Faktor Risiko Kematian Neonatal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Kematian neonatal merupakan 2/3 dari kematian bayi. Berdasarkan hasil demografi Indonesia 2012 dan survei kesehatan, angka kematian neonatal sebanyak 19 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal dapat diakibatkan oleh kelainan perinatal kehamilan berisiko tinggi seperti asfiksia, kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah, dan trauma kelahiran. Derajat kesehatan neonatal itu sendiri juga sangat erat kaitannya dengan kesehatan ibu selama kehamilan, pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemberian perawatan antenatal serta perawatan bayi baru lahir dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

Faktor yang mempengaruhi keselamatan bayi antara lain usia ibu saat hamil, paritas, dan jarak kelahiran. Selain faktor tersebut ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhinya, antara lain: ibu-ibu jarang memeriksakan kandungan, hamil di usia muda, jarak yang dengan kehamilan sebelumnya terlalu dekat, hamil di usia tua, ibu dan bayi kekurangan gizi, makanan yang dikonsumsi oleh ibu kurang higenis, serta fasilitas sanitasi dan higienitas yang kurang memadai.

Pada tahun 2014 angka kematian bayi di Situbondo lebih tinggi dari angka kematian bayi di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 53,06 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan angka ini, membutuhkan penanganan serius dari sistem pelayanan kesehatan setempat untuk mengatasi kejadian tersebut.

Neonatus dengan berat badan lahir rendah meningkatkan resiko kematian sebanyak 56%. Berat badan lahir rendah secara universal diakui sebagai faktor risiko utama pada kematian neonatal. Diketahui dalam penelitian lain bahwa 52% dari neonatus yang meninggal memiliki berat lahir sebesar <500 gram. Usia kehamilan terbanyak berada di kisaran 28- 36 minggu atau usia kehamilan prematur (70%). Resiko infeksi dan sepsis yang meningkat pada kelahiran prematur akan mengakibatkan kematian jika perawatan medis yang tepat tidak dilakukan sedini mungkin. Penyebab paling umum dari kematian neonatus karena asfiksia (32%). Asfiksia adalah suatu kondisi kegagalan pernapasan secara spontan di saat bayi baru lahir atau sesaat setelah lahir. Kematian neonatal dini pada rentang usia bayi 0-7 hari sebanyak 92%. Risiko kematian neonatus telah meningkat selama hari-hari awal bayi hidup. Risiko tinggi kematian neonatal terjadi pada ibu di bawah usia 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Oleh karena itu masa melahirkan pada 20-35 tahun paling aman untuk melahirkan karena organ reproduksi telah berkembang dengan sempurna.


Penelitian ini menemukan bahwa 62% kematian neonatal terjadi pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah kurang memperhatikan kondisi kehamilan dan persalinan. Mayoritas ibu 60% adalah ibu rumah tangga. Dominasi pada pekerjaan ibu rumah tangga dapat berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kematian neonatal yakni akibat keluarga berpenghasilan rendah cenderung tidak menghabiskan pendapatan lebih untuk biaya perawatan kesehatan. Kematian neonatal terjadi pada ibu dengan gizi dibawah atau lebih (62%). Status gizi dari ibu sebelum dan selama kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin. Ibu yang selama kehamilan mengkonsumsi jamu sebanyak 7 kali memiliki risiko melahirkan bayi asfiksia dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi jamu selama kehamilan.

Ditemukan bahwa banyaknya ibu-ibu melakukan pijat perut selama kehamilan yang biasanya dilakukan pada trimester 3 atau setelah usia kehamilan 7 bulan. Pemijatan pada perut yang langsung kontak dengan janin dalam kandungan dapat mempengaruhi posisi janin menjadi abnormal, tali pusat melilit menyebabkan kompresi di pembuluh darah tali pusat, akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan nutrisi berkurang dan mengakibatkan janin mengalami hipoksia. Kematian neonatal terjadi pada ibu dengan kehamilan pertama dan hamil lebih dari 3 kali (54%). Pada kehamilan untuk pertama kali, jalan lahir belum diuji selain itu ibu belum terlatih dalam upaya perawatan janin. Demikian pula, kehamilan lebih dari 3, karena dalam persalinan dapat menimbulkan resiko yaitu kerusakan pembuluh darah di dinding rahim yang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin. Diketahui bahwa 80% neonatus lahir secara spontan atau normal melalui vagina. Proses kelahiran normal memiliki persentase kejadian lahir asfiksia yang tinggi (89,2%), sedangkan pada Section Caesarean insiden total partus asfiksia adalah 4,8%. Komplikasi partus seperti perdarahan antepartum, malpresentation, eklamsia, prematuritas, dan ruptur dini membran meningkatkan risiko kematian neonatal 8 kali lipat.

Kesimpulannya bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematian neonatal yaitu faktor neonatal yaitu faktor yang terjadi karena bayi itu sendiri seperti kurangnya berat badan dan asfiksi; maternal faktor yaitu faktor yang terjadi karena kurangnya informasi dan ibu yang mengonsumsi jamu serta faktor pelayanan kesehatan.

Ditulis oleh : Raesita Aliefa Sekardira, Sulistiawati , Risa Etika

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Classification of Neonatal Mortality Risk Factors

https://medicopublication.com/index.php/ijphrd/article/view/10012

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).