Peran Rumput Laut dan Kerang Hijau sebagai Biofilter Alami

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh merdeka com

Sebagai negara maritim, pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan daya saing dan kemandirian pada hasil perikanannya. Perkembangan industri perikanan memiliki dampak positif bagi sektor ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja, namun juga berpotensi menyebabkan peningkatan polutan atau bahan pencemar bagi lingkungan sekitar.

Hal tersebut disebabkan lantaran sebagian besar hasil pengelolaan limbah industri akan berakhir atau bermuara di lingkungan perairan khususnya laut. Salah satu limbah industri yang dapat mengganggu ekosistem perairan adalah logam berat seperti Pb, Hg, Cu, Cd dan lain-lain. Logam berat tersebut merupakan agen beracun dan bersifat karsinogenik, serta menjadi ancaman serius bagi organisme yang terpapar, termasuk manusia. Lantas, keberadaan Pb di lingkungan perairan perlu diminimalisir dengan cara remediasi menggunakan biofilter.

Biofilter adalah sistem filtrasi menggunakan organisme hidup untuk mengurangi pencemaran pada lingkungan perairan. Organisme yang dapat digunakan sebagai biofilter harus mampu mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang besar seperti rumput laut (Euchema cottoni) dan kerang hijau (Penna viridis). Chang dan Teo (2016) telah menjelaskan bahwa kedua organisme tersebut merupakan indikator yang baik untuk mengetahui pencemaran logam berat.

Biofilter sering diaplikasikan pada sistem pengelolaan air pasca panen budidaya udang. Aplikasi penggunaan biofilter pada kegiatan budidaya di Indonesia pada umumnya menggunakan spesies tunggal seperti Rhizopora sp., sedangkan kombinasi rumput laut dan kerang hijau belum pernah dilakukan.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian mendalam untuk mengetahui kemampuan penyerapan konsentrasi logam berat timbal (Pb) menggunakan kombinasi rumput laut dan kerang hijau sebagai biofilter. Dengan menerapkan empat perlakuan yang mengkombinasikan komposisi rumput laut dan kerang hijau, masing-masing sebesar 31,25 g dan 225 g (P0); 31,25 g dan 450 g (P1); 62,50 g dan 225 g (P2): 62,50 g dan 450 g (P3). Adapun penentuan dosis tersebut mengacu pada Muanawah et al. (2007), serta Yaqin dan Arnold (2015).

Setelah melalui masa pemeliharaan selama 14 hari yang bertujuan untuk mengetahui tingkat penyerapan logam berat maksimal oleh biofilter, hasil menyatakan bahwa kombinasi biofilter tersebut mampu menurunkan kadar logam berat Pb dengan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dari masing-masing perlakuan.

Hasil penurunan konsentrasi logam berat Pb terbaik ditunjukkan pada perlakuan P2, yakni konsentrasi Pb yang tersisa dalam air sebesar 0.49 ppm, diikuti dengan perlakuan P3 dan P0, dimana konsentrasi Pb yang tersisa dalam air masing-masing sebesar 0.53 ppm dan 0.59 ppm. Adapun peyerapan Pb terendah ditunjukkan pada perlakuan P1 dengan nilai konsentrasi Pb tersisa sebesar 0.62 ppm. Penyerapan logam berat Pb tertinggi terdapat pada perlakuan P2, yakni rumput laut dengan padat tebar paling tinggi sebesar 62.50 g. Tingginya penyerapan logam berat Pb berkorelasi positif terhadap semakin tingginya jumlah rumput laut yang diberikan, hal tersebut dikarenakan oleh kemampuannya sebagai biofilter.

Penelitian terdahulu turut menyebutkan bahwa rumput laut mengandung senyawa fitochelatin yang berfungsi mengakumulasi dan mendepurasi logam berat dengan cara mengikat dan membentuk fitochelatin-logam kompleks dan disimpan oleh organel seperti vakuola dan kloroplas. Sedangkan penyerapan terendah Pb ditunjukkan pada perlakuan P0 dan P1 dengan jumlah rumput laut paling rendah dan kepadatan kerang hijau tertinggi (P1). Semakin rendah padat tebar kerang hijau, laju penyerapan logam berat Pb semakin tinggi.

Menurut Evania et al. (2018), jika kerang hijau terlalu padat di dalam perairan, dapat berpotensi menyebabkan produksi feses meningkat dan dapat menurunkan kualitas air. Selanjutnya, padat tebar merupakan faktor yang mempengaruhi kompetisi biota dalam mendapatkan oksigen dan ruang gerak, sehingga menyebabkan biota menjadi stres dan mengakibatkan kematian pada kerang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi biofilter rumput laut (E. cottonii) dan kerang hijau (P. viridis) dapat menurunkan konsentrasi logam berat Pb di perairan. Penurunan logam berat Pb terbaik terdapat pada perlakuan P2 yaitu dengan padat tebar rumput laut tertinggi dan padat tebar kerang hijau pada terendah

Penulis: Suciyono
Referensi : Mayori D.V.A, Rahardja B.S, Suciyono, Lufiyah L. 2020. Kombinasi rumput laut (Euchema cottoni) dan kerang hijau (Perna viridis) sebagai biofilter logam berat timbal (Pb). Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan (2020) 9 (2): 151-155.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).