Sergio Santoso dan Ria Sandra, Dua Wisudawan Terbaik yang Punya Komitmen Tinggi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sergio Santoro (kiri) dan Ria Sandra Alimbudiono (Ilustrasi UNAIR NEWS)

UNAIR NEWS – Di masyarakat, belimbing wuluh sering dimanfaatkan sebagai obat herbal yang berguna bagi tubuh, atau setidaknya khasiatnya mengurangi dampak pemakaian obat kimia.  Karena buah tropis Indonesia ini, konon bisa digunakan sebagai obat alternatif karena mengandung antioksidan, anti bakteri, dan anti inflamasi.

Sergio Santoso wisudawan terbaik S1 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) (Foto: Istimewa)
Sergio Santoso wisudawan terbaik S1 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) (Foto: Istimewa)

Penasaran dan ingin membuktikan seperti apa khasiat belimbing wuluh itu, maka Sergio Santoso melakukan penelitian terhadap ekstrak daun belimbing wuluh. Hasil penelitiannya kemudian sebagai bahan skripsinya. Jadilah skripsinya berjudul ”Uji Viabilitas Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Terhadap Sel Firoblas BHK 21”, yang sekaligus turut mengantarkan Sergio terpilih sebagai wisudawan terbaik S1 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga dengan IPK 3,78.

“Yang melatari penelitian ini adalah banyaknya bahan kimia yang digunakan sebagai obat. Untuk mencari obat alami sebagai alternatif perawatan saluran akar, juga sebagai bahan herbal untuk mengurangi bahan kimia yang memungkinkan terjadinya iritasi di lingkungan rongga mulut,” kata pria kelahiran Malang 29 November 1994 ini.

Selama penelitian ia harus di laboratorium dan berkutat dengan ELISA reader menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh dan sel firoblas BHK 21. Penelitiannya ini merupakan kolaborasi dengan dosen pembimbingnya, Nirawati Pribadi, drg., M.Kes., Sp.KG(K) dan Dr. Ira Widjiastuti drg., M.Kes, Sp. KG (K). Skripsinya ini juga dibimbing oleh Ari Subiyanto, drg.,MS., Sp.KG (K), dan mendapat bantuan dari Prof. Dr. Adioro Soetojo, drg., M.S., Sp. KG (K) dan Dr. Tamara Yuanita, drg., M.S., SpKG (K).

Penggemar futsal dan gym ini juga mendapatkan motivasi dan dukungan dari orang tua, kekasih, dan teman-temannya yang ikut berjuang bersamanya. Ia mengaku tidak memiliki kendala ketika melakukan penelitian, kecuali perasaan kurang mandiri lantaran jauh dari rumah. Namun setelah menemukan teman-teman baiknya, ia mampu membiasakan diri dengan lingkungan.

”Bagi saya, teman adalah segalanya. Tanpa kalian, saya bukan apa-apa,” katanya sebagai ucapan terima kasih pada kawan-kawannya yang ikut membantu dan menyemangatinya selama belajar di UNAIR. (*)

KOMITMEN TERHADAP PENYELAMATAN LINGKUNGAN

Ria Sandra Alimbudiono Wisudawan Terbaik S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) (Foto: Istimewa)
Ria Sandra Alimbudiono Wisudawan Terbaik S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) (Foto: Istimewa)

Sementara itu Ria Sandra Alimbudiono, yang dinyatakan sebagai Wisudawan Terbaik S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, punya komitmen tinggi terhadap lingkungan. Baginya, menjaga lingkungan hari ini merupakan bagian dari mencintai anak cucu, sebab merekalah kelak yang akan mewarisi bumi ini.

“Jangan mengatakan sayang KEpada anak cucu jika belum menjaga lingkungan, karena mereka tidak akan bisa hidup nyaman tanpa lingkungan yang nyaman,” ujarnya.

Berbekal kepedulian yang tinggi terhadap isu lingkungan itulah, maka dosen Universitas Surabaya (Ubaya) ini mengangkatnya isu lingkungan tersebut sebagai topik disertasinya. Ia meneliti pengaruh environmental management accounting knowledge terhadap timbulnya environmental intention pada mahasiswa.

“Hasilnya memang ada pengaruh pengetahuan yang dimiliki seseorang akan lingkungan dalam mendorong adanya niatan orang tersebut berperilaku ramah lingkungan,” katanya. Dengan mengangkat isu lingkungan agak terasa “beda” disertasi Ria ini, dibanding dengan disertasi kebanyakan.

“Saya terkejut dan tidak menyangka dipilih yang terbaik. Padahal saya hanya melakukan ‘I Do My Best’ ketika sekolah di UNAIR, ya karena saya sudah bukan lagi anak muda yang punya banyak waktu bebas. Karena itu saya tidak menyangka dapat predikat ini,” imbuhnya.

Dalam menempuh pendidikan S3 Ilmu Akuntansi ini ia akui banyak tantangannya. Pertama, katanya, faktor usianya yang bukan lagi usia untuk sekolah. Jadi harus berkorban banyak hal mulai waktu bersama keluarga, finansial, dsb. Namun disadari ini bagian dari konsekuensi yang harus dijalaninya.

“Menempuh pendidikan doktoral merupakan pilihan pribadi yang kita pilih secara sadar dan dewasa. Karena itu selesaikan segala sesuatu yang telah dimulai dengan indah dan diakhiri dengan indah pula,” tambahnya. (*)

Penulis : Lovita Marta Fabella & Yeano Dwi Handika
Editor    : Bambang Bes

Berita Terkait

Achmad Chasina Aula

Achmad Chasina Aula

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi