Dosen FST UNAIR Manfaatkan Daun Pepaya Sebagai Agen Fotosensitiser Organik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Penyakit sariawan merupakan penyakit yang banyak menyerang rongga mulut, yang disebabkan oleh mikroba patogen yakni, Candida albicans (C.albicans). Dalam beberapa kasus, penyakit sariawan bisa disembuhkan dengan obat kumur atiobik, tetapi pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah seperti penderita HIV sangat sulit disembuhkan. Parahnya lagi, penyakit sariawan dipengaruhi oleh kondisi habitat optimal pertumbuhan dari C.albicans.

Adanya peningkatan populasi C.albicans dapat meningkatkan jumlah metabolisme toksin dalam pembuluh darah dan berpeluang menimbulkan penyakit pada organ lain, seperti degeneratife, kanker, alergi dan stroke. Salah satu cara untuk eradikasi biofilm C.albicans yakni dengan Antimicrobial Photodynamic Therapy (aPDT). Dimana, keberhasilan terapi tersebut ditentukan oleh kesesuaian spektrum sumber cahaya dengan spektrum serap fotosensitiser serta keberadaan oksigen.

Fotosensitizer yang ideal dapat menstimulasi setiap satu foton cahaya yang diserap dengan membentuk satu molekul oksigen singlet. Berbagai macam fotosensitiser digunakan dalam terapi fotodinamik antimikroba antara lain, organik (klorofil), metal (perak atau emas) maupun kimiawi (methylene blue). Dilatarbelakangi hal tersebut, Dr. Suryani Dyah Astuti, M.Si., bersama tim memanfaatkan tanaman pepaya (carica papaya L.)  sebagai agen fotosensitizer organik.

Pemilihan pepaya sebagai agen fotosensitizer organik karena memiliki kadar klorofil yang relatif tinggi yaitu 29.5975 mg/g, mengandung zat aktif antifungi berupa saponin dan tannin. Serta kandungan enzim pepaya yang berfungsi memecah struktur protein.

“Pigmen klorofil memiliki karakteristik puncak absorbansi di dua panjang gelombang, yaitu klorofil-a (430 dan 662) nm sedangkan klorofil-b (453 dan 642) nm, dengan derajat absorbansi yang berbeda antara keduanya. Selain itu, klorofil berperan sebagai penyerap cahaya, pentransfer energi eksitasi ke pusat reaksi dan pemisah muatan pada membrane fotosintetik”, tambah dosen fisika tersebut.

Penyerapan energi yang tinggi selama proses fotosintesis disebabkan karena adanya tahapan eksitasi klorofil yang relatif lama (£ 10-8detik). Semakin lama tahapan eksitasi singlet klorofil, semakin besar konversi energi elektronik dari tingkatan dasar ke tingkatan tereksitasi triplet dapat terjadi.

“Tak hanya itu, kelebihan energi pada tingkatan tereksitasi triplet memberi peluang klorofil untuk mentrasfer energinya ke molekul oksigen disekitarnya menghasilkan singlet oksigen reaktif (ROS)”, sambung dosen yang memiliki konsen fisika medis tersebut.

“Keistimewaan klorofil daun pepaya dapat dimanfaatkan sebagai agen fotosensitiser yang potensial dalam fotodinamik”, tutupnya.

Penulis: Asthesia Dhea C

Editor: Khefti Al Mawalia

http://journals.sbmu.ac.ir/jlms/article/view/21618/215-224

Sri Dewi Astuty, Suhariningsih, Afaf Baktir, Suryani Dyah Astuti. 2019. The Efficacy of Photodynamic Inactivation of the Diode Laser in Inactivation of the Candida albicans Biofilms With Exogenous Photosensitizer of Papaya Leaf Chlorophyll.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).