Pengalaman Kontrol Glukosa pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Rumah Sakit EMC

Diabetes mellitus merupakan kelompok penyakit metabolisme yang dicirikan oleh tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) dan ketidakcukupan dalam produksi ataupun aksi insulin yang diproduksi oleh pankreas tubuh. Dari tahun ke tahun, angka kejadiannya cenderung mengalami penngkatan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 didapatkan bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki pasien diabetes mellitus diatas 2% dari jumlah penduduknya, itu artinya mengalami peningkatan 0,5% dibandingkan dengan angka kejadian pada tahun 2013.

Ketidakseimbangan dalam  mengontrol glukosa darah ini disebabkan oleh penurunan salah satu fungsi organ tubuh yaitu pankreas dalam memproduksi hormon insulin. Apabila kontrol glukosa tidak segera dilakukan, maka pada jangka pendek akan menimbulkan masalah yaitu tingginya kadar glukosa, selanjutnya pada jangka panjang akan berdampak terutama pada seluruh sel tubuh yang selanjutnya mengganggu sistem organ tubuh. Sistem kardiovaskuler bisa terjadi peningkatan viskositas darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah ini akan dapat mengakibatkan penimbunan lemak dalam pembuluh darah. Apabila penumpukan terjadi di pembuluh darah jantung, dapat menyebabkan  penyakit jantung coroner. Apabila di otak, akan dapat menyebabkan terjadinya stroke pada pembuluh darah otak yang berakhir dengan kelumpuhan dan kehilangan fungsi syaraf. Apabila terjadi penyumbatan di bagian alat kelamin, akan menyebabkan terjadi impotensi pada pria dan sulit orgasme pada wanita. Belum lagi kalau terjadi penyumbatan pada pembuluh darah kaki, yang mengakibatkan kematian jaringan kaki, bahkan terpaksa harus dilakukan tindakan amputasi. Pada organ penglihatan, kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada lensa mata yang mengalami kekeruhan. Lebih lanjut, juga merusak syaraf Retina pada mata sehingga tidak mampu menterjemahkan cahaya yang masuk ke mata bahkan terjadi kebutaan.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Cucuk Rahmadi Purwanto dan tim, bahwa pada pasien yang didiagnosis dengan diabetes mellitus tipe 2 diawali dengan keluhan mendadak kurus, sering buang air kecil dan mudah lapar. Dengan perubahan kondisi yang dialami tersebut ada yang merasa shock dengan kondisinya, mencari informasi yang bekaitan dengan diabetes melalui media dan konsultasi dengan tenaga kesehatan, bahkan ada yang tidak mampu menerima kenyataan tersebut.

Hal menarik yang dirasakan pasien untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya yaitu: dengan cara mematuhi diet dengan mengatur jumlah kalori yang dikonsumsi, melakukan olah raga ringan, mematuhi dalam mengkonsumsi obat serta melakukan cek glukosa darahnya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat yaitu puskesmas. Selain itu, terdapat beberapa pasien yang mampu mengenali apabila kadar glukosanya meningkat dengan merasakan nyeri pada jari tangan pada saat digerakkan, nyeri sendi, cepat lelah dan bahkan nyeri kepala, serta merasakan tidak bertenaga.

Pasien juga dapat merasakan peningkatan kadar glukosa darah setelah tidak mematuhi diet, lupa minum obat dan tidak dapat mengendalikan stres emosionalnya. Hormon yang akan muncul ketika stres adalah adrenalin dan kortisol, yang mana kedua hormon ini juga berfungsi untuk meningkatkan gula darah untuk meningkatkan energi dalam tubuh. Dr. Sony Wibisono menyatakan bahwa pada penanganan diabetes, pasien  perlu menjaga pola hidup sehat (mematuhi diet, olah raga teratur), cek glukosa darah secara rutin, mematuhi penggunaan obat antidiabetes, serta pentingnya mengendalikan emosional pada pasien diabetes.  Dengan demikian, hormon kortisol darah tetap berada dalam batas normal, sehingga kadar glukosa darah tetap dalam kondisi normal. Oleh karena itu, pasien diabetes mellitus tipe 2 perlu mentaati diet, melakukan aktivitas fisik secara teratur, cek glukosa darah secara teratur dan mematuhi konsumsi obat anti diabetes serta mengelola stres emosional, sehingga kadar glukosa tetap dalam kondisi normal.

Penulis : Cucuk Rahmadi Purwanto
Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link jurnal berikut ini: https://www.psychosocial.com/article/PR270901/19267/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).