Pakar Farmasi: Idealisme dan Profit Harus Seimbang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Apt. Cinthya Ratna Yuniar, S. Farm, M.M, alumni Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (2005-2009), dalam webinar Alumni Berbagi 2021 Vol 1: Pharmacist to Entrepereneur yang diadakan Sabtu, 3 April 2021. (Foto: Rayya Afifah Ikhsani)

UNAIR NEWS – Prospek kerja apoteker tidak selalu berhubungan dengan pelayanan rumah sakit atau industri obat-obatan. Salah satu prospek kerja yang banyak digandrungi apoteker adalah berwirausaha. Namun dalam praktiknya, apoteker menghadapi berbagai permasalahan yaitu menempatkan idealisme dan profit dalam prioritas berusaha.

Apt. Cinthya Ratna Yuniar, S. Farm, M.M, alumni Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (2005-2009), dalam webinar Alumni Berbagi 2021 Vol 1: Pharmacist to Entrepereneur yang diadakan Sabtu, 3 April 2021 menyampaikan bahwa permasalahan ini dapat diselesaikan dengan adanya apoteker yang melakukan praktik langsung di apotek. “Apoteker yang berada di apotek bisa menjalankan idealismenya sekaligus mencari profit untuk apoteknya.” Jelas Cinthya.

Lebih lanjut ia menyampaikan apoteker bisa menjalankan wirausahanya dengan berpraktek sesuai idealisme yang ada dan diseimbangi dengan pencarian profit. “Di lapangan itu, kita bisa saja bertemu pelanggan yang pemahamannya mengenai obat itu salah. Ada yang merasa obat A itu bagus untuk kasih makan hewan ternak karna dapat rekomendasi dari tetangganya, padahal obat A itu termasuk antibiotik yang bisa menumpuk dalam tubuh hewan dan berbahaya jika dikonsumsi manusia nantinya. Nah disitu kita bisa mengedukasi mengenai penggunaan obat dan merekomendasikan obat lain yang memiliki harga berbeda. Tentunya perbedaan harganya tidak terlalu jauh,” Sambung Cinthya. 

Selain itu, Cinthya juga menyampaikan beberapa 3 hal penting mengenai idealisme vs profit yang dialami apoteker. Pertama, dalam berpraktik, bedakan penyerahan obat yang membutuhkan pelayanan lebih dan pelayanan standar. Jika resep obat yang diserahkan pelanggan mengandung obat berbahaya, berikan perhatian khusus. Untuk resep obat bebas, berikan perhatian standard seperti cara penggunaan, batas waktu, dan cara penyimpanan. Kedua, pesan obat tidak harus ke Pedagang Besar Farmasi (PBF), ketika awal berbisnis bisa membeli ke kawan dalam komunitas apoteker yang juga berwirausaha. Ketiga, Seimbangkan dalam beridealisme, jangan jadikan idealisme penghambat apoteker untuk berwirausaha.

“Idealisme yang dimiliki bisa dijadikan sebagai dasar bagi apoteker untuk berimprovisasi dalam berpraktik dengan pelanggan di apotek,” tutupnya.

Penulis: Rayya Afifah Ikhsani  

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp