Prof. Pratiwi : Selain Halal, Cangkang Kapsul Rumput Laut Berpotensi Sebagai Nutraseutikal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof Pratiwi saat memberikan orasi ilmiahnya pada pengukuhan guru besar baru. (Foto: Muhammad Alif Fauzan)

UNAIR NEWS – Prof. Dr. Pratiwi Pudjiastuti, M.Si. resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar ke-487 Universitas Airlangga (UNAIR). Tepatnya pada, Sabtu (30/11/2019) di Aula Garuda Mukti, Kantor manajemen Kampus C UNAIR.

Dalam kesempatan pidatonya, dia menyampaikan orasi ilmiah mengenai Cangkang Kapsul Rumput Laut sebagai Strategi Pengembangan Nutraseutikal Halal. Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi (FST) itu menjelaskan bahwa cangkang kapsul berbahan rumput laut selain halal, juga bertindak sebagai nutraseutikal.

Dia melanjutkan, dalam istilah hukum Islam, cangkang kapsul berbasis rumput laut disebut halalan thoyyiban (halal dan baik, Red). Sedangkan nutraseutikal sendiri adalah makanan yang memberikan manfaat kesehatan, baik pencegahan maupun pengobatan. “Halal artinya diperbolehkan untuk dikonsumsi dan thoyyib artinya baik karena mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh untuk kesehatan,” papar dia.  

Pada umumnya, sifat keras pada cangkang kapsul terbuat dari gelatin yang berasal dari kulit, jaringan, dan tulang sapi; kerbau; atau babi. “Gelatin mempunyai sifat gelling yang sangat baik, namun Indonesia masih mengimpor gelatin dari Thailand, Bangladesh, dan, India,” ungkapnya.

Prof. Pratiwi menyampaikan, gelatin yang diimpor dari luar negeri tersebut belum tentu diolah berdasarkan syari’ah islam. Oleh karena itu, perlu dibuat cangkang kapsul alternatif yang halal berbahan nabati (non-hewani, Red) seperti rumput laut yang melimpah di Indonesia.

“Apakah kita yakin bahwa gelatin yang kita impor dari India dan Thailand itu sapi atau kerbaunya disembelih sesuai dengan syari’ah Islam? Ataukah bejana untuk produksi gelatin sapi atau kerbau dipisahkan dari gelatin babi atau tidak? Kalau bekas dari gelatin babi apakah dicuci secara kaidah yang ditetapkan dalam Islam?,” kata dia.

Prof. Pratiwi menuturkan, keperluan cangkang kapsul gelatin di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 6 Milyar butir per tahun, sedangkan sebanyak 1 Milyar butir merupakan produk impor. “Peluang untuk produksi cangkang kapsul berbasis rumput laut masih terbuka lebar. Apalagi, 87% penduduk Indonesia adalah muslim yang memerlukan cangkang kapsul halal dan thoyyib,” tuturnya.

Prof. Pratiwi menyampaikan, selama tiga tahun ini telah diproduksi tiga macam produk cangkang kapsul berbasis rumput laut. Yakni carral (carrageenan-alginate) yang merupakan kombinasi ekstrak rumput laut merah dan rumput laut cokelat. Serta carrpa (carrageenan-pati) dan car-X.  

“Ini adalah suatu tantangan bagi produsen cangkang kapsul berbahan baku non-hewani. Insyaallah, Universitas Airlangga akan menyumbangkan satu produk yang terbaru cangkang yang berasal dari rumput laut,” ujarnya.

Ke depan, imbuh Prof. Pratiwi, tidak menutup kemungkinan akan dihasilkan produk-produk cangkang kapsul komposit inovasi. “Insyaallah pada tahun-tahun yang akan datang akan dihasilkan nutraseutikal halal lainnya sebagai pengembangan rumput laut dengan teknologi nano,” pungkasnya. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).