Lima Mahasiswa Ilmu Sejarah UNAIR Raih Juara Berkat Aktivasi Wayang Timplong

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
TIM Garudeya setelah memenangkan juara III Aktivasi Kebudayaan dalam Kemah Budaya Kaum Muda. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS –                 Lima Mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) menorehkan prestasi. Prestasi itu adalah Juara III Kategori Aktivasi Kegiatan, kompetisi yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mereka adalah Andri Setyo Nugroho, Puspita Rina Apritiwi, Muhammad Ramadhan, Fadillatul Dipoyanti Ningrum, dan Nita Juhana Dewi.

Prestasi itu mereka raih usai mengikuti Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2019 yang diadakan di Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Dalam mengikuti lomba, tim yang mereka bentuk diberi nama Garudeya, yang merupakan singkatan dari Gerakan Pemuda Peduli Budaya. Mereka mengangkat kesenian wayang timplong dari Kabupaten Nganjuk sebagai gagasan yang diangkat dalam lomba.

Andri Setyo Nugroho selaku ketua tim Garudeya mengungkapkan bahwa kesenian wayang timplong perlu untuk dilestarikan. Regenerasi dalam pelestarian kebudayaan ditonjolkan sebagai aksi nyata peduli kebudayaan.

“Karena urgensinya perihal regenerasi, pemanfaatan, dan perlindungan kesenian wayang timplong, kita mengajukan tiga gagasan,” ujar Andri, sapaan karibnya.

Gagasan yang mereka angkat adalah dengan mengajak jagongan pelaku kesenian wayang timplong termasuk dalang yang saat ini tersisa empat orang saja. Dengan mengajak karang taruna, pelajar, dan masyarakat desa setempat di Kecamatan Pace mampu mengangkat kembali keberadaan wayang timplong.

Tidak hanya mengajak masyarakat di Kecamatan Pace, tim Garudeya juga menggagas festival kesenian wayang timplong. Festival yang dikemas dengan beberapa lomba diharapkan mampu sedikit mengangkat kesenian wayang timplong.

Tim Garudeya juga mengajak Pemerintah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan pelajar se-Kabupaten Nganjuk untuk kembali peduli terhadap kebudayaan asli daerah. Secara berjenjang, program yang digagas oleh tim Garudeya dapat membantu pemerintah mengelola kebudayaan.

Gagasan Jagongan Budaya dan Festival Budaya dari tim Garudeya dapat terlaksana dengan uang pembinaan yang mereka peroleh. Uang pembinaan yang diperoleh mampu sedikit membantu melestarikan budaya yang semakin hilang di masyarakat.

“Modal yang kami dapat langsung kami gunakan untuk pelestarian wayang timplong sebagai aksi nyata,” ujarnya.

Dengan gagasan yang diberikan tim Garudeya, kebudayaan asli daerah yang hampir hilang mampu terangkat kembali. Keterlibatan masyarakat, pemerintah, dan akademisi mampu membantu budaya tetap eksis. (*)

Penulis: Aditya Novrian

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).