FPsi UNAIR Berikan Pelatihan Kesehatan Mental untuk Tenaga Psikologi di Puskesmas Se-Surabaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SUASANA pelatihan MHFA yang dilaksanakan pada Sabtu (2/11/2019) diikuti oleh sebanyak 63 tenaga psikologi di puskesmas di Kota Surabaya. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Pemerintah Kota Surabaya telah menerapkan strategi scaling up layanan jiwa dengan melakukan integrasi layanan kesehatan jiwa di puskesmas. Melalui strategi itu, telah beroperasi Poli Psikologi di masing-masing puskesmas di Kota Surabaya.

Melalui penerapan strategi scaling up layanan jiwa diharapkan masyarakat lebih mudah mengakses layanan jiwa, sekaligus mengurangi pandangan negatif masyarakat karena individu dengan masalah kejiwaan tidak harus mengunjungi layanan khusus, seperti rumah sakit jiwa dan unit pelayanan psikologis.

Fakultas Psikologi UNAIR mendukung kebijakan Pemerintah Kota Surabaya dengan melakukan kegiatan pelatihan mental health first aid (MHFA) bagi tenaga psikologi di puskesmas. Kegiatan pelatihan MHFA ini sekaligus sebagai program pengabdian masyarakat dari Fakultas Psikologi UNAIR.

Pelatihan MHFA dilaksanakan pada Sabtu (2/11/2019) bertempat di Fakultas Psikologi UNAIR dan diikuti oleh sebanyak 63 tenaga psikologi di puskesmas. Narasumber pelatihan adalah empat orang dosen dari Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, yaitu Atika Dian Ariana, Tri Kurniati Ambarini, Hamidah, dan Dian Kartika Amelia Arbi. Pelatihan dibuka oleh Dekan Fakultas Psikologi UNAIR, Nurul Hartini.

“Fakultas senang dan bangga dapat melaksanakan pelatihan bagi psikolog puskesmas ini secara rutin. Harapan kami pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi psikolog puskesmas dalam memberikan penanganan awal pada gangguan jiwa. Selebihnya, karena puskesmas itu konsepnya adalah layanan primer, tentunya dapat dilakukan prosedur rujukan bila diperlukan,” ucap Nurul Hartini.

Menurut Ketua Pelaksana, Atika Dian Ariana, fokus pelatihan tahun ini adalah penanganan awal pada kasus depresi, perilaku menyakiti diri sendiri, dan perilaku atau ide bunuh diri. Fokus pelatihan ini ditentukan dari hasil diskusi dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan dengan mempertimbangkan insiden kasus jiwa.

Atika mengatakan, tahun ini pelatihan lebih fokus menyoroti gangguan yang terkait dengan perilaku bunuh diri, seperti depresi dan perilaku menyakiti diri sendiri. Pemilihan topik itu ditentukan dari hasil diskusi dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

“Rupanya peserta pelatihan juga menyampaikan adanya peningkatan angka insiden pada kasus-kasus yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri. Artinya, penguasaan terhadap penanganan awal terkait kasus bunuh diri ini mutlak bagi tenaga psikologi di puskesmas,” ujar Atika.

Dalam pelatihan itu, peserta mengikuti seluruh sesi dengan antusias. Hal itu ditunjukkan oleh banyaknya pertanyaan dan diskusi yang berlangsung secara interaktif sepanjang sesi pelatihan.

Sementara itu, analisa terhadap data pre-test dan post-test menunjukkan bahwa terjadi peningkatan literasi kesehatan jiwa yang signifikan dari peserta pelatihan, khususnya terkait dengan empat gangguan yang menjadi materi pelatihan.

Dalam memberikan pelatihan, tim dosen melakukan monitoring dan evaluasi. Pertama, diadakan pre-test dan post-test untuk mengetahui efektif tidaknya dilakukan pelatihan. Kedua, dilakukan evaluasi tertulis pada akhir pelatihan yang diisi oleh peserta secara anonim. Terakhir, dimemberikan tugas RTL (rancangan tindak lanjut) pada peserta yang dikumpulkan dua minggu setelah pelatihan.

RTL menjadi komitmen bersama antara penyelenggara pelatihan dengan peserta sebagai pelaksana program di puskesmas, dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya sebagai pengelola layanan kesehatan.

“Prinsipnya, kami ingin memastikan manfaat dari kegiatan ini berkesinambungan, tidak berhenti pada peserta saja, dan tidak di tahun ini saja,” pungkas Atika. (*)

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).