Kontribusi Politik dalam Perkembangan Sosial Ekonomi di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh ViewHidden

Artikel ini mengeksplorasi dengan cara apa ekonomi politik, sebagai kerangka kerja analitis untuk studi perkembangan, telah berkontribusi beasiswa tentang wacana pembangunan kontemporer Indonesia. Dalam melakukan hal itu, ia meninjau karya ilmiah penting tentang bahasa Indonesia perkembangan politik dan ekonomi sejak 1980-an. Argumennya adalah yang diberikan kritik tajam diarahkan pada konseptual dan empirisnya utilitas untuk memahami perubahan yang terjadi di Indonesia modern pemerintah dan masyarakat, pendekatan ekonomi politik terus menjadi alat signifikan penelitian khususnya dalam konteks yang lebih luas politik komparatif berlaku untuk Indonesia dan negara lain di Indonesia Asia Tenggara. Namun, fokus eksplorasi ini telah bergeser dari pembentukan borjuasi Indonesia hingga pemulihan oligarki borjuis yang terdiri dari aliansi antara elite politicobureaucratic dan keluarga bisnis. Dengan pemikiran ini, paralel hubungan pendirian kapitalis dan pengembangan kekuatan negara di Indonesia dapat dijelaskan. Maksud artikel ini adalah untuk mensurvei kontribusi intelektual utama untuk studi pembangunan di Indonesia sebagaimana diwakili oleh karya ilmiah dalam perspektif ekonomi politik. Yang penting, paling banyak terlihat argumen teoritis yang luar biasa dan berpengaruh telah diproduksi dalam penelitian yang luas di bidang ekonomi kontemporer dan perkembangan politik di Indonesia, lebih khusus lagi peran kekuatan kapitalis dalam politik dan ekonomi Indonesia yang terus berkembang struktur sejak 1980.

Tujuan artikel ini adalah untuk mensurvei kontribusi intelektual utama untuk studi pembangunan di Indonesia sebagaimana diwakili oleh karya ilmiah dalam perspektif ekonomi politik. Yang penting, ini terlihat pada teori yang paling menonjol dan berpengaruh argumen telah diproduksi dalam penelitian yang luas di bidang ekonomi kontemporer dan perkembangan politik di Indonesia, khususnya peran kekuatan kapitalis di Indonesia Struktur politik dan ekonomi Indonesia berkembang sejak tahun 1980.

Kesimpulannya, semua karya ekonom ekonomi politik diulas di sini, menurut mereka masalah pokok, berbagai tingkat perubahan dan kontinuitas dalam pemerintahan dan masyarakat Indonesia, dan dengan relevansi khusus untuk studi banding tentang konteks Asia Tenggara, telah dimasukkan mengedepankan perspektif spesifik mengenai pertanyaan mengapa elemen tertentu dari negara dan masyarakat berubah sementara yang lain dengan keras kepala tidak berubah. Ini adalah area penyelidikan di mana pendekatan ekonomi politik dapat digunakan secara produktif.

Terhadap latar belakang ini, para ekonom politik dimaksudkan untuk mempelajari implikasi kapitalis pengembangan manajemen politik negara. Untuk tujuan ini, mereka harus menghadapi yang sangat prinsip dasar teori modernisasi yang mendalilkan kedatangan demokrasi atau kehidupan sipil setelah pembangunan ekonomi yang berhasil ditunjukkan oleh pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan. Badam dan Verba, berpendapat bahwa masyarakat sipil akan memiliki kendali atas tata kelola mengikuti peningkatan kemampuan ekonomi mereka, dan modernisasi melalui pendidikan akan menciptakan orang-orang kritis yang sadar akan demokrasi, transparansi, dan egaliterisme. Ini dikembangkan lebih mencolok menjadi teori masyarakat sipil dan demokrasi populis seperti Putnam. Namun demikian, halangan terbesar bagi demokrasi di Tenggara Asia terletak pada sifat budaya masyarakat setempat. Perubahan sosial yang demokratis dihadapkan dengan feodalisme dipraktikkan oleh orang Jawa di Indonesia. Sementara di Thailand dan Filipina, aspek pra-modern terutama diekspresikan dalam politik primordial yang menandai cara negara dikelola. Akibatnya, administrasi tidak dijalankan dengan nilai-nilai rasional yang dijumpai di masyarakat Barat modern dan industri. Apa yang muncul adalah tata kelola sedang berlangsung didominasi oleh fitur tradisional kepemimpinan nasional yang tidak demokratis. Gambar masyarakat pascakolonial ini digambarkan dengan baik oleh, misalnya, Fred Riggs, yang menawarkan konsep masyarakat prismatik dan pemerintahan birokrasi. Masyarakat prismatik adalah, menurut Riggs, tidak sepenuhnya tradisional maupun modern, tetapi dipimpin oleh budaya lama tradisi dan norma, meskipun membangun struktur dan institusi gaya Barat. Karena itu, negara-negara seperti Thailand tampaknya sedang melakukan modernisasi, tetapi mengambil keputusan politik terus didikte oleh sejumlah birokrat yang sangat terbatas, yang tidak tersentuh meskipun adanya lembaga politik modern seperti partai dan parlemen.

Penulis: Falih Suaedi
Department of Public Administration, Faculty of Social and Political Science, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Link terkait tulisan di atas: International Journal of Innovation, Creativity and Change. Volume 13, Issue 4, 2020 https://www.ijicc.net/images/vol_13/Iss_4/13439_Suaedi_2020_E_R.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).