangkapan ikan wader secara terus menerus di habitat alaminya dapat mengancam kelestarian serta mengganggu ekosistem perairan. Salah satu yang dapat mengancam kelangsungan hidup ikan wader pari di sungai adalah adanya pencemaran lingkungan. Pencemaran di sungai dapat disebabkan adanya limbah dari pertanian. Salah satunya adalah dari pestisida organofosfat.

Organofosfat merupakan pestisida yang berupa ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek, memblokade penyaluran impuls syaraf dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase. Keracunan kronis pestisida golongan organofosfat berpotensi karsinogenik.

Salah satu faktor yang menentukan ketersediaan benih baik dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dalam keberhasilan budidaya adalah proses pembesaran maupun pembenihan khususnya proses penetasan telur. Paparan organofosfat diketahui dapat menghambat aktivitas enzim asetilkolinesterase. Dosis subletal dari organofosfat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan reproduksi pada ikan. Tahap perkembangan awal ikan merupakan tahap yang paling sensitif terhadap racun. Selama perkembangan awal ini, kemungkinan senyawa organofosfat menunjukkan kepekaan yang lebih tinggi terhadap embrio ikan. Berdasarkan pemikiran tersebut, untuk mengetahui kerentaan telur dalam paparan pestisida organofosfat perlu diadakannya penelitian mengenai pengaruh toksisitas pestisida organofosfat dalam dosis sub letal terhadap perkembangan dan daya tetas telur ikan wader pari.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan dengan konsentrasi paling tinggi yaitu 2 ppm menetas lebih cepat dibanding perlakuan lainnya dengan waktu 25 jam 10 menit, namun memiliki nilai daya tetas paling rendah yaitu 19,5%. Konsentrasi paling rendah yaitu 0,5 ppm menetas dengan lama waktu 25 jam 18 menit dan nilai daya tetas 51%.  Hal ini dikarenakan pada media penetasan dg konsentrasi pestisida yang tinggi membuat sebagian energi pada telur digunakan untuk aktivitas osmoregulasi, sehingga telur pada media penetasan tersebut tidak menetas pada waktunya. Masuknya air ke dalam telur disebabkan oleh perbedaan osmolaritas dan imbibisi protein pada permukaan kuning telur. Saat telur ikan dikeluarkan dan difertilisasi, permeabilitas membran plasma berperan penting dalam mengatasi perubahan kondisi eksternal dengan mengatur ion dan air yang melintasi membran plasma. kematian telur dapat disebabkan oleh embrio yang tidak mampu mempertahankan kontrol osmotiknya. keadaan cairan intraselular yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya plasmolisis, yang mengakibatkan terjadinya pengkerutan karena keluarnya cairan dari telur ke luar dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian telur.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi organofosfatnya, maka semakin cepat penetasan telur dan daya tetas telur semakin menurun. Dosis 0,5 ppm dari pestisida organofosfat sudah dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan daya tetas telur ikan wader pari.

Penulis : Lailatul Lutfiyah, S.Pi., M.Si

Catatan Informasi detail riset ini dapat dilihat pada tulisan di :

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/679/1/012065/pdf

Effect of sublethal dose organophosphate pesticides on embryogenesis and hatching rate of silver rasbora eggs (Rasbora argyrotaenia)

The 1st International Conference on Biotechnology and Food Sciences Surabaya, 11 September 2020, Indonesia, Ana Budi Prastika, Laksmi Sulmartiwi, Lailatul Lutfiyah.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp