Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering dialami pada pasien berusia di atas 60 tahun dan merupakan gangguan mental yang paling umum dengan tampilan gejala yang tidak spesifik atau tidak khas pada lansia. Ketika seorang lansia mengalami depresi, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agama atau spiritualnya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan yang dialaminya, khususnya lansia yang mengalami depresi. Sholat atau berdoa membaca kitab suci Al quran dan praktik keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.
Spiritualitas pada lansia merupakan suatu energi yang menghubungkan masa lanjut usia untuk mengenal dirinya lebih dalam dan merasa terhubung dengan Tuhan dan alam semesta sehingga memunculkan perasaan damai dan bahagia. Dampak depresi pada lansia sangatlah buruk. Depresi yang tidak diobati menyebabkan peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan dan medis, memberi pengaruh negatif pada kualitas hidup, dan meningkatkan kematian. Semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin rendah tingkat depresi. Dan kehidupan spiritual itu penting untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia.
Salah satu upaya untuk mengurangi depresi pada lansia yaitu dengan aspek spiritual seperti membaca kitab suci, berdoa dan sholat, menghadiri pengajian dan ceramah. Terpisahnya lansia dari ikatan spiritual membuat lansia kehilangan kemampuan untuk mengenal dirinya dan Tuhannya. Setelah dilakukan pendekatan spiritual, lansia kembali tersadar akan hakikat dirinya sebagai manusia dan tujuan keberadaannya di dunia serta meyakini bahwa ada hikmah dari setiap kejadian atau penderitaan yang sedang dialaminya. Kehidupan manusia pada fitrahnya, memang tidak dapat dipisahkan dari agama. Berdasarkan perkembangan spiritualnya kehidupan beragama pada lansia sudah mencapai tingkat kemantapan dan meningkatnya kecenderungan lansia untuk menerima pendapat keagamaan, hanya saja kondisi dan lingkungan yang membuat lansia terputus dari ikatan spiritual. Lansia pun mulai memahami bahwa spiritual tidak hanya menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya tetapi juga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, alam dan orang di sekitarnya.
Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar lansia memiliki tingkat depresi ringan. Hal ini disebabkan sebagian besar lansia sudah memiliki spiritualitas yang tinggi yang membuat lansia mempunyai koping yang baik dalam memecahkan masalah sehingga mengakibatkan lansia hanya mengalami depresi dengan tingkat yang ringan. Lansia mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang depresi. Individu yang lama tinggal di panti telah menyatu dengan kegiatan di panti akan merasakan dirinya masih berarti dan masih memiliki peran sehingga kemungkinan depresi akan lebih sedikit. Tingkat depresi ringan pada lansia yang berada di panti werdha dikarenakan oleh adanya program spiritual yang diadakan oleh pihak panti dan juga dikarenakan lansia sudah bisa menerima kenyataan kehilangan pasangan hidupnya dan mampu beradaptasi dengan lingkungan di panti seiring dengan berjalannya waktu, serta bersosialisasi dengan sesama lansia yang tinggal di Panti.
Faktor religiusitas yang mempengaruhi kejadian depresi pada lansia, ketika seseorang dihadapkan pada suatu keadaan yang cenderung menimbulkan perasaan tertekan, stres, dan depresi, maka mereka akan berusaha untuk mencari sebuah kompensasi agar perasaan yang dirasakan tersebut bisa diatasi. Salah satu strategi kompensasi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah yang mereka hadapi adalah dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, melalui ritual keagamaan dan penyembahan, karena tingkat spiritual lanjut usia sangat berkaitan dengan kejadian depresi pada lanjut usia, dalam hal ini tingkat religiusitas yang tinggi sangat dibutuhkan agar mereka terhindar dari perasaan depresif. Orientasi keagamaan bermanfaat sebagai mekanisme koping dan sumber dukungan sosial untuk lansia yang mengalami depresi.
Lansia yang berminat pada keyakinan agama dan melakukan berbagai ritual yang ada dalam keyakinan beragamanya, memiliki proporsi yang berarti dalam menghadapi suatu masalah (koping) dengan lingkungannya, hubungan interpesonal, stres dan depresi yang diakibatkan oleh kesehtana fisik. Koping agama seperti memiliki spiritual yang baik juga terkait erat dengan penyesuaian diri yang baik pada lansia. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa spiritualitas yang tinggi membuat lansia mempunyai koping yang baik dalam memecahkan masalah sehingga mengakibatkan lansia yang mengalami depresi dengan tingkat yang ringan. Kehidupan manusia pada fitrahnya, memang tidak dapat dipisahkan dari agama. Berdasarkan perkembangan spiritualnya kehidupan beragama pada lansia sudah mencapai tingkat kemantapan dan meningkatnya kecenderungan lansia untuk menerima pendapat keagamaan, hanya saja kondisi dan lingkungan yang membuat lansia terputus dari ikatan spiritual. Lansia pun mulai memahami bahwa spiritual tidak hanya menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya tetapi juga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, alam dan orang di sekitarnya. Guna melihat fenomena lebih lanjut, dapat dilihat pada artikel Scopus dengan merujuk pada konten di bawah ini.
Penulis : Ali Sairozi
Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link jurnal berikut ini: