Guru Besar Baru UNAIR Soroti Pencegahan Infeksi Kronis di Kedokteran Gigi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Indah Listiana Kriswandini, drg., M.Kes saat dikukuhkan menjadi guru besar pada Rabu (8/12/2021). Foto: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengukuhkan sosok guru besar dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Rabu (8/12/2021) Prof. Indah Listiana Kriswandini, drg., M.Kes. resmi dikukuhkan dan menerima gelar Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Bidang Ilmu Biologi Oral.

Perempuan kelahiran Nganjuk, 30 Oktober 1963 tersebut menjadi Guru Besar FKG aktif ke-17, Guru Besar UNAIR Sejak Berdiri ke 530, dan Guru Besar UNAIR PTN-BH 238. Prof. Indah sendiri telah mengabdi sebagai pendidik di FKG UNAIR selama 32 tahun sejak tahun 1989.

Dalam prosesi pengukuhan tersebut, Prof. Indah menyampaikan orasi atas penelitiannya yang bertajuk Fungsi Quorum Sensing pada Biofilm dalam Penyebaran Infeksi Kronis di Bidang Kedokteran Gigi. Ia menyoroti infeksi kronis yang masih menjadi masalah dalam dunia kedokteran, khususnya kedokteran gigi.

“Pada hasil survei di Amerika dan Eropa, keberadaan biofilm dapat menghambat penyembuhan penyakit infeksi kronis hingga 90 persen,” ungkap dosen yang memiliki 25 publikasi internasional tersebut.

Prof Indah menyebut bahwa penyebab infeksi gigi sebenarnya berasal dari flora normal yang bisa saja bermanfaat dan membantu kebutuhan tubuh manusia. Sayangnya, kondisi tersebut bisa berbalik membahayakan bila flora berkembang cepat dan malah menghasilkan toksin atau asam yang dapat merusak jaringan lunak maupun jaringan keras.

Untuk itulah, Prof. Indah meneliti kumpulan spesies mikroflora dan diselimuti Ekstra Polisakarida (EPS) yang disebut dengan biofilm atau Acquired Pellicle. Bakteri yang membentuk biofilm tersebut ternyata akan mendapat perlindungan dan memicu transfer genetic untuk penularan sifat resistensi terhadap antibiotik. 

“Jadi, biofilm ini bisa berfungsi ganda. Dalam kondisi normal bisa menguntungkan. Tapi jika keseimbangannya terganggu, biofilm malah akan memicu mikroba di dalamnya untuk mengeluarkan faktor virulensi yang menyebabkan infeksi,” papar lulusan S3 Doktor Ilmu Kedokteran UNAIR 2004 itu.

Prof. Indah menemukan bahwa bakteri dalam lingkup biofilm akan bersifat toleran dan resisten terhadap keberadaan antibiotik. Sehingga, antibiotik tidak mampu membunuh mikroba dalam biofilm. Dari situlah Prof. Indah mengamati komunikasi antar sel mikroba (Quorum Sensing) yang mampu memperlihatkan kepadatan populasi, sifat virulensi mikroba, kemampuan memproduksi biofilm, transfer plasmid, hingga diferensiasi morfologi.

Oleh karena itu ditemukan bahwa biofilm dalam bidang Kedokteran Gigi juga dapat menyebabkan infeksi kronis. “Biofilm memproteksi mikroba di dalamnya dari perubahan pH, osmolaritas, kelangkaan nutrisi, gaya mekanik, hingga memblokir akses komunitas biofilm dari antibiotik dan imunitas manusia.  Biofilm juga menambah resistensi mikroba, sehingga tidak hanya membuat mereka toleransi pada kondisi sulit, tapi juga multi drug resistance antibiotic,” terangnya pada akhir orasi.

Diiringi rasa haru, Prof. Indah pun mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, civitas akademika UNAIR, dan setiap pihak yang memberikan dukungan, waktu, dan bantuan dalam perjalanan hidupnya. Ia pun berkomitmen untuk menjalankan tanggung jawab moral seorang Guru Besar melalui karya dan pikiran yang bermanfaat bagi institusi, masyarakat, bangsa, dan negara. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp