“Gusi Palsu” Solusi Praktis Perawatan Resesi Gingiva

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Dental ID

Resesi gingiva merupakan kondisi yang ditandai dengan berkurangnya ketinggian gingiva  (gusi) sehingga gigi terlihat memanjang. Problem yang sering muncul dan dikeluhkan pasien  dengan resesi gingiva adalah masalah estetis. Kondisi ini akan sangat mengganggu jika gingiva yang mengalami resesi terjadi pada gigi depan atas. Hal ini karena ketika seseorang berbicara  atau tertawa maka gigi-gigi depan atas akan terlihat, terutama jika seseorang tersebut  mempunyai susunan gigi yang protrusi (tongos). Selain estetis, problem lain yang kemungkinan timbul akibat resesi gingiva adalah dentin hipersensitif. Dentin hipersensitif ditandai dengan rasa ngilu pada gigi yang mengalami resesi gingiva, terutama jika gigi tersebut  terkena minuman dingin, bahkan tanpa minum dingin rasa ngilu pada beberapa kasus resesi  gingiva juga ditemukan. Rasa ngilu ini timbul karena permukaan akar yang semula pada  kondisi normal tertutup gingiva, akibat adanya resesi pada gingiva maka permukaan akar  menjadi terbuka. Padahal pada permukaan akar terdapat tubulus dentin yang berupa pori-pori mikro yang didalamnya berisi serabut saraf. Karena terbukanya permukaan akar, maka saraf  dalam tubulus dentin mudah terkena rangsangan dari luar. Problem lain yang dapat terjadi  akibat resei gingiva adalah mudah terjadi karies maupun abrasi pada area permukaan akar di  sekitar gingiva yang mengalami resesi. 

Resesi gingiva dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain akibat kesalahan menyikat  gigi, akibat penumpukan karang gigi, maupun pengaruh dari bertambahnya usia. Kesalahan  menyikat gigi sering menjadi penyebab resesi gingiva, terutama bila ditunjang dengan bulu  sikat yang kaku dan digerakkan dengan keras. Cara menyikat gigi yang benar adalah searah  dengan sumbu gigi, bukan dalam arah horisontal. Cara menyikat gigi dalam arah horizontal akan mengakibatkan iritasi pada tepi gingiva yang berbatasan dengan gigi, sehingga  mengakibatkan pengurangan ketinggian letak tepi gingiva. Penyebab lain resesi gingiva adalah  penumpukkan karang gigi pada permukaan gigi yang berbatasan dengan gingiva.  Penumpukkan karang gigi ini mengakibatkan keradangan pada tepi gingiva, sehingga dapat  menyebabkan perlekatan tepi gingiva ke permukaan gigi mengalami kerusakan. Kerusakan  perlekatan gingiva ke permukaan gigi ini akan menyebabkan pengurangan ketinggian tepi  gingiva. Penyebab yang lain timbulnya resesi gingiva dapat terjadi akibat bertambahnya usia.  Hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa hampir 50% individu dengan usia di atas 60  tahun mengalami resesi gingiva. 

Resesi gingiva dapat dibagi dalam 4 klasifikasi. Klasifikasi 1 dan 2 ditandai dengan adanya  resesi gingiva namun belum terbentuk celah diantara 2 gigi, sedangkan klasifikasi 3 dan 4  ditandai adanya resesi gingiva yang disertai terbentuknya celah diantara 2 gigi. Pada klasifikasi  3 dan 4 ini sering pula seseorang dengan resesi gingiva mengeluh mudah terselip makanan saat  makan. Selain itu, keluhan estetik mejadi semakin tampak karena kondisi resesi disertai dengan  celah-celah diantara 2 gigi. 

Perawatan pasien dengan kondisi resesi gingiva dapat dikelompokkan kedalam 2 metode, yaitu  secara bedah dan non-bedah. Metode bedah untuk memperbaiki kondisi gingiva yang  mengalami resesi cenderung dilakukan pada resesi gingiva klasifikasi 1 dan 2. Sedangkan  untuk klasifikasi 3 dan 4, metode bedah seringkali memberikan hasil yang kurang memuaskan.  Pada beberapa kasus menunjukkan kekambuhan, resesi gingiva timbul kembali dalam kurun  waktu kurang dari 6 bulan, bahkan ketidak-berhasilan. Oleh karena itu, timbul pemikiran untuk mencari solusi memperbaiki gingiva yang mengalami resesi klasifikasi 3 dan 4 yang mudah  dan praktis. 

Saat ini ada metode penanganan resesi gingiva klasifikasi 3 dan 4 dengan tanpa pembedahan,  yaitu dengan cara memberi gingiva tiruan (gingival mask) pada area yang mengalami resesi  gingiva. Secara prinsip, metode ini mirip dengan pembuatan gigi tiruan pada area yang tidak  bergigi. Gingiva tiruan ini juga ditempelkan pada area gingiva yang mengalami resesi,  perlekatan gingiva tiruan ini mengandalkan celah-celah yang timbul diantara gigi-gigi.  

Gingiva tiruan terbuat dari bahan plastis yang sewarna dengan gingiva. Adanya bahan plastis membuat permukaan gingiva tiruan bisa beradaptasi dengan baik pada permukaan gingiva yang  resesi, serta dapat mengikuti lekuk gingiva yang normal. Bahan gingiva tiruan yang sewarna  dengan gingiva, sangat menunjang faktor estetik, sehinga pemakai gingiva tiruan cenderung  tidak tampak adanya masalah pada gingiva, sehingga hal ini dapat menjadi solusi terhadap  masalah estetik yang timbul. Selain itu, dengan adanya gingiva tiruan yang dipasang pada  permukaan gingiva yang mengalami resesi akan menutupi permukaan akar gigi yang terbuka,  hal ini juga bermanfaat mengurangi keluhan ngilu yang ditimbulkan saat ada rangsangan dingin  pada permukaan gigi dengan resesi gingiva. Secara umum gingiva tiruan merupakan solusi praktis dalam penanganan resesi gingiva.  Gingiva tiruan dapat beradaptasi dengan baik pada permukaan gigi, juga memberi warna yang  mirip gingiva normal. Keluhan estetik maupun dentin hipersensitif akibat resesi gingiva dapat  teratasi dengan baik. 

Penulis: Agung Krismariono 

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada:  Treatment of Gingival Recession using Gingival Mask  https://aip.scitation.org/doi/abs/10.1063/5.0034977

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).