Medsos Jadi Wadah Efektif Simpan Kekayaan Sejarah Budaya Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi media sosial. (Sumber: Tribun Travel)

Indonesia kaya akan peninggalan budaya yang beberapa di antaranya bisa dinikmati hingga saat ini. Semua kota di Indonesia memiliki cerita dan sejarah tersendiri, dan itu yang membuat indonesia menjadi negara berbudaya. Peninggalan budaya dan sejarah lama kelamaan akan ditinggalkan oleh generasi penerus jika tidak didokumentasikan dengan baik. Salah satu peninggalan budaya dan sejarah yang diangkat dalam paper ini adalah peninggalan budaya tentang Surabaya.

Surabaya menjadi kota terbesar kedua di Indonesia memiliki sejarah yang panjang sejak tahun 1358 (Sumber: surabaya.go.id). Kota Surabaya yang memiliki luas 333.063 km persegi ini memiliki legenda yang cukup terkenal yakni kisah perseteruan antara ikan hiu suro dan boyo (buaya) dimana kemudian kedua binatang tersebut menjadi ikon Kota Surabaya. Selain kisah legenda tersebut kota Surabaya juga dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan.

Munculnya web 2.0 terutama social network site atau sosial media turut mempercepat proses dokumentasi, penyebaran, dan promosi budaya lokal. Sosial media yang banyak digunakan antara lain Facebook, Instagram, dan Blog yang sebagian isinya adalah foto terkait peninggalan cagar budaya, diskusi dengan konten budaya lokal, dan banyak lagi.

Cultural heritage

Menurut UNESCO, cultural heritage didefinisikan sebagai warisan dalam bentuk fisik maupun intangible dari sebuah kelompok atau masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, yang dilestarikan untuk generasi yang akan datang. UNESCO membagi cultural heritage menjadi tangible dan intangibel.

Tangible dalam hal ini termasuk bangunan, tempat bersejarah, monumen, artefak, dan lain-lain. Sedangkan intangible heritage adalah tradisi yang diwariskan dari nenek moyang termasuk tradisi oral, performing arts, ritual, kebiasaan, festival, pengetahuan dan praktek terkait alam semester, pengetahuan, dan skill untuk menghasilkan kerajinan tradisional.

Merujuk pada definisi di atas, cultural heritage tentang Surabaya juga sangat bervariasi jenisnya mulai dari gedung-gedung bersejarah yang dituangkan dalam bentuk foto, makanan tradisional khas Surabaya, tari-tarian dan lagu daerah, termasuk seni membatik, dan banyak lagi.

Social Networking Site (SNS)

Sosial networking site atau social networking service atau situs jejaring sosial atau media sosial merupakan platform untuk membangun jejaring sosial atau hubungan sosial antara individu yang memiliki hobi, kesamaan, aktivitas yang sama, dan memiliki koneksi di dunia nyata (wikipedia.org). Beberapa contoh SNS antara lain Facebook, Google+, Linkedin, Instagram, Pinterest, Tumblr, dan Twitter.

Penggalian data pada paper ini dilakukan melalui observasi pada sosial media website yakni Facebook. Pemilihan Facebook sebagai media 2.0 untuk mendokumentasikan Surabaya Cultural Heritage karena Indonesia menjadi top 4 pengguna Facebook di dunia. Kemudian dilakukan penelusuran melalui Facebook search engine untuk mengidentifikasi pages dan groups yang dimiliki oleh komunitas.

Terdapat tiga pages dan satu closed groups yang diteliti yakni Surabaya, Surabaya Tempo Dulu, Surabaya Punya Cerita, dan Surabaya Heritage Society. Kriteria pemilihan ketiga pages tersebut pertama dari konten yakni tentang Surabaya Cultural Heritage, kedua adalah jumlah likes/member yang dimiliki yakni minimal 3000 likes/member.

Sosial media dinilai mampu menjadi wadah bagi dokumen-dokumen peninggalan sebuah peradaban. Dengan kemudahan tersebut, maka beberapa individu atau sekelompok individu dari Surabaya memiliki inisiatif untuk mendokumentasikan Surabaya Cultural Heritage dengan tujuan untuk mempromosikan budaya Surabaya dan memberikan pendidikan budaya Surabaya.

Jika dilihat keempat komunitas yang menggunakan Facebook page dan group untuk mendokumentasikan budaya Surabaya karena kemudahannya. Baik dalam hal mengunggah gambar, membagikan, maupun menggunakan kembali dokumen yang telah diunggah.

Lain halnya jika komunitas membangun sebuah page, dimana seluruh dokumen yang masuk harus melalui admin, sehingga proses penambahan dokumen lebih lambat. Ini yang dianut oleh Surabaya Tempo Dulu, Surabaya, dan Surabaya Punya Cerita. STD terlihat cukup konsisten dalam mendokumentasikan cultural heritage Surabaya, terutama melalui foto-foto jaman dulunya.

Diskusi yang dilakukan di STD juga sangat intens dan banyak diikuti oleh orang yang mengetahui sejarah atau budaya. Sedangkan SPC pada awalnya fokus pada kisah asal usul budaya Surabaya, bahkan sempat memiliki website sendiri. Namun setelah munculnya buku Surabaya Punya Cerita volume 1 dan 2, kegiatan dokumentasi melalui media sosial berkurang. Saat ini SPC lebih banyak mempromosikan kedua buku tersebut ketimbang mendokumentasikan budaya melalui media sosial.

Selanjutnya adalah Surabaya yang juga menggunakan Facebook page untuk komunitas mereka, dimana banyak informasi mengenai kondisi Kota Surabaya dimasa sekarang. Misalnya mengenai tempat wisata, kuliner, taman kota, serta agenda kota Surabaya. Tidak banyak dokumen Surabaya masa lalu yang diunggah di halaman Surabaya ini. Bahkan tahun 2016, komunitas tersebut sudah tidak aktif lagi.

Dengan menggunakan media sosial untuk mendokumentasikan kekayaan budaya Surabaya selain lebih mudah dalam proses penyimpanan, juga memudahkan untuk promosi budaya tersebut, terutama promosi ke generasi muda. Generasi muda saat ini lebih menyukai tampilan digital dari pada cetak. Sehingga, pendekatan social media tepat dan mengena pada generasi muda / net generation. Selain itu, jangkauan social media yang luas, juga membantu penyebaran kekayaan budaya Surabaya ke seluruh dunia.

Banyak keuntungan dengan memanfaatkan media sosial sebagai wadah untuk mendokumentasikan kekayaan budaya lokal Surabaya. Selain murah, hanya membutuhkan koneksi internet, dan aplikasi Facebook gratis, juga efektif untuk menjangkau massa yang besar tidak terbatas ruang dan waktu.

Pendokumentasian melalui media sosial juga memiliki keuntungan bisa merangkul anak muda, yang mana para pemuda ini dapat mengenal budaya lokal mereka dengan mudah. Keunggulan lain dari web 2.0 adalah kemudahan untuk menciptakan / mengunggah dokumen, sehingga para anggota komunitas mudah untuk berkomunikasi dan berdiskusi mengenai budaya lokal Surabaya. (*)

Penulis: Nove E. Variant Anna

Full text artikel dapat didownload di http://digilib.uin-suka.ac.id/25346/. 3

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).