UNAIR NEWS – Hari Kesehatan Sedunia diperingati setiap tanggal 7 April. Masih sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2019 ini, world health organization (WHO) memutuskan untuk tetap memakai tema Universal Health Coverage. Dilatarbelakangi dengan banyaknya masyarakat yang masih belum bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
Hingga saat ini pemerintah Indonesia masih terus berupaya untuk melakukan pemerataan pelayanan kesehatan hingga ke daerah tertinggal, terdalam dan terluar (3T). Salah satu tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai tujuan itu adalah sulitnya akses dan mahalnya biaya untuk bisa mencapai daerah tersebut.
Menurut Dr. Rachmat Hargono, dr., M.S., M.PH, ketua Unit Kajian Kesehatan Masyarakat (Ukakes) Fakultas Kesehatan Masyarkat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), untuk mengirim tenaga kesehatan dan membangun pelayanan kesehatan di daerah 3T memerlukan biaya yang sangat tinggi. Salah satu penyebabnya adalah infrastruktur masih belum terbangun di daerah tersebut sehingga akses menuju kesana menjadi sulit dan mahal.
“Meskipun membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, pembangunan infrastruktur penting dilakukan untuk membuka daerah terpencil di Indonesia agar pelayanan kesehatan dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia,” jelas dosen yang akrab disapa Dr. Rachmat tersebut.
Permasalahan infrastruktur tidak hanya menghambat tenaga kesehatan untuk mencapai masyarakat. Tapi juga menghambat masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah dibangun didaerahnya.
Banyak ditemui kasus di daerah 3T seperti di Papua, bahwa masyarakat disana harus berjalan berkilo-kilo terlebih dahulu untuk bisa berobat di puskesmas atau rumah sakit. Tidak jarang, beberapa warga juga berusaha untuk menaiki kapal terlebih dahulu agar lebih cepat sampai di puskesmas untuk memeriksakan diri.
Untuk itu, Dr. Rachmat cukup mengapresiasi upaya pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia bagian timur seperti Papua. Meskipun menurutnya, infrastruktur yang dibangun baru di jalan-jalan utama.
Sementara, ada beberapa perkampungan warga yang melewati akses jalan utama dan masih banyak juga yang jauh dari jalan utama. Sehingga, pembangunan infrastruktur masih perlu dilakukan agar daerah yang terisolir dapat berkembang dengan baik dari segi kesehatan, pendidikan maupun ekonomi.
Mengingat, kesehatan tidak bisa berdiri sendiri. Untuk meningkatkan derajat kemakmuran masyarakat harus diikuti dengan pendidikan dan ekonomi.
Dr. Rachmat berharap, kedepannya sarana dan prasarana kesehatan di daerah 3T bisa dipenuhi dan bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat. Meskipun begitu, Dr. Rachmat juga berharap tidak hanya pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif saja yang diberikan, tapi juga promotif dan preventif juga harus diupayakan.
“Arah dari pembangunan sudah cukup bagus. Sudah ada upaya untuk menjangkau daerah terpencil. Kita juga berharap, mereka juga dapat menghindari gaya hidup yang bisa menimbulkan penyakit generatif,” pungkas Dr. Rachmat.
Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Khefti Al Mawalia