Teknologi Nanobubble Tingkatkan Budidaya Udang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh kickstarter

Sistem budidaya udang vaname (L. vannamei) secara intensif dan supraintensif yang menggunakan padat tebar yang tinggi memberikan kenaikan produksi yang tinggi. Akan tetapi, hal ini mempunyai dampak kurang baik yaitu terjadinya penurunan kualitas air. Sehingga pertumbuhan udang akan terganggu dan menurunkan ketahanan tubuh terhadap infeksi penyakit serta menyebabkan kematian. Salah satu agen penyebab penyakit yang sering menyerang budidaya udang adalah bakteri khususnya bakteri Vibrio sp. Salah satu parameter kualitas air utama untuk udang agar tumbuh dengan optimal yaitu tercukupinya suplai oksigen yang larut dalam perairan. Karakteristik bakteri Vibrio sp adalah bersifat pathogen oportunistik, yaitu organisme yang dalam keadaan normal ada di lingkungan pemeliharaan yang berkembang menjadi pathogen apabila kondisi lingkungan dan inangnya memburuk. Dominasi dan kelimpahan bakteri Vibrio sp yang tidak stabil pada tambak menunjukkan kondisi yang berisiko terhadap masalah kesehatan udang. Oleh karena itu, keberadaan bakteri ini harus senantiasa dipantau selama masa pemeliharaan melalui penghitungan jumlah Presumptive Vibrio Count (PVC) untuk mengetahui populasi bakteri Vibrio sp. Tingginya kerugian akibat infeksi bakteri Vibrio sp pada udang vaname menyebabkan perlunya penerapan teknologi budidaya yang lebih baik.

Salah satu teknologi yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas budidaya adalah menggunakan teknologi nanobubble. Sistem nanobubble, oksigen dalam perairan dapat tersedia dalam waktu yang lebih lama sehingga dapat menjaga kadar oksigen terlarut di perairan tetap stabil. Oksigen dalam bentuk nanobubble akan menangkap polutan tersuspensi dalam cairan dan mengambang ke permukaan. Polutan tersuspensi tersebut tidak seragam baik ukuran maupun bentuk. Gelembung dengan ukuran besar gagal untuk mengikat polutan, namun gelembung nano mampu menembus rongga kecil dalam kontaminan sehingga dapat membungkus padatan dan membuatnya terangkat. Oksigen dalam air juga dibutuhkan untuk mengurai bahan organik yang menumpuk dalam air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar ammonia yang menjadi ancaman bagi hewan akuatik. Adanya pengembangan teknologi nanobubble diharapkan mampu meningkatkan kualitas sistem budidaya dengan menjaga kondisi keseimbangan antara lingkungan, ikan/udang dan pathogen.

Metode dan Hasil

Tahap pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah pemeliharaan udang vaname menggunakan nanobubble selama 30 hari. Wadah perlakuan diberi suplai nanobubble sebanyak 2 kali per hari. Setelah pemeliharaan selama 30 hari, maka dilakukan persiapan media kultur bakteri. Kemudian setelah media kultur bakteri telah disiapkan, selanjutnya adalah pengambilan sampel. Sampel yang digunakan terdiri dari air media pemeliharaan dan udang vaname (L. vannamei) yang diambil dari bak budidaya. Sampel air diambil sebanyak 1 ml yang selanjutnya dilarutkan dalam 9 ml NaCl fisiologis. Sampel udang vaname (L. vannamei) dibedah secara aseptis untuk diambil hepatopankreasnya serta ditimbang hingga 1 gr. Hepatopankreas tersebut dihaluskan menggunakan lumpang dan alu dan dilarutkan dalam 9 ml NaCl fisiologis. Setelah dilakukan inkubasi selama 18-24 jam pada suhu kamar (28-30oC), kemudian dilakukan penghitungan PVC dan dilakukan identifikasi Vibrio sp.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan nanobubbe pada udang vaname (L. vannamei) memberikan nilai Presumptive Vibrio Count (PVC) yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan aerator biasa. Penggunaan nanobubble akan menghasilkan kualitas air pada media budidaya yang dapat dioptimalkan dengan cara membuat gelembung udara berukuran kecil sehingga daya apungnya juga lebih kecil dan dampaknya tidak mudah pecah. Sehingga kandungan oksigen yang larut dalam perairan akan menjadi lebih stabil. Selain itu sistem budidaya dengan nanobubble menggunakan sistem resirkulasi sehingga kualitas air pada media budidaya juga dapat dikontrol. Hal ini berbeda dengan aerator yang menghasilkan gelembung berukuran besar sehingga mudah pecah dan menyebabkan terjadinya fluktuasi atau ketidakstabilan oksigen terlarut di perairan.

Penulis: Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di:

http://ivj.org.in/en/webhome.aspx

mahasritot@gmail.com

Mahasri, G., Harifa, A. I., Sudarno. (2019). Oxygen Dissolved Nanobubble Technology Improved the Quality of Pacific White Shrimp Cultivation. Indian Veterinary Journal, 96(05) : 37-39.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).