Asfiksia dan BBLR Risiko Berdampak pada Kesehatan Ibu dan Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Kesehatan bayi baru lahir (neonatus) menjadi poin penting dalam pembagunan kualitas sumber daya manusia di sebuah negara. Periode awal kehidupan manusia harus menjadi perhatian khusus, dimana pada tahapan ini terjadi tumbuh kembang yang sangat pesat. Apabila terjadi sebuah gangguan kesehatan pada periode ini maka dapat berpotensi mempengaruhi status kesehatan seorang individu di masa depan.

Menurut badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa hampir 75% kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan. Pada negara berkembang, kematian neonatus yang disebabkan oleh infeksi dapat mencapai 18 per 1000 kelahiran hidup. Sepsis dapat diartikan sebagai keadaan disfungsi atau kegagalan organ yang mengancam jiwa, yang disebabkan oleh respons inang yang tidak terkontrol terhadap infeksi. Infeksi pada neonatus dapat berasal dari mikroorganisme yang ditularkan secara vertikal dari ibu ke bayi, baik sebelum maupun selama persalinan.

Beberapa faktor dari ibu, bayi, dan lingkungan dapat berkontribusi terhadap kekebalan tubuh sehingga bayi baru lahir menjadi rentan terkena infeksi. Kami berargumentasi terdapat pengaruh determinan host yaitu faktor bayi terutama pada berat badan lahir rendah (BBLR) dan asfiksia terhadap kejadian sepsis neonatorum awitan dini (SNAD).

Metode dan Hasil

Pada penelitian ini, kami mencoba mengambil penelitian retrospektif di salah satu rumah sakit sekunder di Kota Surabaya untuk mengetahui faktor resiko apa saja yang berkaitan dengan sepsis pada neonatus. Sampel dalam penelitian ini adalah semua bayi baru lahir < 72 jam dengan pada tahun 2018 di RSU Haji Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kami menggunakan teknik total samling dengna pendekatan cross-sectional. Selanjutnya data diolah, dianalisis, dan diuji menggunakan analisis data uji regresi logistik.

Berdasarkan sumber data rekam medis periode Januari 2018 sampai Desember 2018 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 1461 bayi. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1283 bayi tidak mengalami sepsis neonatorum awitan dini dan 178 bayi mengalami sepsis neonatorum awitan dini. Dari data tersebut didapatkan sebagian besar bayi dengan BBLR yaitu 76 bayi (62,8%) mengalami SNAD sedangkan hanya sebagian kecil saja bayi yang tidak BBLR yaitu 102 bayi (7,6%) yang mengalami SNAD. Selanjutnya kami daptkan informasi bahwa sebagian besar bayi yang mengalami SNAD yaitu 87 bayi (68%) mengalami SNAD sedangkan hampir seluruhnya bayi yang tidak mengalami SNAD yaitu 1242 bayi (93,2%) tidak mengalami SNAD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari penelitian sejenis lain sebelumnya dimana pada BBLR memiliki tiga kali risiko lebih besar terkena sepsis dibandingkan non BBLR. Pada kondisi ini bayi memiliki regulasi sentral pernafasan yang belum sempurna, otot-otot pernapasan dan tulang rusuk yang masih lemah sehingga mengakibatkan kurangnya oksigen yang masuk ke otak. Jika oksigen kurang, kuman anaerob mudah berkembang yang menyebabkan infeksi menjadi lebih rentan. Kemudian, bayi dengan asfiksia berisiko terkena sepsis dini lebih besar daripada bayi yang tidak hidup dengan asfiksia.

Asfiksia neonatal dapat memfasilitasi infeksi sistemik. Ini disebabkan oleh aktivitas leukosit yang terhambat karena membutuhkan energi (ATP) untuk kontraksi mikrofilamen sitoskeletal. Keadaan hipoksia atau kekurangan oksigen juga akan menghambat aktivitas mikrobisidal sel polimorfonuklear.

Asfiksia dan BBLR sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan ibu sejak hamil, termasuk risiko terjadinya sepsis awitan dini. Diagnosis sepsis neonatal onset dini sangat penting dalam penatalaksanaan dan kondisi kesehatan bayi di masa depan. Keterlambatan dalam diagnosis berpotensi mengancam dan memperburuk kelangsungan hidup bayi. Jika diagnosis sepsis dibuat lebih awal dan terapi diberikan dengan tepat, maka kematian bayi dapat dicegah.

Bidan dan dokter memainkan peran penting dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak, terutama dalam tatalaksana kasus klinis. Sehingga kami menyarankan  agar setiap fasilitas kesehatan memiliki perhatian lebih pada perawatan intensif untuk bayi yang memiliki rendah berat lahir dan menderita asfiksia. Kami juga memberikan himbauan kepada masyarakat, terutama bagi suami dan keluarga untuk tetap mendukung ibu sejak proses kehamilan hingga perawatan bayi baru lahir serta memastikan mereka mendapat perawatan kesehatan yang aman.

Penulis: Euvanggelia Dwilda Ferdinandus, S.Keb.Bd. M.Kes

Informasi lengkap mengenai penelitian ini dapat diakses pada:

http://medicopublication.com/index.php/ijphrd/article/download/689/639

Dwilda Ferdinandus, E., Devianti Putri, B., 2020. Early‑Onset Neonatal Sepsis in Low‑Birth‑Weight and Birth‑Asphyxia Infants at Haji Hospital Surabaya, Indonesia. Indian J. Public Heal. Res. Dev. 11, 1076. https://doi.org/10.37506/v11/i1/2020/ijphrd/193981

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).