Optimalisasi Whatsapp sebagai Platform Forum Diskusi Perawatan Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh ijnet.org

Perkembangan sektor kesehatan adalah salah satu sektor yang penting untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, salah satunya didukung dengan adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai angka 76.2% dengan rata-rata index DMF-T 4.5, yang mana angka tersebut adalah diatas batas normal, terutama terjadi pada anak-anak. Informasi ini ditunjang dengan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa 89% anak usia dibawah 12 tahun mengalami karies gigi.

Dari data Riset Kesehatan Dasar di Jawa Timur, 28.9% populasi usia 5-9 tahun mengalami karies gigi, namun hanya 15.1% nya yang tercatat melakukan perawatan. Khususnya di Kota Surabaya, sebanyak 402,098 anak membutuhkan perawatan gigi di tahun 2011, kemudian terjadi peningkatan menjadi 554,917 anak di tahun 2012. Peningkatan jumlah ini menunjukkan masih rendahnya angka perawatan gigi di Kota Surabaya. Peneliti melakukan penelitian pendahuluan di beberapa Sekolah Dasar di wilayah Balongsari, Kota Surabaya, dan mendapatkan hasil bahwa 97.3% anak Sekolah Dasar memiliki karies di giginya. Selain itu, data mengenai kesehatan gigi dan mulut anak di Puskesmas Balongsari masih tergolong sedikit.

Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab dan faktor resiko yang saling berhubungan. Misalnya saja usia, jenis kelamin, grup etnis, pola makan, kebiasaan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, dan lain-lain. Pada anak-anak, faktor yang paling banyak berpengaruh adalah tingkat pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut, frekuensi menyikat gigi, dan kurangnya inisiatif orangtua untuk membawa anaknya ke Pusat Layanan Kesehatan. Orangtua, guru sekolah, dan perawat gigi memiliki peran yang besar dalam mencegah terjadinya karies gigi, khususnya dalam promosi kesehatan pada anak-anak. Sebagaimana kita ketahui, bahwa anak-anak usia Sekolah Dasar masih belum bisa mengambil keputusan sendiri, terutama dalam hal menjaga kesehatan. Peran orangtua sangat berpengaruh dalam pemebntukan karakter, kebiasaan, dan pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Dokter gigi sebagai narasumber edukasi kesehatan gigi dan mulut, serta orangtua dan guru sebagai pendamping, menyampaikan pesan edukasi, dan turut memperbaiki kebiasaan anak. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah forum diskusi antara orangtua, guru, dan dokter Gigi sebagai wadah pertukaran informasi edukasi kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya Pemberdayaan orangtua dan Guru Sekolah Dasar dan meningkatkan angka kunjungan anak ke Dokter Gigi.

Metode program pemberdayaan ini adalah pembentukan sebuah grup kecil pada aplikasi komunikasi Online yaitu Whatsapp yang diikuti oleh Dokter Gigi Puskesmas Balongsari, Guru UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) serta orangtua murid kelas 2 dan kelas 3dari 6 Sekolah Dasar di wilayah Balongsari, Kota Surabaya. Kegiatan yang dilakukan dalam grup Whatsapp ini adalah  pemberian materi edukasi oleh Dokter Gigi Puskesmas, dilanjutkan dengan tanya jawab atau diskusi oleh orangtua dan guru Sekolah Dasar. Hasil evaluasi ini dilihat dari jumlah data kesehatan gigi anak (dilihat dari jumlah kunjungan) yang diperoleh oleh Puskesmas setelah dibentuknya grup Whatsapp.

Terdapat peningkatan jumlah data kesehatan gigi anak yang dimiliki oleh Puskesmas setelah dibentuk grup diskusi online di platform Whatsapp. Para orangtua yang tergabung dalam grup Whatsapp sangat aktif bertanya kepada Dokter Gigi. Guru UKGS juga memberikan rujukan ke Puskesmas untuk siswa Sekolah Dasar yang membutuhkan perawatan gigi.

Adanya hasil Program ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan inovasi promosi Kesehatan Gigi, dalam rangka mengurangi prevalensi Karies gigi dan mendukung Program Kementrian Kesehatan yakni “Indonesia Bebas Karies 2030”. Selain itu, pengembangan program ini juga dapat membantu meningkatkan angka kunjungan anak ke Dokter Gigi atau Pusat Layanan Kesehatan. Untuk sementara, Program ini baru dijalankan di Puskesmas Balongsari, harapannya dapat diterapkan Program yang sama di berbagai Puskesmas di Kota Surabaya.

Penulis: Dr.Titiek Berniyanti, drg., MKes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di http://www.jioh.org/text.asp?2019/11/4/213/264427

Berniyanti T, Bramantoro T, Rasuna G, Zamzam A, Kusumo AD, Ramadhani A. Whatsapp platform as a dental and oral health online communication forum for dentist, nurse, and elementary teachers. J Int Oral Health 2019;11(4):213-216

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).