Pentingnya Mengetahui Penyebab Kesalahan Pengobatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Instalansi Farmasi

Instalasi Farmasi di Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap penerimaan resep obat, peracikan obat hingga pemberian obat kepada pasien. Namun tidak dipungkiri, kesalahan pemberian obat (medication error) masih sering terjadi, sekalipun hal tersebut merupakan standar keselamatan pasien yang wajib ditaati oleh Instalasi Farmasi. Berdasarkan laporan dari salah satu rumah sakit milik pemerintah provinsi Jawa Timur, kesalahan dalam pemberian obat ditemukan menempati urutan pertama.  

Medication error atau kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang tidak hanya dapat merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan pengobatan pasien yang sebetulnya dapat dicegah. Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada tahapan peresepan (prescribing), transkripsi (transcribing), peracikan (dispensing), dan pemberian obat (administering). Tahap terjadinya masalah kesalahan pengobatan dikumpulkan dan diulas kembali untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pengobatan, serta penyebab utama terjadinya kesalahan pengobatan. Selama proses tersebut, tahap peracikan obat diamati dan menempati urutan pertama terjadinya kesalahan pengobatan.    

Insiden kesalahan pengobatan merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien untuk Rumah Sakit. Jumlah insiden keselamatan pasien yang dilaporkan hamper menyentuh angka 100 dalam waktu satu tahan dan tentu saja tahap peracikan merupakan tahap dengan laporan kesalahan terbanyak. Identifikasi kejadian kesalahan pengobatan pada tahap peracikan didasarkan pada enam indikator yaitu waktu pelaporan, subtipe kejadian, jenis kejadian, tempat, dampak, dan penilaian. Kejadian kesalahan pengobatan harus dilaporkan sesuai prosedur waktu pelaporan yaitu kurang dari 48 jam.

Analisis difokuskan pada kebijakan Standar Prosedur Opersaional (SPO), alur layanan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi, komunikasi antar staf, komunikasi antara staf dan pasien, dan staf dengan keluarga pasien. Identifikasi akar permasalahan, dilakukan dengan cara diskusi dua personel yang terlibat. Tujuannya adalah untuk memvalidasi akar permasalahan dan merumuskan solusi alternatif. Laporan kesalahan pengobatan dikumpulkan menggunakan sistem informasi rumah sakit. Rekapitulasi kesalahan pengobatan dikategorikan sebagai insiden keselamatan pasien. Salah satu hal yang juga dapat dilakukan sebagai solusi alternatif yaitu mengadakan Focus Group Discussion (FGD).

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan Kepala dan Koordinator Pelayanan peracikan obat, solusi alternatif yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan pengelolaan obat di Instalasi Farmasi antara lain memilah obat berdasarkan kecepatan distribusi obat pada pasien (fast moving) atau tidak, menempatkan obat cepat terdistribusi di tempat tersendiri agar dapat diakses dengan mudah oleh petugas, namun tetap berpedoman pada pedoman penyimpanan obat kewaspadaan tinggi. Kemudian alternatif solusi lainnya yaitu menggunakan huruf kapital, pengecekan ulang obat kewaspadaan tinggi dilakukan oleh apoteker dan mendokumentasikan langkah-langkah tersebut dengan jelas. Solusi alternatif ini diharapkan dapat mengurangi insiden kesalahan pengobatan yang terjadi pada tahap peracikan.

Sebanyak lima sub jenis kejadian kesalahan pengobatan yang terjadi pada tahap peracikan kemudian dianalisis penyebabnya. Metode 5 Whys dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan ini. Analisis penyebab difokuskan pada kebijakan, SOP, pola pelayanan, supervisi, monitoring dan evaluasi, komunikasi antar petugas, komunikasi antara petugas dengan pasien atau keluarga pasien. Metode 5 Whys mudah untuk diajarkan, dilakukan, dan diimplementasikan dalam kinerja tim, tetapi memiliki beberapa kelemahan. Metode 5 Whys menggunakan pemikiran linier, misalnya, Masalah A disebabkan oleh B, B menyebabkan C, dan akan berakhir dengan satu penyebab. Sebagai perbandingan, insiden keselamatan pasien sebenarnya bukanlah masalah linier.

Hasil akhir dari analisis masalah pada kesalahan pengobatan telah mengungkap kesalahan yang terjadi pada tahap peracikan. Analisis akar penyebab dari insiden kesalahan pengobatan yang terjadi pada tahap peracikan menyiratkan bahwa ada kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk fokus pada kebijakan, SPO, pengawasan dan evaluasi , pola layanan, komunikasi antara staf dan komunikasi antara staf dan pasien atau keluarga pasien. Oleh karena itu, dari permasalahan ini dapat direkomendasikan agar diadakan pertemuan rutin antara dokter, apoteker, dan perawat sebagai langkah pencegahan terjadinya kesalahan pengobatan berulang, Quality control dalam pelayanan peracikan harus dilakukan dengan tetap berpegang pada standar dan menerapkan best practice.

Penulis: Thinni Nurul Rochmah

Apabila saudara tertarik dengan topik ini, saudara dapat membacanya artikel Root Causes of Medication Errors in the Pharmacy Unit of a Mental Hospital in Indonesia. Link artikel ini dapat diunduh pada https://jummec.um.edu.my/article/view/25820 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).