Dibanding Moldova, Polandia-Rumania Opsi Terbaik Evakuasi WNI

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Helikopter Ukraina melintas di atas kota Dnipro. (Foto: BBC)

UNAIR NEWS – Buntut memanasnya konflik Rusia-Ukraina, evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Ukraina terus dilakukan pemerintah Indonesia. Mengikuti perkembangan tersebut, Pakar Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (UNAIR) Radityo Dharmaputra RCEES IntM menyebut Polandia dan Rumania menjadi opsi terbaik pemerintah untuk mengevakuasi para WNI.

Kini, terdapat tiga negara yang menjadi tujuan evakuasi WNI, yakni Polandia, Rumania, dan Moldova. Tiga negara itu memang berbatasan langsung dengan Ukraina. Radityo mengungkapkan bahwa Polandia menjadi opsi evakuasi terbaik.

“Polandia yang paling aman karena negara ini tergabung dalam Uni Eropa dan NATO. Selain itu, kalau ke Polandia, mereka cukup menerima pengungsi dengan baik. WNI pun akan lebih mudah diterbangkan ke Indonesia,” ujar Pengamat Kawasan Rusia dan Eropa Timur tersebut.

Karena itu, tidak mengherankan jika beberapa hari belakangan arus pengungsi Ukraina menuju Polandia sangat padat. Radityo menyebut bahwa status keanggotaan Polandia di Uni Eropa dan NATO akan mencegah Rusia melakukan serangan apabila konflik meluas. 

Hal yang sama berlaku pula pada Rumania. Negara yang telah terdaftar sebagai anggota Uni Eropa dan NATO itu dipandang Radityo sebagai opsi yang lebih baik dibanding negara tetangganya, Moldova.

Menurut Radityo, Moldova termasuk berisiko karena memiliki wilayah yang berkonflik dan didukung Rusia. Wilayah tersebut adalah Transnistria yang kabarnya menjadi salah satu jalur pasukan Rusia masuk ke Ukraina. 

Pakar Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (UNAIR) Radityo Dharmaputra RCEES IntM (sumber: Istimewa)

Risiko Evakuasi WNI

Usai berhasil dievakuasi ke Polandia atau Rumania, Radityo menyebut langkah selanjutnya yang harus diperhatikan pemerintah adalah proses pemulangan para WNI ke Indonesia.

“Utamanya terkait penerbangan wilayah. Harus diingat delapan tahun lalu ada pesawat Malaysia Airlines yang tertembak jatuh di kawasan konflik di Ukraina Timur,” sebut alumni University of Glasgow tersebut.

Maka dari itu, Radityo mengimbau jalur penerbangan evakuasi WNI harus ditentukan secara hati-hati. “Kalau perlu berputar ke wilayah Selatan. Jangan melewati wilayah konflik seakan-akan perang hanya terpusat di Ukraina. Wilayah perbatasan tetap harus dijaga,” imbuhnya.

Situasi Sulit bagi WNI yang Masih Tertahan

Sejauh ini, Kementerian Luar Negeri RI melaporkan masih ada 13 WNI yang belum dievakuasi. Empat WNI di Kharkiv dan sembilan lainnya di Chernihiv. Keadaan tersebut dipandang Radityo sebagai situasi problematis.

Alasannya, pemerintah RI kini hanya bisa menunggu konflik mereda untuk dapat melakukan evakuasi. Khususnya wilayah Kharkiv di Timur Ukraina yang menjadi pusat konflik. Situasi itu membuat evakuasi tertahan karena hanya bisa dilakukan lewat jalur darat.

“Seumpama wilayah itu masih dipegang Ukraina, maka serangan akan terus berlanjut. Tapi kalau Rusia berhasil mengambil alih, mungkin evakuasi memungkinkan. Namun, itu semua hanya hipotesis, kini belum bisa diprediksi arahnya ke mana,” ungkapnya.

Untuk itulah Radityo menekankan agar pemerintah memaksimalkan shelter dan logistik agar WNI dapat bertahan dalam beberapa hari ke depan. Termasuk bagi 24 WNI yang memilih tetap tinggal karena telah berkeluarga dengan warga Ukraina.  

“Pemerintah Indonesia perlu tetap menawarkan evakuasi. Cuma jika memang mereka punya ikatan pernikahan dan emosional kita tidak perlu memaksa dan biarkan mereka ambil keputusan sendiri,” imbuhnya.

Radityo sejauh ini mengapresiasi langkah Kedutaan Besar RI dan Pemerintah Indonesia yang telah mengusahakan proses evakuasi WNI. Terlebih belum ada kabar bahwa WNI kesulitan keluar atau menjadi korban konflik secara langsung. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp