Mengapa Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Masih Terjadi?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi kecelakaan kerja. (Sumber: Sleekr HR)

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2018, ketenagakerjaan di Indonesia pada Bulan Agustus tahun 2018 menunjukkan bahwa 94,66% penduduk di Indonesia adalah golongan bekerja. Semakin besar tenaga kerja di Indonesia maka perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja juga harus ditingkatkan.

Besaran kematian karena karena penyakit akibat kerja adalah sekitar 2,4 juta tenaga kerja atau setara dengan 86,3% sedangkan kematian karena kecelakaan kerja sebesar 380.000 atau setara dengan 13,7%. Besaran kematian karena kecelakaan kerja yang rendah memiliki dua kemungkinan, yaitu yang pertama memang kejadian kecelakaan kerja fatal itu rendah atau banyak terjadi kejadian kecelakaan fatal yang mengakibatkan kematian namun tidak terdeteksi atau tidak diketahui.

Unit produksi merupakan unit yang bekerja mulai dari penerimaan bahan baku hingga melakukan proses pengolahan bahan baku yang melibatkan berbagai alat yang digunakan selama proses kerja sesuai dengan spesifikasi pekerjaan pada berbagai sektor. Unit produksi pada sektor informal yang bergerak pada bidang metal merupakan unit kerja yang mengolah bahan baku metal menjadi barang jadi.

Pada unit produksi melibatkan alat kerja, material, prosedur kerja dan pekerja sehingga memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Lack of Control dengan faktor manusia, hubungan faktor manusia dengan Immediate Causes, hubungan Immadiate Cause dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian proses produksi sektor informal tentang Metal.

Berdasarkan hasil penelitian hanya Lack of control (kebijakan K3 dan penyedian APD) yang memiliki hubungan signifikan dengan komitmen individu. Variabel lain yang diteliti dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara satu dengan lainnya. Hasil iklim kerja, kebisingan dan pencahayaaan sama sekali tidak berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja yang terjadi. Ketiga variable ini dilakukan pengambilan secara primer menggunakan alat masing-masing dan juga menggunakan pengukuran persepsi tenaga kerja namun ternyata ketiganya tidak dianggap berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja yang ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel komitmen individu dengan perilaku kerja. Untuk besaran frekuensi variabel komitmen individu menunjukkan mayoritas responden penelitian menunjukkan kategori cukup baik dan variabel perilaku kerja juga menunjukkan kategori cukup baik. komitmen yang tinggi tidak menunjukkan perilaku kerja yang tinggi pula selama proses kerja. Ketika seorang pekerja menghadapi berbagai masalah yang kompleks maka ada kemungkinan pekerja enggan menghadapi masalah pekerjaan tersebut.

Terdapat faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja saat melakukan pekerjaan. Oleh karena itu komitmen yang cukup baik tidak menjamin perilaku pekerja tersebut dalam melakukan pekerjaan juga cukup baik. Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa komitmen individu pekerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku kerja. Besaran frekuensi variabel pengetahuan menunjukkan mayoritas responden penelitian menunjukkan kategori cukup baik dan variabel perilaku kerja juga menunjukkan kategori cukup baik. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku kerja. Pengetahuan yang cukup tidak membuat pekerja bekerja secara aman selama proses kerja. Sehingga pada penelitian ini pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan perilaku kerja.

Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara variabel stress kerja dengan perilaku kerja. Untuk besaran frekuensi variabel stress kerja menunjukkan mayoritas responden penelitian menunjukkan kategori tinggi dan variabel perilaku kerja menunjukkan kategori cukup baik. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian lain yang mana hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan dalam pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku aman dalam bekerja.

Tekanan kerja dapat menimbulkan kondisi stress pada pekerja namun tekanan kerja merupakan persepsi yang berbeda-beda pada setiap individu. Tingginya persepsi terhadap tekanan kerja yang dihadapi dapat membuat pekerja mengurangi perhatiannya terhadap perilaku aman yang harus dilakukan selama proses kerja.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel perilaku kerja dengan kejadian kecelakaan kerja, besaran frekuensi variabel perilaku kerja menunjukkan mayoritas responden penelitian menunjukkan kategori kadang-kadang dan variabel kecelakaan kerja menunjukkan kategori mengalami. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel perilaku dengan kejadian kecelakaan kerja. (*)

Penulis: Putri Ayuni Alayyannur

Artikel lengkapnya dapat dilihat melalui link berikut ini:

https://www.psychosocial.com/article-category/issue-7/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).