Respons imun pada lansia akan menurun seiring
bertambahnya usia. Yang akhirnya mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
Infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia adalah penyebab utama kematian dan
penurunan kualitas hidup pada lansia. Vaksinasi pneumokokus sangat dianjurkan oleh WHO untuk lansia, tapi laporan
sebelumnya menunjukkan respons yang buruk. Saat ini masih ada data terbatas tentang pengaruh vaksinasi polisakarida pneumokokus (PPV-23)
terhadap tingkat spesifik IgG serum
pneumokokus pada lansia.
Jumlah populasi di Indonesia saat ini adalah 225.000.000 dan 7,6 persen atau
17.100.000 orang adalah lansia. Pada 2025, diperkirakan bahwa populasi lanjut
usia Indonesia akan bertambah sekitar 13,1 persen dari populasi. Respons imun
pada lansia akan menurun seiring bertambahnya usia dikenal sebagai
immunosenescence. Efek klinis immunosenescence, yaitu adanya peningkatan
kerentanan terhadap infeksi dan respons buruk terhadap vaksinasi. Lansia sangat
rentan terhadap infeksi pernapasan, terutama pneumonia, yang merupakan penyebab
utama kematian dan penyebab yang paling signifikan untuk menurunkan kualitas
hidup. Lansia yang melakukan haji memiliki risiko tinggi terkena infeksi
pneumonia karena faktor transmisi tinggi dan cuaca ekstrem. Pneumonia adalah
infeksi yang paling umum didapat haji lansia.
Pada lansia, penurunan respons imun menyebabkan infeksi yang lebih parah. Itu sebabnya vaksinasi untuk mencegah infeksi, terutama pneumonia, menjadi sangat penting. Sayang, efektivitas vaksinasi pneumonia pada orang tua masih diperdebatkan. Meta-analisis gagal memberikan bukti kuat tentang manfaat vaksin terhadap Invasive Pneumococcus Disease (IPD) atau pneumonia. Tanda dan gejala pneumonia pada lansia sering tidak dapat diketahui sehingga sering menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis. Situasi ini memiliki dampak yang sangat signifikan seperti periode perawatan yang lebih lama, biaya perawatan yang lebih tinggi, dan komplikasi yang sering terjadi.
Respons imun terhadap vaksinasi pneumokokus dapat diukur dengan berbagai parameter seperti peningkatan tingkat spesifik IgG pneumokokus serum atau efek perlindungan dari vaksinasi pada kejadian infeksi pneumonia. Keefektifan vaksinasi dapat dievaluasi dengan melakukan uji klinis, yang tidak mudah dilakukan. Evaluasi kadar antibodi spesifik pneumokokus serum setelah vaksinasi dapat diukur dengan ELISA.
Berdasar gambaran di atas, peneliti dari Departemen penyakit dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil memublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu New Armenian. Penelitian tersebut berfokus untuk mengetahui pengaruh efek dari vaksinasi PPV-23 terhadap kadar spesifik IgG serum pneumokokus pada jemaah haji lansia yang akan melakukan ibadah haji dan mengevaluasi kejadian infeksi pneumonia selama haji.
Riset tersebut menegaskan bahwa vaksinasi PPV-23 secara signifikan meningkatkan level antibody dan cukup protektif. Hanya, satu subjek vaksinasi PPV-23 yang menderita pneumonia dan dirawat di rumah sakit selama masa studi. Salah satu kesimpulan penting yang dapat diambil berdasar penelitian ini, yaitu vaksinasi PPV-23 secara signifikan mendorong peningkatan dalam kadar IgG spesifik pneumokokus serum pada jemaah haji lansia dan mencegah infeksi pneumokokus.
Penelitian ini mengevaluasi IgG pneumokokus serum spesifik sebelum dan sesudah vaksinasi PPV-23 pada lansia haji Indonesia. Untuk evaluasi vaksinasi PPV-23 tersebut, peneliti menggunakan metode ELISA seperti yang telah dilakukan di beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga sampai pada kesimpulan yang sama bahwa tidak ada bukti bahwa vaksin itu kurang manjur untuk lansia seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Pada lansia, faktor risiko pneumonia yang sering ditemukan, yaitu adanya penurunan fungsi kekebalan tubuh. Banyak aspek pertahanan tubuh menurun pada orang tua: berkurangnya kemampuan untuk menghasilkan antibodi, menurunnya fungsi pembersihan mukosiliar, dan perubahan kemampuan pernapasan. Bakteri kolonisasi saluran pernapasan atas oleh bakteri gram positif dan gram negatif sering ditemukan pada orang tua dan berhubungan dengan keparahan penyakit sistemik. Merokok, gagal jantung, diabetes mellitus, keganasan, dan riwayat pneumonia sebelumnya adalah faktor risiko terjadinya pneumonia. Kendati demikian, peningkatan serum level IgG spesifik-pneumokokus setelah PPV-23 vaksinasi dalam penelitian ini adalah bukti bahwa vaksin ini tak kalah manjur untuk lansia.
Penulis: Gatot Soegiarto MD., PhD
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di New Armenian Medical Journal berikut: