Derajat Keparahan Hepatitis C Kronis dan Resistensi Insulin

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi resistensi insulin. (Sumber: hellosehat)

Infeksi virus hepatitis C (HCV) adalah salah satu penyebab utama penyakit hati akut dan kronis. Infeksi hepatitis C akut yang menjadi persisten sekitar 85% dari semua kasus. Berdasarkan pada studi sebelumnya, penderita hepatitis C kronis akan memiliki dua hingga tiga kali kesempatan untuk mengalami resistensi insulin dan diabetes. Ini berkaitan dengan tingkat keparahan hepatitis C yang ditentukan oleh adanya fibrosis hati.

Diagnosis fibrosis pada hepatitis C kronis masih memerlukan metode invasif seperti biopsi hati. Namun saat ini, beberapa metode noninvasif telah dikembangkan untuk menentukan derajat fibrosis hati, termasuk intransien elastography (FibroTest), aspartate transaminase to platelet ratio index (APRI), dan FIB-4 (Fibrosis). APRI adalah salah satu dari beberapa metode noninvasif yang murah, bisa dilakukan di hampir semua rumah sakit sekunder dan tersier, dan tersedia secara luas.

Hasil penilaian APRI menunjukkan ada dan tidak adanya fibrosis di hati. Namun, hingga saat ini, belum ada patokan data tingkat keparahan hepatitis C kronis berdasarkan APRI dengan resistensi insulin. Tersedianya metode diagnostik yang akurat dan mudah diaplikasikan diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mendeteksi adanya fibrosis hati.

Berdasarkan studi epidemiologi, hepatitis C kronis memicu sekitar 25% resistensi insulin yang akan mempercepat perkembangan fibrosis hati, resistensi terhadap pengobatan antivirus, dan pengembangan karsinoma hepatoseluler. Resistensi insulin pada hepatitis C kronis dilaporkan menyebabkan akumulasi lemak di hati, yang mengaktifkan kemampuan virus untuk memperbanyak diri yang pada akhirnya bisa memperburuk tanggapan terhadap pengobatan anti-virus.

Resistensi insulin sebagai salah satu komplikasi tambahan hepatitis C kronis menjadi masalah serius yang perlu diketahui sejak dini. Mekanisme keparahan hepatitis C itu menyebabkan resistensi insulin kompleks dan tidak sepenuhnya mengerti bahwa itu tergantung pada genotipe HCV. HCV genotipe 1 secara langsung dapat menginduksi resistensi insulin dengan mengganggu pensinyalan intraseluler di sel hepatosit.

Pengobatan Hepatitis C akan meningkatkan kondisi resistensi insulin. Berbagai penelitian menghubungkan infeksi hepatitis C kronis terhadap resistensi insulin masih menggunakan metode invasif biopsi hati untuk menilai adanya fibrosis. Perlu untuk mempertimbangkan metode lain untuk menilai tingkat keparahan resistensi insulin terkait hepatitis C kronis.

Tingkat keparahan hepatitis C kronis ditentukan berdasarkan manifestasi fibrosis pada hati. Biopsi hati memiliki beberapa keterbatasan dan sisi efek seperti rasa sakit dan perdarahan. Selain itu akibat penggunaan jarum kecil dalam prosedur biopsi sangat sedikit jaringan hati yang baik untuk sampel.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peniliti dari Departemen penyakit dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu New Armenian. Penelitian tersebut berfokus untuk menentukan hubungan antara tingkat keparahan hepatitis C kronis berdasarkan APRI dan kejadian resistensi insulin. Riset tersebut membahas mengenai pemeriksaan tingkat keparahan hepatitis C yang dianggap oleh dokter di lapangan sebagai indikator timbulnya resistensi insulin. Hal ini ditentukan berdasarkan APRI karena dianggap mudah, tidak mahal, dan praktis.

Salah satu kesimpulan penting yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini yaitu ada hubungan antara keparahan hepatitis C kronis berdasarkan APRI dan resistensi insulin berdasarkan HOMA-IR dengan fibrosis akan cenderung mengalami resistensi insulin, jadi evaluasi keparahan hepatitis C kronis berdasarkan APRI adalah penting dan dipertimbangkan untuk intervensi sebelumnya.

Hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat keparahan hepatitis C berdasarkan APRI dengan resistensi insulin berdasarkan Homeostatic Model Assessment for Insulin Resistance (HOMA-IR) pada penderita hepatitis C kronis sebagai subjek penelitian ini. Dalam penelitian ini obesitas sebagai faktor perancu dimasukkan dengan tujuan lebih dekat dengan kondisi realitas dalam populasi dan memenuhi ukuran sampel minimum penelitian.

Selanjutnya analisis obesitas dengan resistensi insulin pada populasi hepatitis C kronis tidak memiliki hubungan signifikan (p = 0,404). Karena itu, obesitas sebagai faktor perancu tidak terlalu berpengaruh untuk menyebabkan resistensi insulin dalam penelitian ini. Virus hepatitis C memiliki efek langsung pada pensinyalan insulin melalui pembentukan steatosis hati pada awal resistensi insulin. Kondisi ini adalah kejadian bersama pada penderita hepatitis C dengan faktor risiko obesitas dan hiperlipidemia terlepas dari genotipe virus. Dalam penelitian ini genotipe, virus hepatitis C tidak dilakukan melihat keberadaan mekanisme genotype. (*)

Penulis: Poernomo Boedi Setiawan

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di New Armenian Medical Journal berikut

https://ysmu.am/website/documentation/files/18bbcf2a.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).