Dandelion, Tanaman Obat atau Gulma untuk Wabah COVID-19?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh PBS.org

Munculnya wabah baru diseluruh dunia akibat virus SARS-CoV-2 telah meluluhlantahkan perekonomian global serta menyebabkan jutaan orang meninggal. Penyebaran virus ini sangat cepat melebihi jenis virus flu yang lain, sehingga kontak fisik pun bisa menyebabkan penularan. Bahayanya lagi, beberapa penderita tidak menunjukkan gejala apapun saat terinfeksi oleh virus ini.

Pemerintah diseluruh dunia memberlakukan lockdown untuk membatasi virus tersebut. Banyaknya tenaga medis yang meninggal serta penyebaran tanpa gejala menyebabkan masyarakat terpaksa mengikuti protokol kesehatan. Hal ini terjadi karena belum ada pengobatan yang tepat untuk membunuh SARS-CoV-2. Masyarakat dengan penyakit bawaan seperti hipertensi, darah tinggi, dan penyakit komplikasi menjadi lebih mudah tertular dan menyebabkan resiko kematian lebih cepat.

Beberapa obat bisa digunakan untuk mengatasi virus tersebut seperti Chloroquine, Remdesivir, Avigan, dan Dexamethasone. Namun penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan efek samping yang buruk bagi organ tubuh, terlebih lagi untuk ibu hamil. Alternatif lain seperti vaksin membutuhkan waktu yang lama karena harus melalui serangkaian uji klinis. Terlebih lagi, vaksin juga membutuhkan banyak sekali partisipan sebagai kelinci percobaan sebelum digunakan untuk kepentingan medis di masyarakat. Selain itu, SARS-CoV-2 tergolong virus RNA yang bisa bermutasi. Vaksin yang diproduksi saat ini bisa saja tidak bekerja pada masa yang akan datang dikarenakan antigen virus yang sudah berubah.

Tanaman obat mampu menjadi alternatif lain yang bisa digunakan untuk merawat pasien COVID-19. Selain itu, tanaman memiliki efek samping yang lebih kecil ataupun tanpa efek samping bagi tubuh manusia, berbeda dengan obat dari bahan kimia. Tanaman juga mengandung cukup serat yang baik untuk pencernaan. Salah satu tumbuhan sederhana yang bahkan diabaikan oleh manusia seperti hama yang harus dicabut yakni dandelion.

Dandelion merupakan tanaman yang dapat tumbuh bebas di padang rumput atau lapangan terbuka, selama terdapat cukup sinar matahari dan nutrisi di dalam tanah. Dandelion sering tumbuh beriringan dengan dan alang alang, menyebabkan pamornya menjadi tanaman liar yang tidak berharga. dandelion berkembang biak dengan menyebarkan bijinya dengan menerbangkan spora mirip  parasut dan meluncur karea diterbangkan oleh angin.

Walaupun dikenal sebagai hama oleh masyarakat modern, tanaman ini sering digunakan pada Orang Cina zaman dahulu  untuk membersihkan darah dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dandelion juga dapat merangsang kerja pankreas untuk memproduksi insulin, yang lebih banyak dibutuhkan untuk pasien penderita masalah diabetes. Dandelion adalah diuretik alami yang dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi lebih banyak urine, membantu menghilangkan kelebihan gula dari tubuh. Pasien dengan diabetes mudah terserang oleh SARS-CoV-2. oleh karena itu, dandelion bisa dikonsumsi oleh masyarakat dengan gejala diabetes.

Namun ironisnya dandelio tidak populer pada masyarakat Indonesia dan bahkan digunakan untuk pakan ternak. Berbeda dengan masyarakat Indonesia, dandelion telah dikonsumsi oleh masyarakat Inggris sebagai makanan tradisional. Bunga dan kuncup dandelion bisa dijadikan sayur untuk risotto.  Pada masyarakat Swedia, Akar chicory dikonsumsi bersama dandelion untuk membuat minuman chai chicory sebagai pengganti teh dan kopi. Hal ini menyebabkan penurunan angka pasien positif corona pada UK dan Swedia, dimana puncak corona terjadi pada bulan Mei dan Juli lalu terus menurun hingga sekarang.

Studi ini menunjukkan bahwa dandelion bermanfaat untuk pengobatan medis terhadap COVID-19. Dandelion memiliki efek samping yang sangat tidak berbahaya dibandingkan dengan obat yang digunakan untuk tujuan medis karena merupakan tanaman. Dandelion di Inggris dikonsumsi bersama dengan jenis tumbuhan lain seperti burdock, peterseli sapi, dan madu untuk masakan. Mirip di UK, dandelion juga biasa dikonsumsi di Swedia, bersama dengan madu dan akar chicory.

Penulis: Dr. Maslichah Mafruchati

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: http://www.sysrevpharm.org//index.php?iid=2020-11-8.000&&jid=196&lng=

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).