Bekerja atau Ibu Rumah Tangga Bukan Pilihan Bagi Wanita

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi ibu bekerja sambil mengurus rumah tangga. (Sumber: Astra Life)

UNAIR NEWS – Hari Kartini pada Rabu (21/4/2021) lalu menjadi momen pengingat perjuangan emansipasi wanita. Meski peringatan ini telah berjalan berdekade lamanya, sayangnya perempuan masih seringkali terkungkung pada pilihan bekerja atau menjadi ibu rumah tangga.

Bagi Pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Dewi Retno Suminar, Dra., M.Si. Psikolog mengatakan bahwa pilihan tersebut seharusnya tidak disematkan pada para perempuan. Emansipasi harusnya juga dimaknai pada situasi di mana perempuan bebas untuk menentukan pilihannya dan tidak terikat pada pilihan A atau B.

“Perempuan seringkali diharuskan untuk memilih bekerja atau di rumah mengurus anak. Padahal, itu bukanlah keharusan. Mengapa perempuan harus memilih salah satunya jika bisa melakukan keduanya? Atau setidaknya memilih tanpa tekanan yang demikian?,” terangnya dalam webinar Parenting Dharma Wanita pada Jumat (23/4/2021) lalu.

Lalu apabila ingin menjalani keduanya, bagaimana seharusnya perempuan Indonesia membentuk karakter pribadinya?

Menurut Dewi, perempuan Indonesia harus membentuk kepribadian SMART agar mampu bertahan di kala pandemi maupun di antara masyarakat. SMART sendiri menjadi kepanjangan dari sense of humor, maturity, agile, rationale, serta trust.

Lima Karakter

Pertama, Dewi mendorong agar perempuan Indonesia dapat memiliki sense of humor. Seorang perempuan, khususnya ibu yang memiliki karakter tersebut pasti akan melihat sesuatu dari sisi positif dengan imajinasi yang tinggi.

Dalam ilmu psikologi, selera humor sering disebut sebagai senjata jiwa. Banyak terapi kejiwaan yang menggunakan tawa sebagai ‘obat’. Sense of humor akan membantu kita untuk lebih rileks dan menghadapi persoalan dengan jernih.

“Misal, kita melihat anak bermain lumpur di lantai. Ibu yang punya selera humor pasti lebih berfokus pada kreativitas dan kelucuan sang anak, dan bukannya pada lantai yang kotor. Hal ini penting sekali bagi tumbuh kembang sang anak,” jelasnya.

Pakar Psikologi Universitas Airlangga Dr. Dewi Retno Suminar, Dra., M.Si. Psikolog.

Karakter yang selanjutnya adalah maturity atau kedewasaan. Dewi mengingatkan bahwa kematangan pikiran dan emosi seseorang tidak tergantung pada usia. Seseorang yang telah dewasa akan cenderung mawas diri dan tidak melulu menyalahkan orang lain maupun keadaan.

“Perbanyak killing time sebelum tidur. Berpikir apa kebaikan dan kesalahan yang sudah dilakukan hari itu. Meski terlihat sepele, tapi kebiasaan ini penting agar kita menjadi pribadi yang dewasa,” paparnya.

Karakter ketiga adalah agile atau tangkas. Mengingat perempuan yang juga akan menjadi ibu, mereka dituntut untuk mampu menjalani multiperan, mulai dari bekerja, memasak, mengasuh anak, hingga mengurus rumah. Tidak jarang seorang ibu akan merasa waktu 24 jam begitu singkat dan terasa kurang.

Untuk itu, seorang ibu harus mampu bersikap tanggap dan menentukan skala prioritas terhadap hal-hal apa yang harus didahulukan atau tidak.

Karakter keempat adalah reality atau kenyataan. Satu hal menarik dari perempuan, mereka adalah individu yang lebih imajinatif daripada laki-laki. “Karna perempuan lebih peka perasaannya, mereka seringkali halu terhadap suatu hal yang kenyataannya tidak demikian,” imbuh Dewi.

Kebiasaan ‘halu’ perempuan dapat membuatnya terlena atau malas saat mengetahui kenyataan tidak seperti yang ia bayangkan. Dewi juga menekankan bahwa karakter ini penting bagi seorang Ibu untuk mendidik sang anak.

Seorang anak memiliki bakat dan keahliannya masing-masing. Apabila bakat atau minat tersebut tidak sesuai ekspektasi, seorang ibu harus mampu menyadari realitas yang ada. Mereka yang bersikap realistis akan memberikan reaksi proporsional dan realistis pula.

Kemudian karakter terakhir adalah trust atau kepercayaan terhadap diri sendiri maupun orang tercinta. Melalui karakter tersebut, perempuan akan melihat segala hal secara positif, mau menerima masukan, dan terbuka pada hal-hal baru.

“Anda yang tahu diri Anda. Jangan biarkan orang lain menentukan emosi dan pilihan Anda. Karena tidak ada namanya pilihan bekerja atau ibu rumah tangga bagi perempuan. Semua bisa kita lakukan melalui karakter SMART,” tutupnya. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp