Faktor yang Berpengaruh dalam Program Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: https://gustinerz.com/

Keselamatan pasien telah lama menjadi permasalahan di seluruh dunia. Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Berbagai faktor dewasa ini telah diteliti mengenai apa saja yang berpengaruh terhadap keselamatan pasien baik faktor individu petugas di Rumah Sakit, maupun faktor eksternal individu seperti faktor organisasi dan faktor lingkungan.

            Penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit merupakan praktik yang diharapkan dapat mengurangi kemungkinan timbulnya kejadian kecelakaan kerja pada sistem pelayanan kesehatan. Pelaksanaan keselamatan pasien merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin keselamatan pasien, seperti kebersihan tangan, identifikasi pasien, keamanan obat, dan komunikasi yang efektif. Hal tersebut merupakan kegiatan keperawatan yang diterapkan setiap hari oleh perawat. Keselamatan pasien didorong lebih lanjut untuk meminimalkan jumlah kejadian buruk yang mungkin terjadi di Rumah Sakit. Meski begitu, berdasarkan laporan yang ada, tidak semua Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) telah terdokumentasi dan dilaporkan dalam dokumentasi KTD dan sistem pengarsipan laporan di rumah sakit.

            Tingginya angka kejadian keselamatan pasien di beberapa Rumah Sakit di Kabupaten Probolinggo sejak tahun 2016 – 2019 menjadi salah satu indikator terjadinya masalah yang cukup serius pada program keselamatan pasien di Rumah Sakit. Kasus – kasus tersebut antara lain jumlah flebitis, laporan medis yang tidak lengkap, kesalahan pemberian diet, kesalahan dalam meresepkan obat, dan tingkat ketidakpatuhan dalam identifikasi pasien. Penanganan permasalahan tersebut belum dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan prosedur standar operasional dan pedoman keselamatan rumah sakit, sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut faktor-faktor apa yang paling berpengaruh dalam keselamatan pasien di beberapa Rumah Sakit di Kabupaten Probolinggo.

                Kepemilikan psikologis dipengaruhi oleh situasi dan faktor individu yang mengarahkan perilaku individu. Kognisi atau kepemilikan individu terbukti mempengaruhi perilaku dalam mengelola kinerja tim. Pengetahuan karyawan memiliki peran penting dalam meningkatkan kepemilikan psikologis dalam melaksanakan program keselamatan pasien di beberapa Rumah Sakit di Probolinggo. Kajian kepemilikan psikologis secara khusus ditujukan untuk mengetahui sejauh mana seseorang mempersepsikan sebagian pengetahuannya tentang organisasi. Penelitian mengenai kepemilikan psikologis dan hubungannya terhadap faktor pengetahuan ini tergolong masih jarang dilakukan dan para peneliti hanya mengukur pengetahuan sebagai salah satu dampak dari kepemilikan psikologis. Kepemilikan psikologis juga mempunyai peranan penting dalam meningkatkan motivasi intrinsik individu petugas dalam menjalankan tanggung jawabnya melaksanakan program keselamatan pasien.

            Selain itu faktor yang mempengaruhi adalah intention yang menunjukkan bahwa niat petugas dalam melaporkan KTD juga dipengaruhi oleh perilaku, bukan norma subjektif. Sebaliknya, niat tidak berpengaruh terhadap perilaku dalam melaporkan kejadian yang merugikan. Pada faktor organisasi, secara parsial persepsi, pengetahuan, dan budaya keselamatan pasien berpengaruh signifikan terhadap niat melaporkan kejadian keselamatan pasien.

            Maka dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi kepada beberapa Rumah sakit di Kabupaten Probolinggo untuk melakukan pendekatan unit kerja bukan hanya pendekatan secara individual untuk meningkatkan laporan insiden keselamatan pasien. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan karyawan tentang proses pelaporan insiden keselamatan pasien, menghilangkan rasa takut terhadap dampak laporan dan mengembangkan budaya keselamatan pasien. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sistem pelaporan yang baik dan memberikan respon laporan yang cepat. Hasil penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa jika konsekuensi hukuman harus diberikan maka hukuman yang diberikan adalah hukuman yang tidak menyalahkan dan juga tidak seharusnya menghukum individu agar tidak mempengaruhi kepemilikan psikologis individu tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja unit kerja dalam program keselamatan pasien.

Penulis: Thinni Nurul Rochmah

Apabila saudara tertarik dengan topik ini, saudara dapat membaca artikel Influence of the Work Units’ Psychological Ownership and Intention in Establishing the Patient Safety Program in Hospitals in Probolinggo, East Java.

Link artikel ini dapat diunduh pada https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/12093

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp