Melanoma, Jenis Kanker Kulit Mematikan Mirip Tahi lalat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Tampaknya, di bawah pengaruh cuaca yang ekstrem seperti sekarang ini, perlindungan ekstra untuk kulit mutlak diperlukan. Mengapa? Karena risiko paparan sinar matahari bisa sangat beresiko mengakibatkan kanker kulit. Salah satunya Melanoma, jenis kanker kulit yang disebut-sebut paling mematikan.

Setiap tahun kasus penderita Melanoma semakin meningkat berbanding lurus dengan kenaikan intensitas radiasi sinar UV di bumi. Sayangnya, Melanoma sulit terdeteksi karena awalnya hanya menampakkan gejala yang umum, seperti tonjolan mirip tahi lalat. Namun kenyataannya, di bawah lapisan epidermis kulit, terdapat aktifitas invasif sel kanker.

Melanoma atau disebut Melanoma maligna merupakan jenis kanker yang berasal dari sel yang mengandung pigmen yaitu melanosit. Melanosit yang berkembang menjadi kanker akan merusak jaringan sekitarnya. Kanker ini berpotensi menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh limfa pada jaringan sekitarnya, bahkan menyebar jauh ke seluruh tubuh. Kondisi demikian dapat berakibat fatal hingga berujung pada kematian.

Dokter spesialis kulit alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Afif Dr. Nurul Hidayati, dr, SpKK menjelaskan, ciri awal Melanoma dapat diketahui melalui timbulnya tanda bercak atau benjolan mirip tahi lalat.

Namun  tidak seperti tahi lalat yang biasa berukuran kecil, warna senada, tidak menimbulkan rasa dan berdarah. Tonjolan Melanoma justru berbentuk tidak simetris, tepinya tidak beraturan,  warnanya bervariasi, dan memberikan sensasi rasa gatal dan mudah berdarah. Melanoma dapat menyerang bagian kulit dan menyebar hingga ke mulut, usus, mata, lengan, punggung, dan di bagian tubuh lain.

Intensitas penyebaran kanker ke bagian tubuh lain amat dipengaruhi oleh paparan sinar ultraviolet terus menerus atau dalam waktu lama. Sinar matahari dengan intensitas tinggi mengakibatkan terjadinya kerusakan DNA pada melanosit (sel penghasil melanin) lalu melanosit yang rusak  mengalami mutasi, sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan kulit di sekitarnya.

Seperti aktivitas tanning atau menghitamkan kulit dengan cara berjemur di bawah sinar matahari. Paparan sinar matahari secara terus menerus tanpa proteksi ekstra untuk kulit seperti mengoleskan tabir surya berisiko mengakibatkan Melanoma.

Selain dipengaruhi faktor lingkungan seperti radiasi dan polusi, risiko tinggi Melanoma juga ada pada orang-orang yang berkulit terang, bermata biru atau hijau, berambut blonde atau merah. Hal itu diakibatkan karena pertahanan melanin tidak sebaik orang berkulit gelap.

Melanoma merupakan kanker kulit terbanyak di antara kanker kulit yang lain. Banyak didapatkan pada ras kulit putih terutama di Australia dan Asia. Sementara pada orang-orang Indonesia mempunyai kulit yang lebih gelap dibandingkan kulit putih sehingga pertahanan kulit oleh melanin cukup besar sehingga risiko lebih kecil dari pada kulit putih. Namun, bukan berarti kita bebas dari risiko Melanoma. Afif mengingatkan, pajanan matahari di Indonesia cukup besar sehingga potensi terkena Melanoma juga cukup tinggi. Itu dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah kasus Melanoma yang juga di alami oleh orang-orang Indonesia.

Melanoma juga dapat ditularkan secara genetik. Orang yang mempunyai keluarga menderita Melanoma mempunyai kecenderungan menderita Melanoma dan biasanya terjadi pada usia yang lebih muda.

Mutasi pada gen tertentu menyebabkan seseorang lebih rentan menderita Melanoma. Selain itu, penderita penyakit kelainan gen yang disebut Xeroderma pigmentosum, yaitu orang yang sangat rentan terhadap sinar matahari beresiko besar terkena Melanoma. (*)

Penulis : Sefya H Istighfaricha

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).