UNAIR NEWS – Dalam rangka perluasan kerjasama pendidikan dan penelitian antara Universitas Airlangga dan Universitas Hiroshima, wakil rektor yang membidangi kerja sama internasional Prof. Nishitani Hajime berkunjung ke UNAIR, Kamis (16/3). Pertemuan antara delegasi asal Jepang dan UNAIR tersebut dilangsungkan di Ruang Sidang Pleno, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR.
Dalam forum tersebut Nishitani menyampaikan bahwa UNAIR bisa mencapai peringkat sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah. Caranya, adalah dengan menjalin kolaborasi internasional. Pihak Hiroshima menawarkan skema pertukaran mahasiswa yang bisa diikuti pelajar tingkat akhir.
“Mahasiswa tingkat akhir bisa mengikuti program pertukaran yang berlangsung selama lima atau enam bulan di Hiroshima. Tentunya, ada biaya perkuliahan yang harus dibayar. Mahasiswa itu juga bisa menyelesaikan skripsi di sana,” tutur Nishitani.
Nishitani juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi sivitas akademika UNAIR yang ingin bekerja sama di bidang penelitian, pertukaran mahasiswa, dan staf pengajar yang ingin melanjutkan pendidikan di Hiroshima.
Dalam pertemuan kali ini, delegasi UNAIR dipimpin oleh Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso. Selain Djoko, pihak UNAIR diwakili oleh wakil dekan yang membidangi kerja sama, sebagian besar alumnus universitas di Jepang, pihak peneliti yang tengah berkolaborasi dengan universitas di Jepang, dan pihak yang tertarik untuk bekerja sama.
Setiap delegasi yang hadir mempresentasikan setiap kolaborasi yang pernah dan sedang dijalin dengan peneliti asal Jepang. Dari Fakultas Ilmu Budaya, misalnya, setiap tahunnya secara rutin mengirimkan satu orang untuk pertukaran mahasiswa ke Jepang. Selain dari FIB, ada pula Fakultas Kedokteran yang saat ini tengah melakukan riset dengan peneliti di Hiroshima.
Menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh masing-masing delegasi, Djoko berharap agar setiap unit kerja meningkatkan frekuensi dan intensitas kolaborasi antara kedua pihak. “Untuk yang setiap tahun masih mengirimkan satu orang itu, ke depan ditingkatkan ya,” pinta Djoko.
Wakil Dekan III FIB Rizky Andini, Ph.D., menyampaikan bahwa ke depan pihaknya akan menambah jumlah mahasiswa untuk mengikuti program pertukaran, khususnya ke Jepang. “Selama ini, melalui program Hiroshima University Studying Abroad (HUSA) kita mengirimkan satu orang. Sebisa mungkin, ke depan kita akan menambah paling tidak dua atau tiga orang untuk berangkat,” tutur Rizky.
Selain itu, pihak FIB juga akan melakukan riset bersama. Sebab, ada sejumlah subjek penelitian yang menurutnya sejalan dengan FIB UNAIR.
Sementara itu, ini Departemen Ilmu Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi (KFR) FK UNAIR juga memiliki kerja sama dengan Universitas Hiroshima. Menurut pengajar Ilmu KFR dokter Damayanti Tinduh, Sp.KFR, saat ini sudah ada dua dokter yang lulus pendidikan subpesialis dari payung kerja sama tersebut.
Di bidang riset, tiga departemen di FK UNAIR menjalin kerja sama dengan Jepang dan Sydney untuk melakukan konferensi internasional dan publikasi. Riset yang tengah dilakoni adalah therapeutic exercise untuk proses penyembuhan orang yang disabilitas. Rencananya, penelitian tersebut akan dipresentasikan dalam konferensi bulan Agustus tahun 2017.
“Ini kita mulai masuk ke ranah yang lebih sulit yaitu Paralympic atlet disabilitas. Mereka sangat ingin kolaborasi dengan kita terus berlangsung. Sehingga nanti ada acara Paralympic di Jepang tahun 2020, kita juga sudah siap bersama tim,” tuturnya.
Penulis: Defrina Sukma S