Model Matematika Beri Dampak Deforestasi Pada Satwa Liar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Hutan memiliki peran penting dalam kehidupan makhluk hidup di muka bumi, mulai dari menjadi habitat satwa liar dan berbagai varietas tanaman, paru-paru dunia, sampai pada kegiatan industri. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 menjelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Manfaat hutan dibagi menjadi dua, yaitu manfaat tangible (langsung) dan intangible (tidak langsung).

Menurut Sinery dkk (2015), manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung oleh masyarakat antara lain berupa kayu yang merupakan hasil utama hutan, serta berbagai hasil hutan seperti rotan, buah-buahan, madu, dan lain-lain. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara tidak langsung dinikmati oleh masyarakat yang tidak lain adalah keberadaan hutan itu sendiri. Antara lain fungsi klimatologis sebagai pengontrol pola iklim maupun sebagai penyegar udara, fungsi orologis sebagai penyaring atau pembersih udara, fungsi strategis sebagai sarana pertahanan dan perlindungan dalam peperangan, fungsi edukasi dimana hutan menjadi laboratorium plasma nutfah sebagai sarana pendidikan dan penelitian, fungsi estetis untuk keindahan dan sarana rekreasi, dan fungsi hidrologis yang berperan menyimpan air hujan sehingga dapat mengatasi masalah erosi, banjir, maupun kekeringan.

Menurut Lata dkk (2016), pertumbuhan populasi yang berlebihan menyebabkan peningkatan tekanan populasi manusia. Tekanan populasi manusia sendiri merupakan keadaan dimana populasi manusia lebih banyak daripada besarnya lahan yang tersedia. Hal tersebut menjadi alasan utama manusia untuk mengeksploitasi sumber daya hutan dan mengubah lahan hutan untuk keperluan tempat tinggal dan pertanian. Salah satu upaya eksploitasi sumber daya hutan adalah tindakan deforestasi. Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan untuk diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan (Risnandar, 2018). Deforestasi merupakan konsekuensi dari tingginya pertumbuhan populasi manusia. Semakin meningkatnya populasi manusia mengakibtkan kegiatan industrialisasi semakin meningkat, sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas penebangan hutan. Seiring berkurangnya lahan hutan, spesies satwa liar yang sepenuhnya bergantung pada sumber daya hutan akan kehilangan habitat alami mereka. Akibatnya, satwa liar lebih mudah mencapai tangan pemburu gelap dan penyelundup hewan, sehingga dapat disimpulkam bahwa peningkatan jumlah populasi manusia memiliki efek negatif pada spesies satwa liar (Shukla, 1996). Melihat kondisi saat ini dimana meningkatnya pertumbuhan populasi manusia merupakan penyebab utama dari berkurangnya lahan hutan, maka diperlukan perhatian yang serius berkaitan dengan bahaya deforestasi.

Berdasarkan permasalahan di atas, penting untuk memahami pengaruh pertumbuhan populasi manusia terhadap keberlangsungan sumber daya hutan dan satwa liar. Pemodelan matematika merupakan salah satu alat untuk mengetahui pengaruh tekanan populasi manusia terhadap sumber daya hutan dan satwa liar. Penerapan model matematika dalam sistem lingkungan terutama masalah eksploitasi hutan bukan merupakan hal baru. Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai model matematika terkait sistem lingkungan, Dubey dan Sharma (2010) menunjukkan bahwa ketika tekanan populasi manusia meningkat, maka industrialisasi juga meningkat. Akibatnya proses industrialisasi akan terus memancarkan polusi ke lingkungan. Hal ini dapat memicu terjadinya deforestasi. Selanjutnya, Lata dkk (2016) juga telah meneliti model matematika dampak industri berbasis kayu dan non-kayu terhadap keberlangsungan sumber daya hutan.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa industri berbasis kayu dan non-kayu terus menerus memancarkan polusi ke lingkungan, sehingga ketika industri berbasis kayu dan non-kayu meningkat, maka polusi yang dihasilkan dapat mengganggu metabolisme sumber daya hutan. Selain itu, Lata dkk (2017) mengkaji model matematika dampak deforestasi yang disebabkan oleh tekanan populasi manusia pada spesies satwa liar. Model matematika yang digunakan mengikuti bentuk model predator-prey dengan memandang tingkat pemangsaan sumber daya hutan oleh satwa liar (Holling tipe I). Namun dalam kenyataannya, terdapat fakta bahwa setiap spesies satwa liar memiliki cara pemanfaatan sumber daya hutan yang berbeda-beda.

Penulis telah mengembangkan model dari Lata dkk (2017) dengan menambahkan batasan pada interaksi antara populasi satwa liar dengan kepadatan sumber daya hutan berupa fungsi respon Holling tipe II dan tipe III. Adapun alasan penggunaan fungsi respon Holling tipe II dilakukan karena beberapa satwa liar memerlukan waktu untuk mencari dan menangani sumber daya hutan sebelum dimanfaatkan. Sedangkan alasan penggunaan fungsi respon Holling tipe III dilakukan karena ketika sumber daya hutan yang biasa dimanfaatkan satwa liar mulai berkurang, maka beberapa satwa liar mencari jenis sumber daya hutan yang lain.


Penulis: Cicik Alfiniyah, M.Si., Ph.D

Informasi detail riset ini dapat dilihat di:

https://aip.scitation.org/doi/10.1063/5.0042160

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp