Inventarisasi Ektoparasit pada Benih Ikan Nilem

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by 99 co

Indonesia merupakan salah satu produsen komoditas perikanan terbesar kedua di dunia setelah China, dengan tingkat produksi pada sektor perikanan tangkap dan budidaya yang masing – masing diperkirakan mencapai 6.5 dan 14.4 juta ton pada tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan memiliki peranan yang sangat penting sebagai upaya meningkatkan perekonomian nasional. 

Salah satu jenis ikan yang dibudidayakan adalah Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii) yang termasuk jenis ikan air tawar dari family Cyprinid. Umumnya, ikan ini dibudidayakan di kolam tradisional hingga dikembangkan pada system intensif yang berbasis kolam beton. Di Pulau Jawa, ikan nilem umum dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan sehari – hari hingga produk olahan makanan. Ikan nilem sangat brmanfaat dikembangkan sebagai sumber makanan fungsional karena memiliki kandungan DHA dan EPA yang baik untuk perkembangan otak. 

Berdasarkan informasi tersebut, pembudidaya terus berusaha meningkatkan produksi ikan nilem dengan meningkatkan padat tebar sehingga mampu memperoleh hasil panen yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan pasar. Namun, penerapan upaya tersebut berdampak buruk terhadap fisiologis ikan yang justru mengalami stress akibat sensitivitas ikan nilem yang tinggi terhadap cekaman lingkungan. Di sisi lain, penurunan produksi ikan nilem juga dapa disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti parasite, bakteri, jamur, dan virus. Dari mikroorganisme tersebut, infeksi parasite menjadi salah satu permasalahan yang hingga saat ini masih belum dapat diselesaikan karena menjadi factor pembatas kemunculan infeksi sekunder. 

Umumnya, terdapat dua jenis parasite berdasarkan cara infeksinya yaitu Ektoparasit (parasite yang terinfestasi di permukaan kulit ikan) dan endoparasit (jenis parasite yang berkembang di dalam tubuh ikan). Ektoparasit termasuk protozoa, trematode monogenetic, dan krustasea memiliki siklus hidup yang langsung berpindah dari inangnya dan mampu menyebabkan kematian massal karena perkembangannya tersebut. 

Infeksi parasite yang terjadi dapat berdampak pada penurunan produksi ikan nilem khususnya yang dibudidayakan dengan system intensif. Penelitian lapang menunjukkan bahwa jenis ektoparasit yang ditemukan pada ikan nilem yang dibudidayakan pada kolam intensif adalah Trichodina sp dan Dactyrogyrus sp. dengan masing – masing nilai prevalensi 86.67% dan 6.67%. Nilai prevalensi tersebut termasuk dalam kategori medium untuk Trichodina sp. dan rendah untuk Dactyrogyrus sp. 

Trichodina sp. merupakan jenis ektoparasit pada kulit dan insang ikan. Parasite ini memiliki bagian perekat yang berfungsi sebagai alat menempel pada permukaan tubuh inangnya. Selain itu, terdapat silia dan gigi bagian dalam yang juga dapat digunakan untuk menempel pada jaringan inang. Benih dan ikan yang berumur muda masih sangat rentan terhadap parasite akibat perubahan kualitas lingkungan perairan. Sehingga, parameter kualitas air memegang peranan yang sangat vital untuk tetap menjaga kesehatan fisiologis ikan. Parasit Dactyrogyrus sp. yang ditemukan pada penelitian ini juga diakitkan dengan morfologinya yang hampir sama dengan Trichodina sp. yang memiliki sepasang kail yang dapat dikaitkan pada permukaan tubuh ikan, sehingga ikan mengalami stress dengan memproduksi lender yang berlebihan pada tubuhnya dan menyebabkan luka yang muncul akan berperan sebagai pintu masuk pathogen lainnya. Organ utama parasite ini adalah insang sehingga banyak yang menyebut parasite ini sebagai cacing insang pada ikan dari Famili Cyprinidae. 

Upaya penanggulangan infestasi parasite dapat dilakukan melalui system karantina yaitu dengan memindahkan ikan yang terinfeksi atau yang menunjukkan gejala klinis ke dalam kolam khusus sehingga dapat mencegah hingga memutus rantai penyebaran ke ikan sehat lainnya yang dipelihara dalam satu kolam. Pembudidaya juga dapat melakukan pemantauan secara berkala untuk kualitas air budidaya yang digunakan, sehingga mampu berdampak positif terhadap kesehatan ikan. Mengurangi padat terbar yang tinggu juga dapat diterapkan. Hingga saat ini, masih belum ada obat khusus yang digunakan untuk membunuh parasite secara total, namun pendekatan dengan menggunakan bahan herbal mungkin sangat menarik untuk dilakukan untuk mengendalikan penyebaran parasite di masa mendatang, khususnya pada parasite yang memiliki sifat zoonosis terhadap manusia. 

Penulis: Emy K. Sabdoningrum

Judul: Ectoparasite inventorisation of nilem fish (Osteochilus hasselti) fingerlings cultured on ponds in Sukabumi, West Java, Indonesia

Jurnal: Iraqi Journal of Veterinary Sciences (IJVS), Vol. 35, No. 3, 2021 (605-609) Link: https://vetmedmosul.com/article_168413.html

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp