Pakar UNAIR: Cegah Stunting, Bayi Umur 0 Sampai 6 Bulan Cukup Berikan ASI Ekslusif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemberian Asi Eksklusif (sumber: primayahospital.com)

UNAIR NEWS – Akhir-akhir ini, isu stunting kembali menjadi fokus isu serius yang sedang digarap pemerintah Indonesia. Selaras dengan hal itu, Farida Fitriana, S.Keb., Bd., M.Sc., Dosen Kebidanan FK UNAIR membongkar isu laten stunting yang belum terpotong mata rantainya.

Menurut Farida, terdapat beberapa tindakan yang kurang tepat dan masih diterapkan dalam pola pengasuhan bayi. Pasalnya, ibu-ibu banyak yang memaksa memberikan makanan kepada bayi yang belum enam bulan. Lebih lanjut, Dosen FK UNAIR itu menjelaskan bahwa selama enam bulan pertama, bayi cukup diberikan ASI eksklusif saja tanpa makanan apapun.

‘’Jika dianalogikan secara alamiah, lambung bayi itu sebesar biji kacang merah, jadi kecil sekali, bisa dibayangkan, artinya kalau bayi menangis bukan berarti dia lapar terus dikasih makanan, bisa jadi bayi merasa tidak nyaman, entah dari pampers, atau sekadar butuh pelukan, wajar saja 9 bulan di dalam rahim anget kemudian keluar, itu butuh penyesuaian,’’ jelas Farida pada UNAIR NEWS (27/1).

Farida juga menyarankan sebaiknya tenang bagi ibu-ibu menyusui, jika ASI nya keluar sedikit atau bahkan tidak keluar. ‘’Ibu menyusui tidak perlu kaget kalau ASI-nya belum keluar, tunggu saja sampai tiga hari. Bayi yang menerima ASI sedikit selama 3 hari itu masih bisa kuat karena mereka punya cadangan lemak coklat yang sudah bayi bawa sejak lahir,’’ tuturnya.

Ia juga mengungkap bahwa negara barat sangat menghargai kolostrum atau cairan dari payudara yang tinggi protein dan sel-sel hidup. ‘’Warna kolostrum itu kuning keemasan yang keluar 3-5 hari setelah persalinan, banyak masyarakat Indonesia yang menganggapnya itu kotoran ASI sehingga tidak diberikan ke bayi,’’ tuturnya.

Selanjutnya, ia juga menekankan kembali pentingnya ASI eksklusif, yakni Air Susu Ibu asli tanpa campuran dari susu formula buatan. Dosen Kebidanan itu menyatakan 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Selanjutnya, ia membeberkan beberapa keunggulan ASI eksklusif antara lain: mengandung gizi lengkap termasuk karbohidrat, protein, multi vitamin, dan mineral. Selain itu juga mudah diserap tubuh bayi.

“Zat gizi ASI dapat diserap secara sempurna dan tidak mengganggu fungsi ginjal bayi yang masih lemah,’’ kata Farida.

Lagi pula ASI termasuk cairan hidup, sambungnya, dengan menyusui-pun dapat membantu ikatan antara ibu dan anak. Farida berpesan bahwa peran suami dan sesama perempuan untuk terus mendukung ibu menyusui. Karena menurutnya, lewat dukungan itu bisa meningkatkan hormon oksitosin.

“Jangan terus digembosi karena asinya tidak kunjung keluar, hal itu yang ada malah meningkatkan hormon kortisol atau hormon stress, jadi semangatilah sang ibu agar meningkatkan hormon oksitosin atau hormon cinta,’’ tutupnya.

Penulis: Viradyah Lulut Santosa

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp