20-20-20 Rule dan Artificial Tear untuk Mata Kering Saat Beraktivitas di Depan Komputer di Kala Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Medical News Today

Perkembangan teknologi modern, termasuk komputer dan gadget, membuat segala aktivitas manusia menjadi lebih mudah. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran alat-alat tersebut tidak hanya membantu manusia untuk pekerjaan kantor atau tugas sekolah tetapi juga dapat digunakan untuk kegiatan hiburan seperti bermain game atau browsing melalui koneksi internet, chatting, atau komunikasi media sosial, atau yang lainnya. Akibatnya, aktivitas tersebut membuat lamanya waktu yang dihabiskan di depan komputer atau perangkat smartphone meningkat selama beberapa tahun terakhir. Sebaliknya, di samping manfaatnya, masalah kesehatan kini mulai bermunculan. Penggunaan komputer dan perangkat pintar lainnya yang berat menyebabkan masalah kesehatan mata. Beberapa keluhan dari pengguna komputer atau perangkat pada mata mereka adalah mata kering, mata merah, penglihatan kabur dan lain-lain. Ada juga gejala ekstra okular seperti leher kaku, pusing, sakit kepala atau ketidaknyamanan pada otot bahu atau lainnya. Gejala-gejala ini berhubungan dengan Computer Vision Syndrome (CVS). Mata kering adalah gejala umum CVS. Saat ini, dunia sedang dalam situasi pandemi akibat virus corona. Semua negara di dunia menerapkan interaksi manusia secara terbatas dan interaksi manusia dilakukan secara online. Dengan demikian, wajar jika waktu pemaparan di depan komputer dalam situasi pandemi ini meningkat.CVS dapat terjadi pada penggunaan komputer atau gawai lebih dari 2 jam dalam sehari. Mata kering adalah problem utama dari CVS yang membuat segala aktivitas di depan komputer dan gawai tidak nyaman. Bila hal ini terjadi pada aktivitas akademik yang dilakukan oleh siswa baik tingkat dasar, menengah, menengah atas maupun perguruan tinggi, tentunya akan sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Dalam suatu penelitian, mata kering karena CVS  dapat mengganggu kegiatan membaca, melaksanakan pekerjaan profesional, bekerja di depan komputer, menonton televisi, serta berkendara baik siang maupun malam.

CVS dapat terjadi karena menggunakan perangkat komputer atau smartphone selama lebih dari 2 jam sehari. Mata kering yang terjadi membuat segala aktivitas di depan komputer dan perangkat smartphone menjadi tidak nyaman. Mata kering mengganggu aktivitas akademik bagi siswa di semua tingkatan termasuk tingkat SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi dan universitas. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Studi telah menemukan bahwa mata kering akibat CVS dapat mengganggu membaca, melakukan pekerjaan profesional, bekerja di depan komputer, menonton televisi, atau mengemudi siang dan malam. Bagi sebagian besar siswa, membaca dan bekerja dengan komputer sangat penting untuk kinerja akademik mereka.

Penatalaksanaan CVS meliputi pencegahan dan pengobatan. Edukasi pencegahan CVS meliputi penerapan aturan 20-20-20 sedangkan pengobatan CVS menggunakan air mata buatan. Strategi tersebut dipelajari pada 100 siswa dari dua Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kediri. Penerapan aturan 20-20-20 adalah setiap 20 menit di depan komputer, mata diistirahatkan dengan menutup mata selama 20 detik atau mata diistirahatkan dengan melihat jauh sejauh 20 kaki (6 meter). Juga, air mata buatan diberikan kepada semua siswa yang didiagnosis dengan CVS. Evaluasi pra dan pasca studi dilakukan selama dua minggu. Sepuluh pertanyaan singkat yang dijawab mengukur pengetahuan CVS siswa termasuk aturan 20-20-20. Efektivitas air mata buatan untuk mata kering akibat CVS diukur dengan menggunakan Tear Break Up Time Test (TBUT) dan Ocular Disease Surface Index (OSDI. Pada sesi post study dilakukan wawancara kepada seluruh partisipan untuk mengetahui kepatuhan terhadap keduanya. strategi yaitu penerapan aturan 20-20-20 dan air mata buatan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa SMA meningkat (p<0,0001) dimana siswa memahami aturan 20-20-20 dan cara penggunaan buatan air mata, sayangnya peningkatan pengetahuan siswa tidak sebanding dengan perilaku praktis mereka.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa hanya sekitar 50% siswa yang menerapkan aturan 20-20-20 dan menggunakan air mata buatan sesuai petunjuk. skor TBUT pra vs pasca menunjukkan peningkatan gejala mata kering (p<0,0001) Rata-rata TBUT siswa hampir normal 10 detik. TBUT adalah ukuran waktu (dalam detik) untuk stabilitas film air mata (LAM).nilai TBUT normal di atas 10 detik. OSDI adalah kuesioner tervalidasi yang telah banyak digunakan untuk studi mata kering. OSDI merupakan kuesioner subjektif yang mengukur gejala yang dirasakan oleh penderita mata kering. Dalam penelitian ini, sayangnya, tidak ada perbedaan skor OSDI sebelum dan sesudah kedua strategi (p>0,05). Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan aturan 20-20-20 dan penggunaan air mata buatan dapat diterapkan untuk mengatasi gejala CVS. Hasil studi ini dapat dilaksanakan di tengah situasi pandemi saat ini yang menuntut aktivitas lebih lama di depan perangkat komputer atau smartphone.

Penulis: Bambang Subakti Zulkarnain

Link Jurnal: https://jurnal.ugm.ac.id/jpkm/article/view/54121

Title The Effect of 20-20-20 Rule Dissemination and Artificial Tears Administration in High School Students Diagnosed with Computer Vision Syndrome

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp