Pengaruh Estrogen Receptor pada Kelangsungan Hidup Penderita Kanker Payudara

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ILUSTRASI kanker payudara. (Foto: alodokter.com)
ILUSTRASI kanker payudara. (Foto: alodokter.com)

Kanker payudara merupakan kanker urutan kedua dari semua keganasan pada wanita di Indonesia dan didukung oleh data Indonesian National Cancer Registry (IACR) terdapat 15% kematian akibat kanker pada wanita. Salah Satu faktor penting dari kanker payudara, yaitu Estrogen Receptor (ER) sehingga itu berguna untuk menentukan respons dari penderita yang mendapat terapi hormonal. Apabila tingkat Estrogen Receptor dari penderita kanker tidak diukur, maka kelangsungan hidup dan risiko kambuhnya kanker payudara tidak dapat diperkirakan serta berakibat pada perencanaan manajemen yang tidak tepat.

Pemantauan Status ER dianggap suatu keharusan bagi semua penderita kanker payudara karena dapat digunakan untuk menentukan jenis terapi tambahan yang akan diberikan. Status ER positif menunjukkan bahwa penderita merupakan kandidat untuk menerima terapi adjuvant dalam bentuk pengobatan terapi hormonal anti-estrogen. Tamoxifen merupakan jenis terapi anti-estrogen yang lebih sering digunakan untuk mengurangi angka kematian penderita kanker payudara. Hasil dari terapi primer dan terapi tambahan Tamoxifen pada penderita kanker payudara harus dipantau untuk menilai efektifitas dan untuk menentukan terapi alternatif untuk penderita dengan respon yang buruk.

Penelitian ini dilakukan di Poli Onkologi Satu Atap (POSA) RSUD Dr. Soetomo, Surabaya periode Mei-Agustus 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Subyek dalam penelitian ini telah menjalani operasi kanker payudara dengan biopsy terbuka seperti mastectomy (pengangkatan payudara) dan penderita berada di stadium I, II, IIIa, IIIb karena tingkat kelangsungan hidup lebih lama dan lebih banyak kemungkinan untuk pemantauan lama.

Data yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan kanker payudara selama ini. Selain itu dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan pengobatan terbaru yang lebih baik dan lebih tepat untuk penderita kanker payudara. Data tersebut meliputi usia, status menyusui, status menopause, penggunaan jenis kontrasepsi, stadium penyakit, tanggal diagnosis, tanggal kematian dan jenis histopatologi.

Hasil penelitian ini menemukan 36 penderita kanker payudara dengan ER-positif yang memenuhi kriteria terdapat 12 penderita berusia di atas 50 tahun. Didukung oleh studi di Amerika, penggunaan Tamoxifen selama lima tahun pada penderita berusia <50 tahun lebih efektif dibandingkan pada usia >50 tahun. Lima tahun pengobatan dengan Tamoxifen dapat mengurangi risiko kekambuhan dan kematian pada penderita kanker payudara denga ER positif.

Rata-rata kelangsungan hidup 36 penderita kanker dengan ER-positif adalah 2,69 tahun. Jumlah penderita dengan ER-positif yang terbanyak pada setadium IIIB. Tetapi, tidak ada perbedaan yang signifikan dari kelangsungan hidup 36 penderita kanker berdasar stadium kanker. Dalam penelitian ini, kelangsungan hidup <1 tahun dan antara 2-3 tahun ditemukan pada 8 penderita (22,2%) masing-masing dari total 36 penderita kanker. Penderita kanker dengan kelangsungan hidup >5 tahun sangat minoritas dengan sejumlah 2 penderita (5,6%). Kemungkinan karena penderita kebanyakan datang ketika tahap kankernya sudah parah.

Secara umum, status menyusui menunjukkan peluang kelangsungan hidup penderita kanker semakin menurun dengan seiring waktu. Terdapat 24 penderita dari total 36 memiliki status menyusui dengan ER-positif. Tingkat kelangsungan hidup penderita dengan status yang menyusui adalah 2,3 tahun, sedangkan untuk penderita dengan status non-menyusui adalah 2,6 tahun. Dengan demikian, kelangsungan hidup penderita kanker dengan status yang menyusui relatif lebih rendah dibandingkan dengan penderita dengan status non-menyusui.

Berdasar status menopause, keluar dari 36 penderita yang diperiksa untuk tingkat ER, kebanyakan dari mereka memiliki status non-menopause atau masih mengalami menstruasi sebanyak 22. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata untuk penderita dengan status non-menopause adalah 2,2 tahun, sedangkan penderita kanker dengan status menopause adalah 2,6 tahun. Berdasar dari penggunaan kontrasepsi, terdapat 18 penderita tidak menggunakan tipe kontrasepsi, maka rata-rata kelangsungan hidupnya adalah 2,2 tahun dan yang menggunakan kontasepsi adalah 2,7 tahun. Sedangkan rata-rata kelangsungan hidup penderita kanker yang dikelompokkan berdasar histopatologi secara umum adalah memiliki waktu bertahan hidup sekitar 2,6 tahun.

Penelitian ini membuktikan bahwa usia, status menyusui, status menopause, penggunaan
kontrasepsi, jenis histopatologi, dan stadium kanker tidak mempengaruhi kelangsungan hidup pada penderita kanker payudara. Penelitian ini dilakukan oleh tiga orang yang berasal dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga, Surabaya dan berhasil mempublikasikan di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu New Armenian. (*)

Penulis: Prof. Ami Ashariati MD.,PhD

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di New Armenian Medical Journal berikut

https://ysmu.am/website/documentation/files/d8bcd18e.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).