UNAIR NEWS – Saat ini dokter bukan satu-satunya profesi yang berjasa dalam perawatan pasien di rumah sakit. Hal itulah yang juga disadari oleh Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Mereka meyakini bahwa Interprofessional Education (IPE) adalah solusi terbaik untuk mencapai perawatan pasien yang optimal.
“IPE merupakan sistem yang memungkinkan seluruh profesi dari segala bidang untuk bekerja sama. Khususnya di rumah sakit,” tutur Prof Dr Muhammad Amin dr SpP(K). Pemaparan Prof Amin tersebut, disampaikan dalam acara bertajuk Implementasi Interprofessional Education (IPE) for Interprofessional Collaboration (IPC) pada Kamis (24/3/2022).
Kerja Sama Multi-Disiplin
Secara lengkap, Prof Amin menyebut bahwa IPE adalah momentum kolaborasi dari dua atau lebih profesi yang berbeda. Mereka saling belajar dengan, belajar dari, dan saling belajar satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan di rumah sakit.
“Setelah IPE kemudian ada Interprofessional Learning (IPL), Interprofessional Practice (IPP), dan Interprofessional Teamwork (IPT),” ujar Prof Amin.
IPL terjadi ketika antar profesi saling meningkatkan pengetahuan dan kompetensi selama pendidikan interprofessional atau informal. Sedangkan IPP merupakan kerja sama dalam pelaksanaan praktik. Mengenai IPT, berhubungan dengan keterlibatan anggota profesi dengan kompetensi yang saling melengkapi dalam praktik kolaboratif berkelanjutan menuju tujuan bersama.
Kompetensi IPE
“IPE membutuhkan tiga kompetensi. Ketiganya yakni values atau ethics, roles atau responsibilities, dan interprofessional communication,” ujar Prof Amin.
Values atau ethcis berlandas pada prinsip saling menghormati dan berbagi nilai atau etika. Roles atau responsibilities menekankan pemahaman terhadap tanggung jawab profesinya dan profesi lainnya. Terakhir yakni interprofessional communication, yakni berkomunikasi dengan cara mendukung tim.
Latar Belakang
Pelaksanaan IPE bukan berarti tanpa sebab. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan IPE menjadi langkah yang lebih tepat untuk rumah sakit.
“Banyak profesi kesehatan yang berkepentingan terhadap terapi dan pencegahan penyakit. Ketika ada koordinasi yang baik dari masing-masing profesi tersebut, maka akan menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik pula. Selain itu, IPE bertujuan untuk menghindari duplikasi pelayanan dan menghemat biaya,” jelas Prof Amin.
Adanya Perubahan Paradigma
Melalui IPE, ada beberapa paradigma yang berubah mengenai kegiatan rumah sakit. “Terutama mengenai orientasi kepada dokter yang kemudian berubah menjadi orientasi pada pasien. Sebagaimana penyampaian di awal, semua profesi yang tidak hanya dokter, saling megupayakan pelayanan yang terbaik untuk pasien,” terang Prof Amin.
Menyusul perubahan paradigma yang lain yakni otonomi masing-masing praktisi menjadi kolaborasi tim, fokus pada penyakit dan menyembuhkan yang kemudian berubah dengan fokus pada promosi kesehatan, lebih mengaktifkan peran pasien dan keluarga, serta fokus pada penyakit akut dan perawatan episodik menjadi fokus ke penyakit kronik.
Penulis: Fauzia Gadis Widyanti
Editor: Feri Fenoria
Baca juga: