Industri Alat Kesehatan Indonesia Butuh Inovasi dan Kreasi untuk Mengatasi Tantangan Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pandemi Covid-19 mendorong sektor farmasi untuk terus bergerak menjadi aktor yang signifikan bagi usaha penanggulangan bencana kesehatan. Isu tersebut mendorong Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar webinar nasional pada Sabtu (17/10/2020). Menyoroti tantangan industri serta regulasi alat kesehatan (alkes), FF UNAIR mengundang tiga pemateri utama yang berasal dari kalangan industri, akademisi, maupun pihak rumah sakit.

Dalam diskusi tersebut, diketahui bahwa industri alkes Indonesia sempat mengalami krisis produksi akibat permintaan yang begitu besar. Sehingga timbul tantangan berat pada aspek distribusi, proses produksi, supply bahan bakar, penerapan protokol kesehatan di perusahaan, hingga pencegahan beredarnya produk palsu. Hal tersebut yang membuat harga-harga alkes seperti masker dan hand sanitizer begitu mahal di bulan-bulan awal pandemi.

“Negara-negara yang lebih dulu mengalami pandemi langsung menyetop ekspor mereka. Padahal Indonesia hanya punya dua perusahaan produsen alat filter masker yang akhirnya harus menyetok industri pembuatan masker di seluruh Indonesia,” kata Direktur Operasional PT Jayamas Medika Industri Leonard Hariadi Hartanto.

Sementara itu Drs. apt. Muhammad Arif Zaidi selaku Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur menyoroti kebijakan pengendalian dan pengawasan alkes. Sebagai negara yang memiliki framework regulasi alat kesehatan, produksi alkes Indonesia harus terstandar aman, mutu, manfaat, tepat guna, dan keterjangkauan.

Sayangnya hingga kini masih banyak produsen maupun penyalur alkes yang belum menaati standar produk dari Dinkes. Masalah pengembangan alkes pun juga terhambat karena keterbatasan laboratorium yang terakreditasi di Jawa Timur.

Pada sisi lain, sektor rumah sakit sebagai pengguna produk-produk alkes menerangkan banyak dari mereka yang melakukan perancangan ulang kebutuhan alkes mengingat adanya perubahan signifikan akibat pandemi.

“Selama pandemi kebutuhan akan suction catheter, HME filter, catheter mouth, close suction, masker, dan tentunya APD meningkat tajam. Karena kesulitan memenuhi kebutuhan, akhirnya kami mencoba memperbanyak sumber pengadaan di luar pengadaan utama. Harganya pun juga semakin mahal,” terang apt. Nur Fauzi Hamidi, S.Farm selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit UNAIR (RSUA).

Dari webinar tersebut para pemateri mengingatkan agar pelaku industri mampu bekerja kreatif dan inovatif untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Pada ranah rumah sakit apt. Nur Fauzi mengajak para apoteker untuk mampu bersikap responsif serta membuat mekanisme manajerial dan fungsional yang tepat agar kebutuhan alkes tetap terpenuhi.

Sementara itu Dinkes sebagai pusat pembekalan, monitoring, perizinan, serta penilaian kini mengembangkan akses digital dalam operasionalnya. “Ada pengadaan e-report, e-watch, dan e-catalogue yang berfungsi sebagai pusat data dan referensi dari semua alur pengawasan, produksi, dan distribusi alkes,” terang Drs. Arif.

Dalam webinar yang digelar via Zoomdan live streaming Youtubetersebut, Dekan FF UNAIR Prof. apt. Junaidi Khotib, M.Kes., Ph.D. dalam pembukaannya turut menekankan bahwa diskusi lintas sektoral dalam webinar tersebut sangat dibutuhkan untuk memperluas pengetahuan apoteker saat telah terjun di lapangan. Acara yang dihadiri lebih dari 1000 peserta itu sendiri merupakan webinar ke-15 dari rangkaian seri webinar nasional yang digelar oleh FF UNAIR.

Penulis: Intang Arifia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).