UNAIR NEWS – Tren masifnya persebaran informasi di dunia digital Indonesia saat ini, tampaknya, masih menemui beragam persoalan. Salah satunya perihal literasi digital. Dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan (IIP) Universitas Airlangga Dr Rahma Sugihartati Dra MSi menyebut literasi digital memang sangat berdampak pada tingkat keberhasilan transformasi digital Indonesia.
Menurut Dr Rahma, pengertian literasi digital sejatinya menjurus pada dua aspek penting. Pertama, soal kemampuan masyarakat menggunakan informasi dan teknologi digital dalam banyak format. Kedua, terkait kemampuan untuk membuat informasi dan mengevaluasinya secara kritis.
“Yang kedua ini (menyaring dan kritis terhadap informasi, Red), tampaknya kita masih menjadi persoalan,” ujarnya.
Dr Rahma menilai, terkait pengoperasian teknologi digital, anak muda lumayan menguasainya. Namun, untuk keahlian mengevaluasi dan mencerna informasi secara kritis, generasi muda mesti lebih banyak belajar.
“Contohnya, tampak pada penyebaran hoax yang masih tinggi. Terutama ketika event politik terjadi. Termasuk juga hate speech,” katanya.
“Beberapa perilaku netizen itu sebenarnya menggambarkan kemampuan literasi digital yang rendah,” imbuh ahli informasi dan masyarakat serta perilaku informasi tersebut.
Tidak Sopan
Analisis itu, ujar Dr Rahma, diperkuat dengan hasil Riset Digital Civility Index (DCI) 2021 dari Microsoft. Yang mana, netizen Indonesia dinilai semakin tidak sopan selama pandemi Covid-19.
Rendahnya literasi digital akibat pembuatan informasi yang kurang produktif tersebut akhirnya berdampak pula pada angka capaian program penguatan literasi digital Indonesia. Salah satunya adalah talenta digital Indonesia.
“Kita punya gap sekitar 600.000 per tahun antara remaja bertalenta dan permintaan dari sektor teknologi. Kita masih kekurangan tenaga bertalenta digital yang menjadi kunci transformasi digital,” paparnya.
Upaya Pemerintah
Meski demikian, menurut Dr Rahma, sejumlah agenda nasional pemerintah terkait dengan peningkatan talenta digital cukup strategis dan baik. Namun, secara khusus masih ada pekerjaan rumah bagi pemerintah. Terutama memastikan pendidikan literasi digital dapat diberikan sejak dini.
Bukan hanya kemampuan teknis, Dr Rahma menekankan pula pentingnya mengintegrasikan literasi digital dalam kurikulum pendidikan di semua jenjang. Baik di tingkat SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi. Upaya tersebut sangat penting untuk menanamkan literasi digital sejak dini.
“Di era masyarakat digital, mau tak mau kita perlu mempersiapkan kemampuan literasi digital yang memadai. Generasi muda harus mulai peka dan kritis terhadap informasi agar muncul sebagai hal yang positif dan produktif,” terang Dr Rahma. (*)
Penulis: Intang Arifia
Editor: Feri Fenoria