Program “Ayo Perang” Menjadi Solusi Masalah Gizi Kurang Di Bojonegoro

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Aksi Demo Masak Tim PKL Ayo Perang FKM UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Genap 37 hari Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga melaksanakan PKL tahun 2019 di Bojonegoro. Melalui kuesioner yang menjadi alat untuk melakukan identifikasi masalah, berbagai masalah ditemukan. Kelompok 10 PKL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dengan anggota 12 mahasiswa mendapatkan temuan bahwa terdapat 5 masalah besar di desa yang mereka tinggali, yakni Desa Mlaten.

Dari 5 masalah tersebut, kelompok ini melakukan teknik untuk menentukan prioritas masalah dan hasil menunjukkan bahwa risiko gizi kurang adalah masalah yang utama. Untuk mengatasi masalah tersebut, kelompok 10 mencoba menjalankan sebuah intervensi berupa program yang berjudul “AYO PERANG” yang berarti Ayo Mencegah Gizi Kurang.

“Intervensi yang akan kami berikan terhitung hanya 1 program, namun ada beberapa kegiatan di dalamnya,” tutur Hadyan, ketua kelompok 10.

Beberapa kegiatan dalam program “AYO PERANG” antara lain  TIMBUNAN MANTAN PAKLEK (Pelatihan Pembuatan Pemberian Makanan Tambahan Puding Ikan Lele), DEMAM RIMBA (Demo Masak Makanan Bergizi Seimbang), dan SOP IGA (Sosialisasi Pentingnya Pencatatan Pertumbuhan Anak dan Pelatihan Pembuatan Grafik Pertumbuhan Anak). Ketiga kegiatan ini dijalankan dengan waktu yang berurutan sebagai serangkaian kegiatan.

Sebagai pembuka program, kegiatan yang dijalankan terlebih dahulu oleh kelompok 10 adalah TIMBUNAN MANTAN PAKLEK. Kegiatan yang menjadikan kader posyandu sebagai sasaran ini diharapkan dapat menjadi tonggak perubahan variasi menu PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang diberikan kepada balita di setiap kegiatan Posyandu. Selain tepat gizi dan tepat guna, menu-menu yang dikenalkan oleh kelompok 10 juga tepat biaya. Dengan anggaran Rp.3.500 kader dapat memenuhi kebutuhan makanan tambahan yang bergizi untuk para balita.

“Menu-menunya sangat variatif dan inspiratif, semoga bisa kami terapkan untuk posyandu-posyandu berikutnya,” tutur  Yayuk selaku koordinator Kader di Desa Mlaten.

Program AYO PERANG kemudian dilanjutkan dengan kegiatan lain di hari berikutnya, yakni DEMAM RIMBA. Kelompok 10 mendemokan sebuah menu makanan yang terdiri atas berbagai unsur zat gizi, yakni protein, karbohidrat, dan vitamin dengan sebutan menu “Ayam Rambutan”. 

“(Kita) memilih menu ini karena anak-anak disini (Desa Mlaten) konsumsi protein hewaninya rendah,” ungkap Retha, penanggungjawab kegiatan DEMAM RIMBA

Selaras dengan pengakuan Retha, terlihat berdasarkan data pada food frequency, konsumsi balita di Desa Mlaten sangat rendah protein hewani. Antusiasme ibu-ibu balita yang menjadi sasaran kelompok 10 terlihat cukup tinggi di awal, namun beberapa menit kemudian konsentrasi mereka terpecah akibat harus memperhatikan sang buah hati.

“Ya gini mbak kalau demo atau penyuluhan, kayak kurang diperhatikan karena sibuk mengurus anaknya sendiri-sendiri, tapi ya kan kewajiban, gimana lagi,” tutur Bu Linda selaku bidan desa.

Program AYO PERANG ditutup dengan kegiatan terakhir yakni SOP IGA yang dilaksanakan 2 hari berikutnya karena kelompok 10 membutuhkan waktu untuk menyiapkan modul yang akan diberikan kepada sasaran mereka. Walaupun peserta yang datang terhitung leih sedikit dibandingkan peserta DEMAM RIMBA, namun keadaan menjadi lebih kondusif. Ibu kader posyandu dan ibu balita terlihat memperhatikan dengan seksama penjelasan dari salah satu anggota kelompok 10 yang bertugas.

“Harapan kami semoga dengan program AYO PERANG ini risiko balita gizi kurang menurun sehingga derajat kesehatan Desa Mlaten menjadi meningkat,” tutur Hadyan.

Penulis: TIM PKL AYO PERANG

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).