UNAIR NEWS – Harga minyak dunia terus melambung sejak akhir Februari. Dampaknya, gas LPG non-subsidi di pasaran turut serta melesat naik hingga menyentuh Rp 200 ribu.
Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Rudi Purwono SE MSE mengungkapkan, besarnya pasokan LPG impor di Indonesia mengakibatkan harga dalam negeri melonjak naik. Hal tersebut salah satunya diperkarai oleh perang antara Rusia dan Ukraina. Sanksi ekonomi dunia yang diberikan kepada Rusia membuat pasokan gas Rusia terganggu.
“Komoditas gas ini juga dijadikan strategi Rusia untuk membela diri atas sanksi dari negara lainnya. Oleh sebab itu, ada kenaikan harga gas secara keseluruhan di pasar dunia,” tambahnya.
Harga Produk Olahan Naik hingga Penimbunan
Kenaikan harga LPG yang cukup tinggi dalam waktu singkat itu akan berdampak pada pelaku UMKM. Terlebih pada bisnis makanan. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) itu menyebutkan, ada dua kemungkinan yang dapat diambil oleh UMKM yaitu, menaikkan harga jual produk dan menderita kerugian sebagai kompensasi kenaikan harga LPG tersebut.
“Selain UMKM, tentu kenaikan harga ini akan membebani masyarakat, khususnya rumah tangga pendapatan menengah ke bawah,” tuturnya.
Rudi menambahkan, menyambut Ramadhan biasanya konsumsi gas LPG mengalami peningkatan. Kenaikan harga yang terjadi dapat memicu masyarakat beralih dari LPG non-subsidi ke LPG subsidi. Bahkan hingga melakukan penimbunan.
“Hal ini akan menimbulkan moral hazard (penyimpangan moral, Red),” tambahnya.
Terapkan Operasi Pasar Berkala
Rudi mengungkapkan, kenaikan harga LPG sulit dihindari. Sebab, terjadi kenaikan pada harga bahan baku. Karena itu, pemerintah perlu melakukan operasi pasar secara berkali di berbagai titik. Pengawasan penetapan harga barang juga perlu dilakukan hingga tingkat terkecil.
“Alternatif solusi untuk mengontrol harga adalah mendekati pembeli akhir dengan melakukan operasi pasar murah,” ungkapnya.
Ia juga berpesan pemerintah memberikan stimulus bagi UMKM yang tedampak kenaikan harga tersebut. Selain itu, Rudi mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan tidak menimbun gas LPG. Sebab, pemerintah akan berupaya untuk meredam kenaikan harga.
“Untuk LPG, Pemerintah harus melakukan inovasi agar dapat mengurangi ketergantungan bahan baku LPG dari impor,” tuturnya. (*)
Penulis: Alysa Intan Santika
Editor: Feri Fenoria
Baca juga: