Teknik simultaneus kissing stents pada Tatalaksana Sindroma Koroner Akut Akibat Oklusi Total Arteri Koroner Kiri Utama dengan Komplikasi Syok Kardiogenik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Lesi bifurkasi pada arteri koroner kiri utama (left main coronary artery/LMCA) merupakan lesi dengan anatomi yang kompleks.Insidensi primary percutaneous coronary intervention (primary PCI) terhadap oklusi total LMCA sekitar 0.58% dari keseluruhan primary PCI. Hampir 89% pasien dengan oklusi total LMCA mengalami syok kardiogenik.[1] Tatalaksana lesi bifurkasi LMCA secara umum membutuhkan pencitraan intravaskular untuk memadu prosedur pemasangan stent.[2]

Berdasarkan panduan dari European Society of Cardiology 2020, suatu kondisi gangguan hemodinamik atau syok kardiogenik disertai hasil pemeriksaan EKG berupa depresi ST-segmen >1 mm pada ≥6 lead ditambah elevasi ST-segmen pada aVR dan atau V1 disebut sebagai risiko sangat tinggi sindroma koroner akut non ST-elevasi. [4] Sekitar 9% dari total kasus sindroma koroner akut datang dengan kondisi syok kardiogenik yang berhubungan dengan sumbatan LMCA. [5] Lebih dari sebagian pasien tersebut meninggal saat perawatan di rumah sakit.[1]

LMCA menyuplai 84% aliran darah untuk kebutuhan ventrikel kiri. Patofisiologi dari penyakit LMCA berhubungan dengan hemodinamik aliran darah pada koroner LMCA. Pada kasus oklusi total LMCA, aliran arteri koroner berkurang secara signifikan. Fungsi sistolik ventrikel kiri akan terganggu, dan berkembang menjadi syok kardiogenik.[6]

Pemilihan strategi untuk terapi lesi LMCA bergantung pada karakteristik pembuluh darah dan lesinya (distribusi plak, diameter cabang arteri, sudut antar cabang, dan anatomi cabang samping). Berdasarkan kriteria DEFINITION, suatu lesi kompleks bifurkasi LMCA di definisikan sebagai adanya salah satu faktor risiko mayor atau ada dua faktor risiko minor. Faktor risiko mayor ialah diameter stenosis cabang arteri koroner ≥70% dan panjang ≥10 mm. Faktor risiko minor adalah kalsifikasi sedang-berat, lesi multiple, sudut bifurkasi <45o atau >70o, diameter pembuluh darah acuan <2.5 mm, thrombus pada lesi, dan panjang pembuluh darah utama ≥25 mm.[7]

Lesi bifurkasi dapat membutuhkan strategi dua stent (T stenting, TAP, mini crush, double-kiss crush, culotte, V stenting atau SKS stenting). Bila sudut bifurkasi berupa bentukan T, maka strategi yang direkomendasikan adalah T stent, TAP stenting, atau mini crush. Bila sudut bifurkasi berupa bentukan Y, maka strategi yang direkomendasikan adalah culotte, double-kiss crush, atau V stenting.[8] Rata-rata prosedur pemasangan stent pada lesi kompleks membutuhkan waktu satu setengah jam.[9] European Bifurcation Club (EBC) merekomendasikan penggunaan pencitraan intravascular saat intervensi LMCA.[2]

Sharma dkk mengembangkan teknik simultaneus kissing stents (SKS) pada tahun 2004 untuk terapi lesi bifurkasi LMCA yang tidak terproteksi. Teknik SKS terdiri dari penggunaan dua stent dengan ukuran yang tepat. Pembuluh darah utama dan cabang dilakukan pemasangan wire. Preparasi pembuluh darah dilakukan sesuai indikasi klinis. Kedua stent dimasukan satu per satu, diawal dari arteri koroner cabang, kemudian diikuti arteri koroner utama. Kemudian kedua stent ditarik menuju bifurkasi dan menuju pada bagian proksimal dari lesi pembuluh darah utama untuk membentuk Y. Satu sisi Y pada distal pembuluh darah utama (menutup sisi distal pada lesi pembuluh darah utama). Sisi lain ialah pada cabang (menutup pada sisi distal pada lesi pembuluh darah cabang). Posisi stent dapat dikonfirmasi dan terdapat overlap bagian proksimal stent. Stent di lepaskan dengan inflasi dan deflasi secara simultan pada 10 – 12 atm selama 10 – 20 detik. Dilatasi kedua dilakukan pada tekanan yang lebih besar untuk mengembangkan strut stent secara penuh, diikuti dilatasi ketiga pada 10 – 12 atm.[11] Teknik SKS merupakan opsi lain terapi LMCA dikarenakan kemudahan teknik dan durasi pemasangan stent singkat.[12]

Kami melaporkan sebuah kasus tentang teknik simultaneus kissing stents (SKS) menggunakan drug-eluting stent (DES) sebagai strategi darurat pada kejadian oklusi akut LMCA dengan lesi bifurkasi pada pasien sindroma koroner akut non-ST elevasi Killip IV.

Penulis: Mochamad Yusuf, Dwi Fachrul Octafian Hidayat

Informasi detail hasil riset dapat diakses pada https://casereports.bmj.com/content/14/4/e241245

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp