Residu Karbofuran Tingkatkan Sel Radang, Degenerasi, dan Nekrosis Duodenum Anak Mencit Masa Laktasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Karbofuran. (Sumber: kabartani.com)

Insektisida karbofuran sering digunakan di pertanian dan perkebunan untuk menghindari hama atau penyakit. Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai efek samping bagi lingkungan. Insektisida ini mudah terurai di alam dan rantai makanan serta sangat toksik pada hewan non-target. Karbofuran terbukti terakumulasi dalam lemak dan memiliki dampak negatif pada otak, hati, otot lurik, jantung mamalia non-target, plasma induk, tali pusar, dan bayi baru lahir. Laktasi adalah periode kritis perkembangan individu postpartum disebabkan fungsi dan sistem organ masih berkembang, sehingga mereka lebih rentan terhadap gangguan fungsional. Bahan metabolik dalam air susu karena paparan insektisida pada induk yang sedang menyusui memungkinkan transmisi zat beracun tersebut ke anak.

Usus adalah organ yang memainkan peran penting dalam proses penyerapan makanan. Usus juga dapat menjadi saluran atau portal utama untuk masuknya zat-zat yang tidak diinginkan di dalam tubuh seperti insektisida dan obat-obatan beracun. Sudah terbukti dalam penelitian sebelumnya, bahwa insektisida yang diinduksi secara oral dapat menyebabkan gerakan usus yang terlalu cepat (hipermotilitas) dan gangguan penyerapan (malabsorpsi) dalam saluran pencernaan. Hipermotilitas dan malabsorpsi ini disebabkan oleh penurunan jumlah sel dalam usus yang dikenal dengan enterosit yang mengalami kematian atau nekrosis.

Penelitian tentang efek pemberian karbofuran melalui transmisi air susu induk (transmammary) diperlukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan pada bayi selama menyusui. Duodenum adalah organ penting dalam mencerna berbagai zat yang masuk melalui sistem pencernaan, juga organ penting dalam metabolisme zat xenobiotik termasuk polutan, obat-obatan, dan komponen racun dalam makanan. Pengamatan sel-sel inflamasi, degenerasi dan nekrosis merupakan salah satu cara untuk mengetahui pengaruh paparan karbofuran pada induk mencit selama masa menyusui terhadap duodenum anak mencit (Mus musculus).

Penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit strain Balb/C dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri lima mencit. Kelompok kontrol diinduksi dengan 0,1 ml/Kg BB (aquades), kelompok karbofuran 1/16 LD50 dengan dosis 0,3125 mg/Kg BB, Kelompok karbofuran 1/8 LD50 dengan dosis 0,625 mg/Kg BB, dan Kelompok karbofuran 1/4 LD50 dengan dosis 1,25 mg/kg BB. Induk mencit dipapar karbofuran secara oral dari hari 1 hingga 9 setelah melahirkan. Pada Hari 10, anak mencit dikorbankandan duodenum anak mencit diwarnai menggunakan hematoxilin-eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan karbofuran menyebabkan peningkatan peradangan, degenerasi dan nekrosis. Karbofuran menyebabkan stres oksidatif duodenum anak mencit yang memicu peningkatan peradangan, degenerasi dan nekrosis duodenum anak mencit seiring dengan meningkatnya dosis yang diberikan. (*)

Penulis : Epy Muhammad Luqman

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2020/06/64-M20_1074_Epy_Muhammad_Luqman_Indonesia.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).